Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 440 Menyembunyikan Kemampuan

Aku berharap menunggu Daniel mereka untuk memasukki masa depan yang baru bersamakiu. Empat orang, satupun tidak boleh kurang. Ini bukan sorakan biasa, melainkan janji antar pertemanan tentara.

Kita menerpan angin dan melalui hutan yang berbahaya, serta sungai yang dijemur matahari. Aku hampir saja tiba di bawah gunung. Saat aku ke puncak gungun, aku berbalik badan melihat Daniel mereka. Kita baru saja berlari seperempat dari seluruh, jadi kondisi mereka terlihat baik. Aku berteriak kepada mereka, “Ayo kejar aku. Siapapun yang mampu mengejarku, aku akan menahan malu dan berani untuk meminta no telepon guru cantik itu.”

Mendengar ini, ketiga orang itu dengan cepat berlari sambil berteriak. Sayangnya, setelah kita sudah berlari cukup jauh, aku dapat melihat mereka semakin jauh denganku. Aku melihat waktu, dengan kecepatan seperti ini, sepertinya tidak mungkin kembali dalam waktu empat puluh menit, apalagi tiga puluh menit. Kalau aku kembali membawa mereka, kurasa aku akan dibebankan oleh mereka, sehingga misi tidak terselesaikan.

Tapi aku kembali tanpa ragu. Melihat aku berbalik badan mencari mereka, Daniel mereka semua terkejut. Mereka bertanya kepadaku untuk apa kembali dan menyuruhku untuk tidak menunggu mereka, kalau tidak satu orang pun tidak ada yang masuk tim.

Aku berteriak. “Kalian belum mengeluarkan seluruh tenaga kalian. Kalian bisa lebih cepat dan lebih kuat. Kakak, jangan lupakan kata-kata kita. Kita berempat, satupun orang tidak boleh kurang. Kalau kalian tidak ada yang lulus, aku juga tidak akan pergi sendiri bersama Pak Govy.”

“Bodoh! Kamu kehilangan kesempatan baik ini demi kita, apakah berharga?” teriak Daniel, tapi tidak marah. Kecepatan berlarinya semakin cepat. Melihat aku menjawab berharga, ia berteriak kencang. “Semangat semuanya! Kalau kalian berdua berani membebankan Reino, aku akan memanggil kalian ‘banci’ setiap hari.”

“Dasar! Kamu yang baru ‘banci’!” teriak Jordan dan Alver sambil berusaha mengejar aku dan Daniel.

Entah potensi mereka terpancing keluar atau tidak, kecepatan berlari kita berempat menjadi sangat cepat. Hanya saja selain aku, Daniel mereka tidak bertenaga untuk berbicara. Aku melihat pandangan mereka kosong menuju depan dan tetap berlangkah besar menuju depan. Aku tahu mereka kelelahan sehingga memasukki kondisi terus berlari dan tidak dapat berpikir. Di bawah kondisi seperti ini ada dua kemungkinan, pertama potensi terpancing keluar, tapi yang satu lagi berbalik dengan yang pertama, yaitu tubuhnya sangat lemah, sehingga ada kemungkinan menyebabkan syok.

Mengingat ini, aku seketika khawatir, agar mereka tidak memaksa diri. Tapi mereka mengira diriku bercanda dan tidak mungkin pergi karena mereka. Mereka bertiga mengayunkan tangan kepadaku, untuk menandakan mereka baik-baik saja, lalu mereka berlari maju ke depan.

Melihat mereka begitu berusaha, aku benar-benar terharu. Aku tahu mereka semua berjuang demi diriku, seketika aku berlari dengan cepat. Aku ingin cepat kembali, lalu kembali memanggil dokter di ruang kesehatan, agar mereka menyiapkan semuanya.

Seperti ini, aku tiba di titik akhir. Seketika semuanya berteriak dengan heboh, karena Govy bilang aku tiba di waktu yang tepat. Misi yang tidak mungkin diselesaikan, malah terselesaikan olehku. Bagaimana semuanya tidak heboh? Tapi aku tidak ada waktu untuk menerima tepuk tangan dan pujian mereka. Aku langsung melewati Govy dan menuju ruang kesehatan.

Tiba di ruang kesehatan, aku memberitahu keadaan yang terjadi, lalu beberapa dokter membawa barang-barang yang dibutuhkan kembali ke lapangan kecil bersamaku. Sedangkan saat itu, Daniel mereka telah tiba. Mereka semua bersandar dibawah pohon, tidak berani berbaring. Wajah mereka pucat sambil menarik nafas. Tubuh mereka terpenuhi oleh luka. Melihat kondisi ini, dokter sibuk menaruh mereka di tandu dan membawa mereka ke ruang kesehatan.

Daniel memandangku dan sedih berkata, “Reino, maafkan kita. Kita sudah berusaha, tapi masih saja tidak bisa.”

Perasaanku tidak enak, tapi aku membujuk mereka, “Tak apa-apa, kalian sudah cukup baik.”

“Kemampuan kalian memang masih kurang.” ucap Govy dengan wajah serius.

Meskipun aku selalu menganggap Govy sebagai Kakak, tapi setelah mendengar ia mengucapkan itu, aku masih kesal. Aku baru saja ingin berbicara, tiba-tiba Govy memotong. “Tapi kalian memiliki potensi kemajuan yang tinggi, lagipula kalian berani menghadapi kesulitan dan memiliki semangat tidak takut mati. Kurasa berada dibawah pimpinanku, kalian semua bisa menjadi pasukan khusus yang luar biasa.”

Mendengar ini, aku seketika tidak bisa bereaksi. Aku bertanya, “Pak Govy, maksudmu mereka lulus?”

Govy mengangguk. Aku dan Daniel mereka saling memandang, lalu kita bersorak kencang. Govy berkata, “Maksud dari ujian ini memang tidak menguji kecepatan dan stamina kalian, melainkan jiwa semangat kalian dan hubungan pertemanan antar tentara. Selamat kepada kalian lulus untuk ujian kali ini.”

Kita berempat berpelukan dengan semangat. Terdengar suara tepuk tangan dari sekitar, tapi Daniel mereka seketika mengeluarkan suara. Beberapa dokter bilang mereka masih ada luka, sehingga jangan terlalu buru-buru untuk bahagia.

Aku melihat Govy, lalu bertanya kepadanya apakah ujian ketiga boleh diadakan setelah teman-temanku pulih kembali?

Govy bilang ia hanya bisa memberikan waktu dua jam. Daniel tertawa dan berkata, “Waktu dua jam sudah cukup. Terima kasih, Pak Govy.”

Alver juga tertawa berkata, “Pak Govy, kamu memang idolaku yang terbaik.”

Setelahmereka dibawa pergi, Govy memandang kearahku dan bertanya, “Kamu? Apakah butuh untuk beristirahat?”

Saat ini, banyak orang disekitarku menyuruhku untuk beristirahat. Ada juga orang yang bilang bahwa penembakan bukan keahlianku dan sekarang ditambah aku menghabiskan banyak tenaga, sehingga ada kemungkinan tidak bisa mengambil pistol dengan erat dan memengaruhi hasil. Sebenarnya aku sangat lelah, tapi aku tidak boleh beristirahat, karena aku ingin dipentingkan oleh Govy. Kalau aku ingin ‘digunakan’ oleh Govy, maka aku harus menunjukkan kemampuanku yang luar biasa.

Mungkin dulu hasilku didalam tentara biasa terhitung baik, tapi kalau didalam tim Govy, hanya biasa. Apalagi diriku pernah melihat orang ini berlari. Jangan lihat postur tubuhnya yang besar, jika ia berlari, kecepatannya itu hanya membuatku melihat debu.

Jadi demi berusaha menunjukkan kemampuanku, aku berterima kasih kepada teman-temanku yang perhatian kepadaku, lalu dengan langsung aku berkata, “Lapor Pak Govy, aku tidak perlu beristirahat! Aku bisa langsung memasukki ujian yang ketiga.”

Mendengar kata-kataku, semua orang terdiam. Bahkan ada orang yang merasa aku memaksa diriku dan menganggap kebaikan mereka seperti organ unta.

Juga ada beberapa orang yang merasa aku akan menggunakan alasan kelelahan untuk menutupi kemampuan penembakkan yang buruk.

Aku tertawa pahit dan mendengar Govy berkata, “Reino, kamu dengar baik-baik. Jika kamu sudah memutuskannya, maka hasil penembakkanmu nanti tidak lulus, aku tidak akan memikirkan kondisimu. Tidak lulus ya tidak lulus.”

Kader takut diriku melewati kesempatan kali ini dan juga ikut menasehatiku, “Reino, kamu harus berpikir dengan baik-baik. Ini kesempatan terakhir.”

Aku tertawa dan berkata, “Terima kasih atas perhatian Kader. Anda tenang saja, aku tidak akan menggunakan masa depanku untuk bercanda. Aku akan memberitahu Pak Govy merasa ia sangat pintar karena sudah memilih diriku.”

“Baik, aku sangat menyukai kepercayaan dirimu. Ayo, jalan ke lapangan penembakkan.” Govy menyuruh Kader untuk tidak berbicara, lalu membawaku pergi ke lapangan penembakkan.

Kader berpikir sesaat dan membawa semuanya pergi melihat. Awalnya pada penasaran mengapa aku begitu percaya diri, seketika semangat dan terus mengikuti. Setelah tiba di lapangan penembakan, Govy menyuruh orang untuk menaruh papan. Saat ini, Jessi yang berjalan diam-diam disampingku bertanya, “Berapa meter agar kamu bisa memperoleh hasil yang baik?”

Aku meliriknya sekilas. Tatapan matanya tertuju kedepan, seperti sedang membengong, sehingga tidak ada orang tahu dengan apa yang dipikirkannya.

Govy mengerutkan dahinya dan menngingat Jessi. “Seharusnya ini aku yang memutuskannya, melainkan ia. Kalau tidak...”

Aku mengerti maksud Govy. Ia takut kalau aku pilih jarak tembak dengan empat ratus meter. Kalau benar seperti itu, aku menang juga tidak hebat dan saat itu ia tidak akan rela memilihku.

Tidak menunggu Govy lanjut berbicara, aku langsung mengatakan, “Seribu meter.”

Namun setelah aku mengatakan itu, semua orang menarik nafas. Kurasa di mata mereka, aku sudah dianggap tidak waras.

Aku melihat Jessi menyipitkan matanya dan sudut bibirnya terangkat, sedangkan Govy terkejut menatapku dan bertanya, “Kamu tidak menyesal?”

Aku tertawa dan berkata, “Tidak akan. Kalau buka karena terlalu lelah, aku lebih memilih seribu lima ratus meter, tapi demi mendapat hasil yang bagus, aku memilih seribu meter. Mohon maaf kalau aku memilih jarak yang terlalu dekat, Pak Govy.”

“Gila sekali anak itu!” oceh orang di belakang, tapi dapat terdengar suaranya semangat. Ia berkata, “Ini orang selalu memberi kejutan. Jangan-jangan selama ini ia terus berpura-pura?”

Beberapa orang juga ikut membalas pertanyaannya. Ada orang juga yang bilang kalau aku bisa mendapatkan hasil yang baik dan diakui oleh Govy, maka aku akan menjadi idolanya selamanya.

Hatiku sudah senang terlebih dahulu. “Maaf, bolehkah aku mulai?”

Saat ini, papan tembak sudah diletakkan dengan baik. Seketika semua orang menjadi diam. Jessi dan Govy pergi menjauh, agar tidak mengangguku tembak. Aku menarik nafas dalam dan mengangkat pistol, serta mengarahkan pistol ke titik tengah papan itu, lalu langsung mengatur pistol ke keadaan tembak berlanjut. Seketika seluruh peluru tertembak habis.

Semua orang terkejut dengan tindakanku. Hingga aku mengakhiri penembakan dan berdiri tegak, semuanya masih terbengong. Siapapun tidak sangka kalau aku menyelesaikannya ujian in begitu ‘mudah’. Pasti banyak orang yang membenciku, hingga ingin membunuhku.

Aku tahu pasti ada orang yang mengira kalau aku asal menembak, lagipula di ujian seperti ini, kalau diri sendiri benar-benar mementingkannya, pasti akan menebak dengan berhati-hati. Tapi mengapa sikapku seperti sudah putus asa?

Semua orang mulai berpendapat. Ada orang yang menunjukkanku sambil menggeleng dan menghela nafas. Saat ini, Govy menyuruh orang untuk melihat hasil di papan tembak. Orang itu terkejut untuk waktu yang cukup lama, hingga Govy menyuruhnya. Ia berteriak kencang, “Seluruh peluru tertembak ke papan. Semuanya lima puluh. Papan tembak hanya terdapat satu lubang. Semua peluru lain terbang ke belakang papan dan terjatuh ke rumput.”

Mendengar ini, semua orang bersorak. Apalgi Govy langsung berjalan menuju papan tembak. Sedangkan Jessi berjalan kesampingku dan berkata, “Kamu menyembunyikan kemampuanmu?”

Aku mengatakan dengan pelan, “Iya. Tapi sejak dini, aku ingin menyembunyikanmu.”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu