Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 269 Memotong Jalan Hidup

Claura memberikan sebuah koper kepadaku, bilang jika ingin tinggal maka tinggal, kalau tidak ingin maka pergi. Tatapannya penuh dengan kebencian.

Mungkin wanita ini memang sudah mulai membenciku, kupikir juga pasti, karena aku sudah membunuh Ayah kesayangannya. Betapa dalam cintanya kepadaku, juga akan terurai habis karena masalah itu.

Entah mengapa hatiku mulai merasa bingung.

Aku menerima kopernya dan menyentuhnya, teringat bahwa barang didalam berisi barang-barang adikku. Aku berkata, “Bagaimanapun, aku harus mewakili adikku untuk berterima kasih kepadamu.”

Setelah selesai mengatakannya, aku langsung memindahkan kardus kesamping dan duduk bersama Nody, lalu memandang kearah Salim dan berkata, “Aku dengar kalau Pak Salim adalah orang Shanghai, mengapa tiba-tiba ingin datang bekerja ke Nanjin? Apa karena kamu tidak memiliki kesempatan di Shanghai sana sehingga datang ke kota kecil seperti ini?”

Salim sangat tahu kalau aku sedang mempermalukannya, tapi ia sama sekali tidak merubah ekspresinya dan berkata, “Iya, kalau aku datang kesini merebut bisnis Pak Alwi, Bapak tidak tersinggung kan?”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Aku sama tidak tersinggung, karena bagaimanapun kamu merebut, akhirnya juga tidak akan mendapatkan apapun.”

Salim tertawa kencang setelah mendengar ucapan Alwi. “Aku sudah sering mendengar tentang dirimu, bahwa kamu berani berbicara dan itu memang benar. Sayangnya, semua kekayaan tidak dapat diperoleh dengan berbicara saja. Anak muda, aku beritahu kamu, lebih baik jangan banyak berbicara dan bekerja dengan rajin.”

Aku tertawa pelan dan berkata, “Aku takutnya Pak Salim akan tidak kuat jika aku mulai rajin bekerja.”

Salim tertawa dan berkata, “Mengapa aku tidak akan kuat? Taktik kecilmu itu bahkan tidak bisa masuk mataku, tapi bisa dipakai sebagai hiburan.”

ku tertawa dan berkata, “Pak Salim bilang aku hanya suka berbicara, tapi kamu lebih hebat berbicara dari aku. Aku merasa kagum kepadamu.”

Salim tertawa dingin dan tidak lanjut berbicara denganku, melainkan mengangkat gelas minumannya dan berbicara kepada Claura. “Nona Calura, semoga kamu sukses.”

Claura juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Terima kasih banyak Pak Salim. Pak, aku memberikan semua bisnis Ayahku kepadamu, aku berharap Anda tidak melupakan perjanjian kita.”

Salim tertawa kencang dan berkata, “Itu sudah pasti. Aku akan menunggu kedatanganmu. Disaat itu, jika kamu ingin, makan di Nanjin ini akan memiliki posisi untukmu.”

Claura pelan-pelan mengalihkan pandangan kearahku dan berkata, “Tunggu disaat hari kukembali, jika kamu belum mati, aku pasti tidak akan memberimu kesempatan untuk hidup.”

Aku merasakan tatapan matanya yang penuh kebencian dan berkata, “Jika kamu ingin membunuh, tetaplah di Nanjin, lalu cari waktu untuk membunuhku, mengapa kamu harus pergi? Claura, sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu rela meninggalkan Mawar sendiri di Nanjin?”

Claura tidak membalas pertanyaanku. Aku mengawasi pandangan matanya dan selalu merasa kepergiannya itu terlalu tiba-tiba, sudah seperti direncanakan. Kemanakah ia pergi? Persiapan apa yang ia ingin lakukan?

Entah mengapa hatiku merasa tidak tenang.

Johan memandang diriku dan berkata, “Alwi, apakah kamu tidak lihat kalau kita semua sama sekali tidak menyambutmu? Kamu masih saja duduk disini, apakah kamu tidak merasa malu?”

Aku bilang, “Tidak apa-apa. Aku pemilik Sanny Club dan kalian adalah tamu, sudah seharusnya aku datang menemanimu.”

Johan berbicara dengan tersenyum. “Kamu tidak perlu berpura-pura. Aku tahu kamu ingin melihat persiapan kita untuk menyerangmu, benar kan? Selain itu, kamu juga sedang menunggu orang, karena kamu tadi melirik ke jam tangan untuk dua kali. Aku pikir kamu pasti penasaran dengan sesuatu, yaitu mengapa Ayahku belum datang? Aku bisa memberitahumu dengan jelas, bahwa kamu tidak akan bertemu ia untuk selamanya.”

Aku tercengang setelah mendengar ucapannya, lalu Johan tiba-tiba mengeluarkan pistol dan tertunjuk kearahku. Aku tertawa dingin dan berkata, “Tembak aku, jika aku seorang bisa menggantikan kalian, sama sekali tidak rugi bagiku.”

Salim mengangkat tangan dan memegang Johan. “Tuan Johan, aku memberi pistol untukmu, bukan untuk dipakai sembarangan.”

Johan menaruhkan pistol diatas meja, lalu memandang remeh kearahku dan berkata, “Aku hanya saja ingin melihat reaksi seseorang.”

Aku berkata, “Maaf membuatmu kecewa karena tidak melihat ekspresi takutku. Benar-benar maaf sekali.”

Johan hanya saja tertawa dan memandang jahat kearahku. Seketika, teleponku berdering, ternyata sebuah panggilan dari Dony. Hatiku muncul sesuatu firasat buruk. Aku menekan tombol angkat dan mendengar suara panik milik Dony. Ia bilang, “Alwi, terjadi sesuatu.”

Aku segera memandang kearah Johan dan menyadari bahwa ia sedang tertawa seperti orang gila. Lalu aku mendengar Dony berkata, “Gunawan mati ditengah jalan karena kecelakaan. Supir pergi mengaku dihadapan polisi dan bilang mendapat perintah darimu. Kamu sekarang cepat pergilah dari Sanny Club, untuk menghindari masalah.”

Aku mengiyakannya, lalu mematikkamu an panggilannya. Aku memandang kearah Johan dan berkata, “Demi kepentingan sendiri, kamu membiarkan Ayahmu mati. Tuan Johan, kamu membuatku kagum kepada hati dinginmu.”

Aku mengira bahwa kedatangan Claura dan Salim, hanya ingin mengacau di Sanny Club, jadi aku berada disini untuk mengalihkannya. Sedangkan aku memanggil Johan datang, awalnya hanya ingin menakuti Salim, agar ia tahu bahwa di Nanjin ada aku yang pimpin, lagipula Johan ini juga salah satu pemimpin Nanjin, jadi Salim pasti akan tidak berani melakukan apapun. Tapi yang ku tak sangka adalah tujuan mereka bukan aku dan Sanny Club, melainkan Johan.

Siapa yang terpikir kalau mereka akan beraksi kepada Johan? Kalau mau aku beraksi ke Johan, aku juga harus menggunakan cara hukum, melainkan cara pembunuhan kasar secara diam seperti ini, tapi itu anak kandungnya dan menggunakan berbagai cara menginginkan ia mati. Andai kalau ia tahu, pasti tidak akan mati dengan mudah.

Johan tertawa makin kencang dan gila. Ia berkata, "Pria itu memang harus mati! Ia sudah memmbuat Ibuku dan pacarku mati! Ia harus mati."

Sepertinya video waktu itu memancing kebencian Johan yang disimpan bertahun-tahun. Aku menyindirnya, "Ibumu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, aku juga tidak pernah melihat dirimu berani membunuh Ayahmu. Sekarang demi wanita lain, kamu rela membuatnya hingga mati. Kamu memang sangat berbakti. Aku baru sadar bahwa Kakakku tidak menyukaimu itu adalah hal yang terbenar."

Johan marah karena ucapanku. Ia menepuk meja dan berdiri, lalu berkata. “Dasar wanita itu! Suatu hari aku akan membuat ia membayar semua apa yang ia lakukan kepadaku.”

“Kamu kira kamu masih memiliki kesempatan itu?” ucapku dengan nada rendah. “Johan, saat kamu sedang merencanakan pembunuhan Ayahmu, kamu sudah memotong jalan hidupmu sendiri. Kamu kira apa alasan aku menyisakan nyawamu ini? Itu karena Ayahmu masih ada sesuatu yang bisa dipergunakan. Sekarang kamu sama sekali tidak berguna. Hanyalah jalan mati yang menunggumu.”

Johan tertawa kencang dan berkata, “Kalau begitu kamu bunuh saja aku. Bukankah kamu sudah menyiapkan penembak di sekitar sini?”

Ucapnya sambil menggunakan jari untuk menunjuk dahinya.

”Tembaklah kearah otakku. Bunuh aku dan bawa kepalaku ke hadapan Si Toba. Tapi apakah kamu berani?”

Mendengar ia memanggil nama Toba, aku merasa sakit hati lagi. Aku memandangnya dingin dan berkata, “Sekarang aku tidak akan membunuhmu, tapi dalam sepuluh hari yang akan datang, aku akan mengambil nyawamu.”

Baru aku selesai berkata, Nody berkata, “Alwi, semua orang sudah siap.”

Aku mengangguk dan berkata, “Kalau begitu kita berangkat.”

Setelah memutuskan panggilan dari Dony, Nody mengirimkan pesan singkat kepada semua teman-teman untuk bersiap. Ini juga salah satu alasan mengapa aku bisa berbicara lama disini.

Aku berbalik badan pergi, tapi saat di depan pintu, aku membalikan badan untuk melihat Johan. Saat itu ia sedang mengarahkan pistol ke aku. Aku tahu ia sangat ingin membunuhku, tapi ia sama sekali tidak berani, karena jika ia benar-benar menembakku, kupikir semua orangku akan mulai beraksi dulu sebelum ia melakukannya.

Aku berkata, “Aku mengingat kalian lagi, kalau kalian siap menambahkan masalah di masalah kali ini, kuberitahu kalian sebaiknya kalian jangan berani melakukannya. Semua orang tahu aku datang kesini, aku sama sekali tidak tersinggung jika menarik kalian semua kedalam.”

Setelah selesai berbicara, aku memandang kearah Claura, tetapi ia menyampingkan wajahnya. Rambut pendeknya menutup setengah wajahnya, sehingga aku tidak dapat melihat jelas ekspresinya. Lalu aku keluar dari ruangan dengan membawa koper. Seketika datanglah sekumpulan polisi di lantai terbawah. Aku dan Nody mengikuti jalan kecil lantai kedua turun dan tiba di jalan kecil Sanny Club. Saat itu, Sulistio sudah menungguku didalam mobil. Setelah aku naik mobil, Sulistio berkata, “Kak Alwi, Mondy menyuruhmu ke hotelnya. Apakah kamu ingin pergi? Aku pikir lebih baik kita bersembunyi diluar.”

Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak perlu, langsung saja pergi kesana, ini bisa menjadi bukti aku tidak berada di tempat kejadian. Oh Sulistion, kamu biarkan Nody yang menyetir. Kamu pergi beritahu pemilik Sanny Club untuk menghapus video perekam malam ini saat aku sedang masuk.”

Sulistio memberi mobil kepada Nody. Nody langsung menyetir mobil menuju Hotel. “Baik.” ucap Sulistio.

Aku juga segera menghubungi Chick. Setelah panggilan terhubung, aku berkata. “Chick, kamu sekarang masuk ke sistem telepon milik Yesen, lalu hapus semua data telepon dan pesan singkatku dengannya, sama sekali jangan sisakan jejak.”

Chick berkata, “Aku mengerti, Kak Alwi. Apakah ada yang bisa dibantu lagi?”

“Tidak ada, masalah lainnya baru kita bahas di Hotel.” ucapku.

Setelah panggilan terputus, Sulistio memberitahuku kalau bawahannya sudah melaksanakn perintahnya. Aku mengangguk dan berkata, “Supir itu tidak mungkin memberitahu bahwa aku yang menyuruhnya tanpa bukti. Ia pasti akan memberitahu polisi, kalau aku yang membohong Yesen ke Sanny Club dan seterusnya ia membunuh Yesen di pertengahan jalan. Jadi polisi bisa dengan cepat mencariku di Sanny Club. Tapi jika aku menghapuskan bukti data teleponku dengan Yesen, pasti ucapan supir itu ada masalah dan juga tidak ada bukti yang lebih kuat lagi.”

Nody dengan datar berkata, “Memang benar ucapanmu, tapi jika ia menyalahkanmu, berarti tidak hanya menggunakan bukti pesan singkat dan data telepon. Yang kutakuti itu ia memiliki bukti lain, hanya saja bukti apa lagi yang ia bisa miliki?”

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu