Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 480 bukan tugas tapi permintaan

Tujuanku melakukan ini, agar membuat Piao Qi mengira aku membunuh jacky, ini memberinya sebuah peringatan, walaupun melakukan hal itu bisa membuatnya semakin berhati-hati, membuatku semakin sulit untuk mengalahkannya, tapi kalau melakukan hal itu, aku tidak tahu masih harus menggunakan berapa lama, dihabiskan di Sinarmas, masih berapa lama lagi, baru bisa berada di tempat yang atas.

Seperti kata pepatah harus mengerti keadaan musuh dan keadaan kita sendiri, aku ingin menghadapi Piao Qi, awalnya harus mengenal dia, tapi jika ketemu saja tidak, bagaimana aku bisa mengenal keadaannya? Walaupun aku pernah melihat berkasnya, tapi filenya sangat sedikit, juga tidak ada informasi penting, tidak tahu apa atasan tidak kelacak, atau demi menguji kemampuanku, sengaja memberikanku informasi yang tidak penting, agar menambah kesulitan tugas ini? Bagiku, atasan bisa melakukan berbagai masalah, jadi tebakanku juga ada kemungkinan.

Claura menjentikkan jarinya, beberapa orang yang awalnya bersembunyi keluar, mengikuti perintahnya membersihkan mayat anak buah jacky, dia bilang pasti akan melakukan hal ini dengan baik, agar aku segera pulang istirahat.

Saat aku siap pergi, siap tahu belum pergi, aku merasa ada seorang yang diam-diam memperhatikanku, aku dengan dingin berkata: “siapa? Keluar!”

Suaraku baru berhenti, claura juga menyadari keberadaan lawan, seketika eksperesinya sangat tidak baik menuju ke arah yang tidak jauh dari sana, dia menarik seseorang keluar dari dalam gang kecil, melihat orang ini, mataku sedikit terpejam, agak sedikit terkejut, wanita ini adalah selingkuhan jacky, seharusnya claura sudah menyuruh orang untuk mengawasi wanita ini, dia tidak mungkin keluar, tapi kenapa dia bisa keluar?

Aku melihat claura dengan tatapan curiga, dia sangat marah, mengambil sebuah pistol dan berkata: “ditangan wanita ini ada pistol, mungkin dia memakai cara penggoda kepada pengawas itu, agar melepaskan tali ikatannya, dan tidak waspada padanya, maka itu dia mengambil pistol dengan kejam membunuhnya, pistol ini kedap suara, jadi kita tidak kedengaran. Tadi saat aku memuju kesana, dia ingin menembakku, cuma sudah dibuat kaget olehku, makanya tenaga untuk menarik pelatuk saja tidak ada.”

Begitukah? Aku menaikkan alis dan melihat selingkuhannya yang begitu lemah, berkata dengan nada yang datar: “wanita ini terlihat ada niat tersembunyi.”

Keindahan wajah wanita itu hilang, matanya yang penuh ketakutan terbuka sangat lebar, dia berbicara dengan ketakutan: “aku mohon pada kalian, jangan bunuh aku, aku pasti akan menjaga rahasia, satu katapun tidak akan keluar, aku mohon lepaskan aku, didalam perutku masih ada anak, aku mohon.....”

Melihat wajah wanita ini yang begitu kasihan, jujur saja hatiku sedikit luluh, bukan karena alasan apa, hanya karena di perutnya ada sebeuah nyawa yang tidak bersalah, dia saat itu, membuatku teringat pada aiko yang sendiri, maka itu hatiku luluh. Tapi, tidak menunggu aku selesai berbicara, claura tanpa ragu menembak dia, gaya wanita itu masih tetap ingin bersujud kepadaku, kemudian, matanya terbuka lebar, dia mengeluarkan ekspresi tidak percaya, matanya penuh dengan penderitaan dan ketakutan.

Walaupun dari awal sudah mengira claura tidak akan melepaskannya, tapi saat claura menembakkan pelurunya, aku masih merasa merinding, aku berpikir, aku tidak begitu jahat, ternyata masih berbelas kasihan kepada wanita seperti ini. Claura melihatku tidak berkata-kata, bertanya aku sedang memikirkan apa?

Aku memendam perasaanku yang tidak enak, dan berkata: “aku berpikir, kalau wanita ini mati, orang diatas apakah aan mencurigai yanti yang melakukannya, apakah akan melacak kita, tapi dipikir lagi, membunuh rekannya jacky sangat wajar.”

Claura menghembuskan nafas, berjalan kemari sambil tertawa dan merangkul pundakku lalu berkata: “aku pikir kamu menyalahkanku karena aku kejam.”

Aku sengaja berkata dengan tidak peduli: “bagaimana mungkin? Kita adalah pembunuh, jika tidak kejam, pembunuh apaan?”

Claura tertawa dengan puas, aku memasang wajah yang biasa saja, wanita ini sampai sekarang masih mengawasi perasaanku setiap saat, walaupun dia benar-benar tertipu olehku, dia pasti tidak akan mengendorkan kewaspadaannya.

Aku berkata: “aku pergi dulu, tempat ini jangan sampai menyisahkan jejak sedikitpun, mengerti?”

Claura berkata: “suamiku, aku melakukan sesuatu, kamu tenang saja.”

Aku mencium tangannya dan berkata: “aku tidak khawatir, aku tentu saja tenang.”

Begitu saja, aku kembali ke hotel, baru masuk, aku melihat yanti berdiri di depan jendela lantai 1 merokok, dia pasti tidak berhenti merokok sedetikpun, karena sekeliling dia dipenuhi asap, sedangkan asbak di depan jendela penuh dengan putung rokok, aku melirik sejenak putung rokok, semua rokok wanita, adalah merk yang selalu dipakai kak yanti.

Apakah dia sejak aku pergi, selalu berdiri disini?

Melihat aku masuk, kak yanti memalingkan wajah melihatku, sepasang mata yang air matanya tidak lagi polos membawa sedikit kegelisahan, dia memegang dengan erat rokok ditangannya, aku melihat rokok ditangannya sudah hampir putus, di tengah asap rokok, aku seperti melihat sebuah perasaan kecewa mengarah padaku.

Aku mengangguk ke arah kak yanti, tubuhnya bergetar, seketika memegang sofa dan pelan-pelan terduduk pelan, saat itu, aku merasa dia sangat hancur, hancur menjadi berkeping-keping.

Aku memasuki lift tanpa ekspresi, melihat punggung kak yanti yang sedikit bergetar, aku teringat saat dia muda pernah memakai semuanya untuk mengganti kehormatan dan kekayaan lelaki itu, aku berpikir, saat itu dia pasti sangat bodoh, makanya memakai tubuhnya menjadi transaksi, mencintai orang lain, dan langit menghukum kebodohannya.

Pulang ke hotel, aku membalikkan kasur, melihat di bawah kasur ada penyadap, sebelumnya penyedap suara ini setelah alwi palsu menyakitiku sudah hilang, malam saat kak nody pergi, claura kemari, penyadap suara ini kembali lagi.

Aku berpikir mukin sebelumnya mereka tidak menyangka aku bisa kembali lagi, makanya mengambil penyadap suaranya, takut diketahui oleh polisi.

Kelihatan penyadap suara, aku tahu ricardo song tidak percaya padaku, tapi aku tidak berharap bisa dipercaya sepenuhnya olehnya, aku terbaring di atas ranjang, melihat televisi, diotakku terpikirkan dua hari ini masalah yang akan menimpa pada felicia, berpikir ini sebenarnya adalah kebetulan atau sebuah rencana?

……

Hari kedua, aku keluar dari hotel, dan membayar uang kamar, mendengar suara komentar orang disekeliling, bahkan di depan resepsionis sedang berbisik, aku penasaran berkata: “ada masalah apa?”

Resepsionis sudah termasuk kenal, melihat aku, dan berbisik: “kamu tidak tahu, suami kak yanti dibunuh orang, mayatnya dibawa ke depan apartemen kak yanti, masalah ini sudah tersebar diseluruh bar, aku dengar yanti menangis hingga pingsan.”

Resepsionis satunya menggelengkan kepala, menghela nafas dan berkata: “kalau aku bilang, orang seperti itu mati yasudah, kenapa nangis begitu kuat?”

“shht, kamu tidak mau nyawa lagi? Dia adalah ketua gangster klub kita, kalau anak buahnya tahu kita bilang begitu, pasti tidak akan membiarkanmu.”

Satu kalimat memperingati, menyuruh beberapa gadis yang tidak mengerti masalah tutup mulut, saat itu, aku melihat vika dengan cepat masuk kedalam klub, saat melihat aku, dia terlihat dengan jelas sedikit kaget, dan ada sedikit takut, aku pura-pura pergi dari klub, vika termasuk sangat linvah, dengan cepat mengikuti aku keluar. Sampai ditempat tidak ada orang, kepala kami bersentuhan, aku bertanya: “ibu angkatmu tidak apa-apa?”

Vika menggelengkan kepala, tidak berani melihat mataku, dia berkata: “ibu angkat lebih sakit hati, lagian juga pernah menjadi suami istri. Dan juga, dia menyuruhku berterima kasih padamu, terima kasih karena telah menepati janji, dan memberikan dia sebuah mayat yang tanpa cacat.”

Berbicara sampai disini, dia dengan hati-hati berkata padaku, melihatku sedang melihat dia, seketika kaget dan memalingkan padangannya, aku tahu dia dia takut padaku, aku bertanya: “kamu tahu kenapa ibu angkatmu memberitahumu aku yang membunuh tidak?”

Vika menggelengkan kepala, aku berkata: “karena dia takut kamu dan diksan tidak tahu kehebatanku, takut jika kalian mengacaukan masalah, dan kehilangan nyawa.” Aku berkata dengan sangat datar.

vika sekali mendengar, dengan cepat dia berkata:”kamu tenang saja, aku tahu harus melakukan apa, aku pasti tidak akan mengatakan satu huruf pun.”

Aku dengan datar berkata:”aku percaya kamu orang yang mengerti berat ringan, hanya, ibu angkatmu mendorongmu ke timku, hatimu apa ada kebencian?”

vika menggelengkan kepala, dan berkata tidak marah, berkata awalnya dia hampir disiksa mati oleh seseorang, dan kak yanti lah yang menolongnya, nyawanya milik kak yanti, walaupun kak yanti menyuruhnya mati dia juga tidak akan menyesal. Kehidupan sekarang, ada orang yang begitu setia tidak mudah, aku tidak bisa menahan teringat saudara-saudaraku, dan tersentuh pada Vika, aku berkata: “dia tidak akan takut, seleranya sangat bagus, memilih untuk mengikutiku, aku tidak akan membuatnya berkorban sia-sia, kalian baik-baik ikut aku, hari-hari akan semakin baik.”

Selesai berkata aku membalikkan badan dan pergi, aku pergi kedepan untuk pelatihan, saat pulang dalam kelelahan, hari sudah gelap, sebuah mobil dari sampingku lewat, berhenti di depan hotel bintang lima, diikuti, aku melihat seseorang wanita memakai topi dan masker turun dari mobil, beberapa orang hati-hati menuju hotel untuk berjaga, melihat punggungnya, aku tiba-tiba teringat dia menyanyikan lagu yang lembut, mengingat dia memeluk pinggangku, bersender di pelukanku, dan berkata bersedia menerima hatiku yang bisa terbagi untuk yang lain.

Felicia, dia sudah sampai, dan lagi tanpa suara datang ke sampingku, tapi aku masih ingin seperti sebelumnya, pura-pura tidak mengenal dia.

Aku berdiri di jalan depan hotel, sudah berhenti begitu lama, hingga claura meneleponku, barulah aku tersadar, dengan enggan meninggalkan hotel, dan kembali ke Sinarmas. Kembali ke kamar, aku mencium aroma makanan, claura mengenakan gaun bunga yang menyentuh pergelangan kakinya, Rambut merahnya yang tergulung, dan dia terlihat sangat cantik, dia tersenyum lebar melihatku, dan berkata:”sudah pulang? Aku dengar kamu belum makan malam, dan memesan delivery food, sini, makan bersama.”

Aku menganggukan kepala dan berkata: “aku pergi mandi dulu.”

Masuk ke kamar mandi, telepon govy datang, aku menekan tombol menjawab, suaranya yang terdengar lelah dan marah: “tolong aku sesuatu, lindungi adikku.”

Hatiku tenggelam, seperti mencum aroma dengan niat jahat, dan bertanya: “tugas apa?”

“tidak, aku sebagai kakaknya, sebagai permintaan kakak yang paling besar.”

“kamu tenang saja.”

Claura saat itu masuk, aku langsung menunjukkan tanda menyuruhnya diam, lalu mengatakan pada govy aku mematikan teleponnya dulu.

Setelah mematikan telepon, claura menanyakanku: “govy menelepon?”

Aku menganggukkan kepala: “ia, dia bertanya tugas bagaimana.”

Claura tidak meragukan dia, berjalan dan merangkulku, dan mendorongku ke tembok, mencium bibirku dan berkata: “makan aku dulu aru makan nasi, bagaimana?”

Melihat jarak kami sangat dekat, aku sengaja mencium keningnya dan berkata: “sangat ingin.”

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu