Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1037 Menghilang

Keinginanku untuk pergi ke Beijing mungkin sudah terbesit ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Huaxia, ini merupakan keinginan yang selalu aku dambakan. Hanya saja dulu aku terlalu sibuk, aku juga harus bisa membedakan mana urusan pribadi dan pekerjaan, maka dari itu aku terus memikirkan hal ini.

Tapi untuk saat ini, aku ingin mencari sebuah tempat untuk bersembunyi, tapi juga ingin bertemu dengan Jessi, jadi perasaanku yang bertentangan ini, aku menuruti kata hatiku, akhirnya aku menaiki pesawat tujuan ke Beijing.

Sampai di Beijing hari sudah larut, aku berdiri di tengah hiruk pikuk bandara, aku melihat raut wajah orang-orang penuh dengan kebahagiaan bersama dengan keluarga yang datang menjemput mereka, mereka berpelukan, tertawa bersama, sedangkan aku, aku bagaikan seorang badut di dunia ini.

Setelah keluar dari bandara, aku baru menyadari di luar sedang turun salju, ternyata musim dingin telah tiba, aku yang hanya mengenakan jas tipis dan tidak merasakan kedinginan ini, mungkin karena kondisi tubuhku sedang fit saat ini.

Musim dingin di Beijing terlihat begitu indah, salju yang turun membuat kota ini terlihat sungguh indah apalagi dengan desain bangunan kuno, deretan perumahan, dan juga bangunan-bangunan modern masa kini, membuat tempat ini indah ketika dituruni salju dan bisa memberi inspirasi para penyair untuk menulis sebuah puisi yang indah.

Aku menaiki sebuah mobil menuju rumah Jessi, setelah memikirkan sejenak aku berkata : “Berhenti.”

Salju yang turun di Beijing begitu tebal, angin dingin bertiup, kali ini aku merasakan dingin yang menusuk tubuhku. Aku menepuk salju yang jatuh di pakaianku, aku berjalan ke rumah Jessi.

Karena mereka bukan orang biasa, rumah Jessi dan Felicia berada di jalan yang sama, sepanjang jalan ini hanya terdapat rumah mereka berdua, dan di luar jalan ini, dua baris rumah ini merupakan tempat tinggal para perwira.

Aku menghisap sebatang rokok, tidak ada niatku untuk masuk ke dalam rumah itu, meskipun aku begitu ingin menemui Jessi, tapi pada akhirnya aku hanya bisa ragu-ragu, karena aku tidak ingin dia melihatku dalam keadaan seperti ini.

Aku menemukan sebuah tempat untuk duduk, aku memadamkan rokokku duduk termenung memandangi kota yang begitu aku kenal, aku berusaha untuk tidak memikirkan kejadian yang terjadi hari ini.

Salju turun semakin deras, meskipun aku duduk di bawah pohon besar tapi tetap saja tidak bisa menghalangi salju yang turun menghujani badanku. Aku tidak membersihkan salju yang ada di badanku, aku hanya bisa duduk membeku, mengosongkan pikiranku, tidak ingin memikirkan apa-apa……

Aku tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tiba-tiba terdengar suara di belakangku, aromanya yang begitu khas, aku langsung mengenali aroma ini, karena aroma ini sungguh begitu lekat di pikiranku.

Perlahan aku mengangkat kepalaku, orang yang tadi di belakangku berjalan dan berhenti di hadapanku, kedua mata kami saling bertatapan, aku bisa tahu tampilanku saat ini sungguh menyedihkan, karena sejenak aku bisa melihat matanya memerah ketika melihatku.

Aku menyeringai, kemudian berkata : “Mau dengar musik?”

Selesai berbicara, aku memetik selembar daun kemudian membersihkan daun itu dan meniupnya dengan lembut.

Aku meniup sebuah lagu lama, lagu ini merupakan lagu di mana Ficky Chen meniupnya untukku di kala aku cidera dan tinggal di gunung. Aku masih ingat, saat lelaki tua itu meniup lagu ini, raut wajahnya yang selalu ceria berubah menjadi begitu sedih, dan aku masih tidak mengerti kenapa dia begitu sedih, hari ini akhirnya aku mengerti arti lirik lagu ini, menceritakan perbedaan seorang pria dan wanita yang membuatnya terpisah, aku bisa merasa, mungkin saat itu dia teringat mendiang nenekku yang menyedihkan.

Mendengarkan lagu ini, Jessi yang berdiri di depanku mengenakan baju tidurnya tersenyum, berkata : “Lagunya enak didengar.”

Aku berkata : “Selamanya aku tidak akan meniup lagu ini lagi.”

Jessi ingin memelukku, dia yang sedang memegang tongkat masih berdiri di sana, saat ini aku yang begitu sakit hati juga merasa bersalah, berkata : “Jangan, badanku penuh dengan salju.”

“Diam, jangan bergerak.” Suaranya terdengar memerintah.

Aku tidak bergerak, dengan lembut dia membersihkan salju yang ada di tubuhku, aku menggunakan kedua tanganku menutupi kepalanya agar tidak ada salju yang menjatuhi rambut hitamnya.

Jessi tertawa, dia menatapku dan berkata : “Bagus juga jika rambutku putih karena salju.”

Melihat hidungnya yang memerah, aku tidak bisa menahan diriku, aku memelukknya dalam pelukanku, berkata dengan lembut : “Maafkan aku sayang.”

Jessi menepuk punggungku dengan pelan dan berkata dengan lembut : “Aku sangat senang, kamu bisa mencariku di saat kamu begitu terpuruk.”

Aku tidak tahu apa yang bisa aku katakan, aku merasa sesuatu yang begitu hangat masuk ke dalam lubuk hatiku, membuat diriku merasakan kehangatan dan memberiku kekuatan, aku yang tadinya tidak ingin mengatakan keluh kesahku, tiba-tiba mencurahkan semuanya padanya.

Mungkin ini yang namanya keajaiban cinta, ketika kamu begitu mencintai seseorang, orang itu tidak hanya akan menjadi bagian dari dirimu, tapi juga bisa menjadi pasangan yang paling kamu percaya, karena kamu mencintainya, karena dia juga mencintaimu, karena dia mengenalmu, dia mengerti dirimu, maka dari itu kamu berani memberi hatimu padanya dan juga menceritakan semua rahasiamu.

Jessi berkata dengan lembut : “Ayo kita pergi.”

“pergi, pergi ke mana?” tanyaku penasaran.

Jessi berkata : “Rumah kita, tempat di mana kamu merawat lukamu dulu.”

Aku mengangguk, dia menarikku pergi, tapi aku menggendongnya, meskipun dia telah mengembalikan nutrisi setelah sembuh dalam masa pengobatan, tapi dia tetap saja terlihat jauh lebih kurus dibanding dulu. Aku mencium-cium keningnya dan berkata : “Makan yang banyak.”

Jessi tertawa, berkata : “Aku selalu makan banyak, sebentar lagi aku tidak muat lagi dengan gaun pengantin yang kamu buat untukku.”

Hatiku terkejut, memandang kedua bola matanya yang bersinar indah, berkata : “Aku benar-benar ingin melihat kamu mengenakan gaun pengantin itu.”

Saat ini kami telah keluar dari semak belukar ini, aku melihat mobil Jessi terparkir di pinggir jalan, supirnya menunggu di sana, melihat kami mendekat, segera dia membukakan pintu untuk kami.

Jessi berkata : “Jika kamu ingin lihat, aku akan mengenakannya sekarang, tapi kamu harus menghadapi pertanyaan dari Ayah dan Kakekku, juga tatapan Ibuku.”

Aku memikirkan wajah seramnya Mark, jika dia tahu aku melarikan diri dari tugasku, pasti dia akan bertubi-tubi memarahiku, jadi segera aku mengalihkan pembicaraan : “Kalau begitu, sebaiknya kita langsung ke rumah kita saja ya.”

Jessi tertawa kecil, suara tawanya bagaikan salju yang turun malam ini, indah dan lembut.

Begitu cepat kami sampai di rumah Jessi, meskipun sudah lama tidak ditinggali, rumahnya tetap terlihat begitu bersih, ini karena ada yang membersihkannya setiap hari.

Setelah aku dan Jessi memasuki rumah itu, aku menggendongnya ke atas kasur, aku menyelimutinya, menyalakan lampu untuknya, dia menyipitkan matanya karena cahaya yang begitu menyilaukan, aku mendekat dan menghalangi cahaya tersebut, dia terkekeh dan memegang tanganku, dan berkata : “Sudah.”

Aku memegang erat tangannya, bertanya : “Kenapa kamu bisa tahu aku bersembunyi di sana?”

Meskipun begitu banyak penjaga di dekat rumah Jessi, tapi aku yakin, dengan kemampuan yang aku miliki, aku yakin aku tidak mungkin ketahuan.

Jessi berkata : “Aku mendapat sebuah telpon, mereka berkata kamu sudah lama menghilang, mereka mendapatkan informasi di bandara dan mengatakan kamu terbang ke Beijing, aku menebak, jika kamu ke sini, kamu pasti akan datang menemuiku, tapi jika menurut kepribadianmu, kamu pasti tidak akan mau menemuiku dengan kondisi seperti ini, jadi aku keluar untuk mencarimu.

Aku tersenyum, mungkin aku terlalu terpesona, aku bahkan tidak menyadari Jessi sudah mendekatiku.

Aku bertanya : “Bagaimana dengan kakimu?”

“Sudah lumayan membaik.” Katanya, “Kamu tenang saja, sana mandi, di lemari ada baju tidurmu, jika ada yang ingin dibicarakan, tunggu setelah kamu selesai mandi baru dilanjutkan.”

Aku mengangguk, mengambil baju tidur kemudian pergi mandi, setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat Jessi sedang mengirim pesan di ponselnya, aku bertanya : “Kamu kirim pesan untuk siapa?”

Jessi berkata : “Siapa lagi kalau bukan Nody dan lainya, mereka sangat mencemaskanmu, mereka juga memberitahu aku hal yang tidak kamu ketahui.”

Hal yang tidak aku ketahui? Aku mengernyit dan berjalan ke sisinya, aku masuk ke dalam selimutnya, dia begitu hangat, aku merasa hawa dingin di tubuhku sudah diusir olehnya.

Selesai dia mengirim pesan, dia meletakkan ponselnya, dia memelukku, aku berkata dengan nada pelan : “Jika hal ini mengenai Ficky Chen dan Armour Zhong, kamu tidak perlu cerita, aku tidak mau dengar, aku juga tidak ingin tahu.”

Jessi berkata : “Baiklah, aku tidak akan membicarakannya, kamu pasti sangat lelah, cepatlah tidur.”

Aku memelukknya, dia mengangkat kepalanya menatap aku, aku menundukkan kepalaku dan mencium bibirnya yang begitu hangat, dia pun meresponku baik ciumanku. Setelah ciuman panjang ini, aku mencium keningnya, dan berkata : “Aku sangat beruntung ada kamu di sini, jika tidak aku pasti akan kedinginan malam ini.”

Jessi tertawa ringan, berkata : “Aku akan melindungimu.”

Kami saling berpelukan, aku menyuruhnya untuk tidur, tapi dia berkata dia akan tidur jika aku memejamkan mata terlebih dahulu, aku hanya bisa menurutinya, tapi bagaimanapun aku tidak akan bisa tidur.

Jessi tiba-tiba berkata : “Kamu tidak bisa tidur kan?”

“Em……”

“Kalau gitu, bagaimana kalau aku bernyanyi untukmu? Ini lagu baru, aku mendengarnya saat Ibuku menonton TV, lagunya bagus……tapi ada sedih-sedihnya.”

Aku berkata dengan datar : “Bagus kalau ada sedih-sedihnya, nyanyilah.”

Jessi mendeham, berkata : “Jangan menertawai aku ya.”

“Aku bukannya tidak pernah mendengar kamu nyanyi, istriku, suaramu bagaikan nyanyian alam.” Sindirku.

Baru saja hendak membuka mataku, Jessi langsung berkata : “Pejam mata.”

“Iya…iya…iya.”

Jessi mulai bernyanyi dengan pelan : “Di saat kamu mulai memasuki kebahagiaan ini, mimpi dan keinginan yang ada di belakangmu, berbeda-beda warnanya, tidak ada yang mengingat tampilanmu.”

“Anggur merah bahkan telah berputar ketiga kali, kamu tetap di sudut sana, menyanyikan alunan lagu yang begitu pahit. Ketika kamu tenggelam dalam keramaian, kamu mengambil gelas itu dan berkata ……”

“Segelas hormat untuk mentari, segelas hormat untuk rembulan. Membangunkan aku dalam kerinduan, dinginnya hawa di luar jendela, membuatku bisa melawan angin yang bertiup kencang, tidak peduli hujan di dalam hati ini, salju di mataku.”

“Segelas rasa hormat untuk desaku, segelas rasa hormat untuk tempat yang jauh ini. Menjaga kebaikanku dan mendesakku untuk bertumbuh. Jadi jalan di utara selatan tidak lagi panjang.”

“segelas rasa hormat untuk hari esok, segelas rasa hormat untuk masa lalu. Menyemangati diri sendiri, meski beban di pundak terasa berat. Walaupun tidak percaya tingginya gunung panjangnya sungai, hidup ini sangat singkat mengapa tidak lupakan saja.”

“Segelas rasa hormat untuk kebebasan, segelas rasa hormat untuk kematian. Maafkan keanehanku, kehilangan arah. Aku selalu menunggu fajar tiba untuk pergi dari ini semua, orang yang sadarlah yang paling tidak masuk akal.”

“Aku selalu menunggu fajar tiba untuk pergi dari ini semua, orang yang sadarlah yang paling tidak masuk akal……”

Air mata mengalir dalam hatiku, lagu ini benar-benar menyuarakan hidupku. Aku memeluk erat Jessi, dan air mata ini tetap saja tidak bisa dibendung, mengalir membasahi bantal.

Jessi berbicara dengan nada serak : “Ada aku di sini, Alwi, ada aku, kamu selamanya Alwi yang aku kenal, Alwi yang aku kenal di bar, yang selalu malu ketika berbicara denganku, Alwi yang berjuang dari nol hingga sekarang, Alwi yang mengorbankan hati nurani dan kemurahaan hatinya untuk para saudaranya, tidak peduli hidup mati demi saudaranya.”

Aku membuka mataku, melihatnya menatapku dengan penuh kasih sayang, seketika air mata ini mengalir deras, aku yang sudah lama tidak pernah menangis, saat ini, aku menangis bagaikan anak kecil di dalam pelukkannya.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu