Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 380 Si wanita penggoda Muncul Kembali

Jika Claura berpikir ingin melakukannya denganku, apa yang seharusnya kulakukan? Aku mengusap pelipisku dan berpikir dengan tidak bertanggung jawab bahwa wanita ini telah menyakitiku dengan begitu buruk, bukankah aku bahkan tidak bisa tertidur? Lagian aku juga bukan Wolf Wang yang dapat dengan mudah digoda oleh wanita!

Setelah aku mencoba untuk memahaminya, aku pun inisiatip memegang pinggang kecilnya Claura dan berbisik di telinganya, "Aku sebenarnya sangat ingin melakukannya, tetapi aku sangat takut. Penampilanku yang seperti ini, apakah aku pantas untuk memilikimu?"

Ketika aku mengatakannya sampai disini, aku pun meraba kulitnya Claura , bahkan jika itu hanya berpura-pura, tetapi masih ada inferioritas yang dalam dan menyedihkan di hatiku. Bagian ini bukan karena aku sedang menghadapi Claura, tetapi karena aku kepikiran wanita yang kucintai, kulitnya lebih bagus daripada Claura, tapi aku yang sekarang ini seperti seorang iblis.

Claura dengan lembut menepuk punggungku dan dengan lembut berkata, "Sayang, tidak apa-apa. Di dalam mataku, kau akan selalu seperti dirimu yang dulu itu.”

Aku dengan lembut berkata, “Terima kasih.”

Claura menarik tanganku dan dengan malu berkata, “Ayuk kita pergi.”

Aku mengangguk kepalaku, menggandeng tangannya dan pergi menuju ke vila. Ketika kami sampai di vila, Claura membiarkanku untuk pergi ke kamar terlebih dahulu. Dia pun pergi untuk mengambil bantal dan baju piyamanya. Sepertinya dia sudah berencana untuk pindah ke sini dan tinggal bersamaku. Sejujurnya, hatiku seratus persen tidak bersedia, karena setiap menit dan setiap detik bersamanya, membuatku sangat berwaspada dan berhati-hati dengannya sepanjang waktu. Selain itu, aku benar-benar membencinya. Jika dia tidur di kamarku, aku takut bahwa aku tidak dapat menahan diriku untuk mencekiknya hingga mati.

Tapi mau seberapa tidak inginnya diriku, aku pun masih menatapnya dengan sayang dan berkata "Aku akan menunggumu" , dimana perkataan ini bertentangan dengan kehendakku.

Claura dengan malu pergi ke kamarnya, dan seketika aku membalikkan badanku, aku pun menghentikan senyumanku. Aku sekilas melihat ke kamar mandi, lalu berjalan kedalam. Aku pun mandi dengan riang, membiarkan air mengalir dari kepalaku, sehingga aku merasa sangat nyaman. Setelah aku selesai mandi, aku menggunakan handuk dan membaluti pinggangku, sehingga menunjukkan tubuhku yang kuat tetapi juga memiliki bekas luka yang kejam dan ganas, kemudian aku perlahan-lahan berjalan keluar.

Ketika aku keluar, Claura sedang merapikan ranjangnya. Sekarang udaranya dingin di awal musim semi. Setelah dia tahu bahwa aku sedang mandi, dia pun dengan penuh perhatian menyesuaikan suhu AC-nya, makannya saat aku keluar, aku sama sekali tidak merasa kedinginan.

Punggungku menghadapi Claura. Aku pun mendengarkannya sedang bersenandung di sana, kelihatannya suasana hatinya lumayan baik. Aku pun berdiri tidak jauh di belakangnya dan berkata, "Sayang."

Claura memutarkan kepalanya. Seketika dia melihatku, matanya pun memancarkan sebuah sentuhan yang dalam dan penuh kasih sayang. Aku pun tahu bahwa akhirnya masih mempedulikan penampilanku yang buruk ini. Aku pun tersenyum dan berkata, "Pergilah mandi."

Dia mengangguk kepalanya, tersenyum dan berkata, “Kamu nonton TV dulu ya.”

Aku berkata baiklah, kemudian dia masuk ke kamar mandi dengan membawa baju tidur renda berwarna pink. Aku pun kembali ke ranjang, dan hasilnya aku menemukan sebuah topeng di ranjang tersebut, sebuah topeng ken yang aku kenal. Aku mengambil topeng tersebut, menoleh kearah kamar mandi, menggertakan gigiku dan melemparkan topeng tersebut dengan benci ke ranjang. Kemudian mulai menonton TV tanpa memperhatikannya.

Beberapa saat kemudian, Claura pun telah keluar dari kamar mandi. Begitu dia keluar, diapun meneriaki kata "sayang". Dalam suara terlihat meragukan, hatiku pun tidak dapat menahan diri dan berdetak. Aku menoleh dan melihat Claura sedang berdiri di sana. Meskipun gaun satin pinknya longgar, tetapi masih tidak bisa menutupi sosok tubuhnya yang indah itu. Roknya pun pas menutupi pahanya yang putih dan lembut itu. Ketika dia perlahan-lahan berjalan ke arahku, aku melihat roknya sedang bergelombang seakan jantungku yang berdesir.

Ketika Claura tiba di hadapanku, dia pun memutar tubuhnya, lalu bersandar di pelukanku, melingkarkan lengannya di leherku dan dengan lembut berkata, "Sayang, apakah aku cantik?"

Harus dikatakan bahwa Bowen benar-benar wanita yang sangat seksi. Dulu seksinya ketika dia sedang dingin dan aneh, tapi sekarang dia pun masih seksi ketika dia lembut, dia adalah perwakilan dari kata seksi. Aku berpikir ketika dia yang mengambil inisiatif untuk berburu para pria, tidak ada seorang pria yang bisa menahan dari godaan ini.

Tapi aku menunjukkan raut amarahku dan berkata dengan kaku, "Cantik."

Claura melihatku yang tidak gembira, mengerutkan alisnya dan bertanya, “Sayang, apakah kamu tidak senang?”

Aku tanpa daya bertanya, "Sayang, coba jujurlah, apakah kamu merasa bahwa aku sangat jelek?"

Claura pun sedikit tidak menduganya dan bertanya, "Mengapa kamu bisa berpikir demikian?"

Aku mengambil topeng tersebut dan bertanya, "Apakah kamu mempersiapkan topeng ini untukku? Apakah kamu ingin aku menutupi wajahku ketika kita sedang melakukannya? Kau anggap aku sebagai apa, hah?"

Ketika Claura melihat topeng di tanganku, seketika dia menunjukkan sedikit perasaan bersalah. Aku pun melemparkan topeng di lantai. Dia dengan cepat memungutnya, maju kemari dan mencium pipiku. "Sayang, bagaimana bisa kamu tidak mempercayaiku? Jika aku membencimu, bagaimana bisa aku menawarkan diri untuk tinggal bersamamu? Topeng ini sebenarnya adalah tanda cinta kita berdua. Ketika pertama kali aku mengenalmu, kamu memakai topeng ini untuk menyelamatkanku, seakan seperti seorang malaikat.”

Melihat Claura yang sedang mengingatkan kembali, aku tahu bahwa dia tidak pernah melupakan aku yang semenjak awal telah menyelamatkannya. Dia adalah seorang paranoid, juga karena inilah, setelah dia jatuh cinta kepadaku, makannya dia baru bisa dengan gila memikirkanku.

Aku dengan lembut menyisiri rambutnya di belakang telinganya dan dengan perasaan bersalah berkata, "Maaf, aku lagi-lagi telah kehilangan kesabaranku. Aku tidak mau seperti ini, tapi aku… seketika aku memikirkan penampilanku yang saat ini, aku tidak dapat menahan diri dan merasa malu. Apakah aku terlalu sensitive, terlalu jahat?”

Claura menggelengkan kepalanya, memegang wajahku dan dengabn lembut berkata, “Tidak, aku dapat mengerti perasaanmu. Aku berharap jika kamu mempunyai sesuatu yang tidak bahagia, kamu bisa membicarakannya denganku."

Aku diam-diam menghembus napas lega. Aku tahu bahwa Claura meletakkan topeng di ranjang tersebut juga menunjukkan bahwa dia sedang mengujiku. Kecurigaan wanita ini sungguh berat. Di permukaan terlihat seakan dia sedang menyayangiku, tetapi pada kenyataannya tersembunyi bahwa dia sedang mengujiku di mana-mana. Bergaul dengan orang seperti ini sungguh sangat melelahkan.

Hanya saja pertunjukanku yang kali ini tampaknya telah berhasil menipunya.

"Sayang, apakah kamu ingin memakai topeng tersebut?" tanya Claura.

Aku menganggukkan kepalaku dan menyerahkan diri untuk mengenakan topeng tersebut. Pada saat ini, Claura telah melihat bahwa pandanganku telah berubah, dimana telah menjadi panas dan kejam. Tetapi pandangan ini dengan cepat berubah menjadi puas, dimana ekspresinya tampak seakan akhirnya telah menangkapku. Meskipun wajahnya masih lembut, tapi itu memberi orang perasaan yang negatip. Meskipun dia lah yang ditipu, tetapi ketika menghadapi pandangan mata seperti ini, aku pun merasa bahwa bulu-kudukku sedang berdiri.

Claura dengan lembut menarik tali pengikat bahu dan berkata dengan lembut, "Sayang, hari sudah malam, sudah waktunya bagi kami untuk beristirahat."

Aku mematikan lampu di kamar dan hanya menyisakan lampu di ranjang, dan membiarkan bibirnya menempel di bibirku. Mungkin karena topengnya yang menutupiku, makannya aku tidak merasa begitu gugup. Bahkan ketika tubuhnya yang panas itu menempelku, hatiku pun juga ikut terbang keatas.

Suasana hati dan perhatiannya Claura sangat tinggi, makannya dalam petarungan ini, dia lah yang selalu mengambil inisiatif untuk menyerang. Suasananya pun dengan cepat diaturnya menjadi sangat panas. Hanya melihat wajah ini saja, aku dari awal hingga terakhir merasakan tekanan psikologis. Ketika memikirkan hal ini, aku membalikkan tubuhnya, dan membiarkan punggungnya menghadapaku. Dia pun terkikik dan bertanya, "Ada apa? Tidak mau menghadapiku, kah?”

Meskipun ini adalah candaan, tetapi masih itu masih menggoda. Wanita ini sungguh sangat mengerikan. Bahkan ketika sedang bercinta pun, dia masih menahankan kesadarannya dimana membuat orang merinding.

Aku menggelengkan kepalaku, mendekat diri ke telinganya dan sebisa mungkin menggunakan nada yang lembut dan dominan untuk berkata, "Bukan, aku hanya suka perasaan menaklukan saja.”

……

Setelah malam yang gila itu, keesokan paginya aku pun terbangun dari tidurku. Meskipun semalam sangat melelahkan, tetapi semenjak permulaan hal-hal ini terjadi, aku pun setiap pagi bangunnya kepagian, bahkan jika masih ngantuk tetap tidak bisa tertidur lagi. Melihat Claura yang berbaring di dadaku sedang tertidur nyenyak, wajahnya yang menunjukkan senyuman kepuasannya membuat hatiku seketika memiliki hati untuk membunuh.

Aku mengulurkan tanganku berpikir untuk menyekiknya, tetapi setelah aku mendekatinya, aku hanya dengan pelan menggaruk pipinya dan dengan lembut berkata, "Aku akan ‘mencintaimu’ dengan baik."

Setelah selesai mengatakannya, aku dengan pelan meninggalkan Claura, pergi mandi, memakai pakaian yang bersih, langsung memakai topeng ken dan pergi ke dapur. Kemudian mulai menyibukkan diri dengan membikin sarapan. Ketika aku selesai membuat sarapan, Claura pun masuk kemari. Begitu dia masuk, dia dari belakang memelukku dengan erat dan dengan lembut bertanya, "Sayang, apakah kamu semalam bahagia?"

Aku tersenyum sambil berkata, "Senang kok, hanya saja kucing garong ini memiliki kemampuan bertarung yang begitu kuat. Sepertinya aku harus memakan sesuatu yang enak untuk memperbaikinya, kalau tidak, aku tidak akan dapat menahannya."

Mendengar perkataanku yang lucu, Claura dengan lembut memukul punggungku dan berkata dengan manja, "Tidak boleh begitu mengatakanku."

Berbicara sampai ini, dia pun mengambil topengku dan bertanya, "Tapi mengapa kamu masih memakai topeng ini? Apakah kamu masih mengingat kejadian semalam yang… hmm?”

Aku menyipitkan mataku sambil tersenyum dan berkata, "Kucing garong, apa yang ada dalam pikiranmu ini? Aku hanya takut akan menakuti orang, makannya aku menggunakan topeng ini untuk menutupi wajahku saja."

"Kamu tidak perlu begitu," kata Claura dengan suara berat.

"Kamu cekup memuaskan keinginan kecilku ya." Aku dengan pelan menyentil dahinya dan berkata, "Selain itu ketika memakai tipeng, aku merasa diriku seketika menjadi lebih peraya diri. Selain itu, bukankah kamu mengatakan ini adalah topeng cinta kami? Aku pun merasa bahwa ketika aku memakai topeng ini, aku akan merasa sangat senang. "

Setelah mendengarkanku berkata demikian, Claura hanya mengangguk kepalanya dan dengan lembut berkata, “Kamu senang sudah baguslah.”

Aku menghembus napas lega. Sebenarnya ketika dibandingkan, aku masih lebih suka memakai topeng. Karena ketika memakai topeng, aku tidak perlu terlalu cemas untuk menguruskan raut wajahku dan bisa hidup lebih bebas.

Setelah sarapan dengan Claura, dari luar terdengar bunyi alarm. Ketika aku baru mau keluat, Claura menepuk tanganku dan berkata, "Tenang saja. kemungkinan itu adalah pelatih sniper yang dirkirimkan ayah angkat kepadamu.”

Aku mengangguk kepalaku dan menunjukkan pandangan penasaran sambil memikirkan siapa pelatih sniper itu.

Ketika aku melihat seseorang yang datang kemari, aku seketika merasakan seakan otakku akan meledak dan bahkan jantungku seakan berhenti berdetak.

Aku hanya melihat orang-orang yang memakai jaket hitam, diikat dengan syal putih, rambutnya yang hitam itu dikonde, wajah yang polos tanpa menggunakan bedak dan riasan, betapa tidak peduli dirinya. Aku pun berpikir jika bukan melalui topeng ini, kemungkinan Claura dari awal sudah dapat mengetahui kemampuan aktingku yang sempurna ini.

Bukannya aku tidak cukup stabil, hanya saja orang yang datang ke sini sungguh diluar dari dugaanku. Orang ini adalah Aiko!

Ketika aku melihat Aiko, dia pun juga menatapku. Sepasang matanya penuh dengan kejutan. Ketika aku memandangnya, dia mengedipkan sepasang mata yang berair itu, membuka mulutnya dan berkata: "tidak mungkin… tidak mungkin itu adalah dia.”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu