Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 489 Pertemuan

Sekali aku mengungkit Alwi lagi, Claura akan sangat kesal. Hatiku sangat senang, tetapi wajahku memasang raut wajah bingung dan bertanya kepadanya, janga-jangan ‘Alwi’ itu melakukan hal-hal bodoh yang merugikan tim.

Claura tidak membalas, melainkan melirikku sekilas dan bertanya kepadaku, “Apakah kamu merasa beberapa hari ini ada orang yang menguntitmu?”

Aku menggelengkan kepalaku dan bertanya, “Ada apa? Apakah kamu masih memiliki perasaan seperti itu?”

Claura mengangguk dan berkata, “Sebenarnya sangat aneh, padahal aku dapat merasakan ada orang yang menguntit, tapi bawahanku sama sekali tidak dapat menemukan orang itu, tapi aku dapat memastikan kalau ada orang yang menguntitku. Tidak hanya itu, di telepon Felicia ada rekaman suara dan itu pembicaraan kita berdua. Melalui pembicaraan ini, ia tahu kalau Alwi mendekatinya karena ada tujuan tertentu, akhirnya ia marah besar, sehingga Alwi tidak mendapatkan apapun.”

Hatiku sangat terkejut, bagaimana Claura dapat mengetahui Felicia mengetahui pikiran Alwi melalui pikiran. Seketika aku teringat, kemungkinan besar setelah kepergian Felicia dari restoran, lalu ia berbicara kepada manajernya untuk menekankan pikiran hatinya. Aku mengerutkan dahiku dan berkata, “Bagaimana mungkin pembicaraan kita berdua direkam? Kita membahas masalah ini didalam kamar. Jangan-jangan kamar kita ada alat penyadapan?”

Setelah itu, aku dan Claura saling memandang dan mulai memeriksa sekitar. Hanya saja Claura sepertinya takut, mungkin ia ingin mencari tapi tidak ingin mencari, karena dibawah ranjangku ada alat penyadapan miliknya. Aku berpura-pura tidak menyadari kejanggalannya dan mencari dengan teliti. Akhirnya aku menemukan alat itu dibawah ranjang. “Sayang, aku menemukannya. Alatnya ada disini. Gila sekali siapakah orang itu yang memasang alat ini dikamar kita, selama ini aku tidak mengetahuinya.”

Claura mengerutkan dahinya, “Tidak boleh tidak berhati-berhati, bagaimana kalau ada yang lain?”

”Setelah ucapannya itu, aku sudah tahu kalau ia sudah memutuskan untuk menyalahkan masalah ini ke orang lain. “Baik, kalau begitu aku lanjut mencari.”

Setelah itu, aku menemukan alat penyadapan yang kusembunyikan di rak minuman keras. Saat alat itu dikeluarkan, raut wajah Claura penuh dengan kekesalan, begitupula denganku dan berkata, “Aneh sekali, sebenarnya siapakah orang yang menaruhkan dua alat ini di kamar kita? Lagipula kapan mereka menaruhnya? Bukankah pembicaraan kita berdua beberapa hari ini sudah terdengar oleh mereka? Termasuk aktivitas di ranjang...”

Aku seketika menendang meja bundar dan berkata, “Aku harus menemukan orang yang melakukan ini! Alat ini harusnya terhubung dengan nomor telepon. Aku coba cari orang untuk melihat terhubung ke nomor telepon siapa, sehingga kita bisa mengetahui orang itu.”

Mendengar ini, raut wajah Claura berubah dan langsung menarik alat penyadapan itu dari tanganku. “Aku coba bawa pulang. Beberapa hari ini, kamu pasti diawasi oleh Govy mereka, harusnya kamu berhati-hati. Masalah ini biarkan aku saja yang mengurusnya.”

Aku berpura-pura seperti percaya kepadanya, “Boleh juga. Kalau begitu kamu hati-hati.”

“Iya. Kamu juga harus waspadai sekitar. Sekarang aku curiga kalau ada kekuatan pihak ketiga yang menetap di Dongbei dan itu kemungkinan adalah musuh kita. Tidak hanya itu, orang itu seperti juga mengetahui hubungan kita berdua dan ini tidak untung bagi kita. Aku juga curiga kekuatan ini berasal dari Govy, yang berarti dari atasan. Kalau benar seperti itu, berarti pihak lain mungkin sudah mengetahui identitasmu, tapi mereka tidak mulai beraksi, mungkin bisa menemukan kekuatan kita melalui dirimu.” ucap Claura sambil memegang dagunya.

Aku pelan-pelan menghelakan nafas. Aku tidak takut ia akan curiga kepadaku, hanya saja takut akan keberadaan Kimi mereka.

Aku berpura-pura khawatir dan berkata, “Kalau benar seperti yang kamu katakan, aku benar-benar harus berhati-hati. Govy adalah orang yang teliti, jangan-jangan ia sudah mengetahui kejanggalan dari masalah jam tangan Hansen? Bagaimana dengan diriku kalau identitasku kebocoran?”

Claura terus melirikku dari samping saat aku sedang berbicara, mungkin ia ingin lihat apakah aku sedang akting. Setelah aku berbicara selesai, ia dengan sedih berkata, “Aku juga tidak tahu, hanya bisa cepat pulang dan bahas dengan Ayah angkat.”

Aku mengangguk kepalaku kencang dan memegang wajah Claura. “Padahal aku berharap kamu bisa membantuku, tapi sekarang harus berpisah denganmu. Kamu harus merawat dirimu baik-baik pulang nanti. Apapun yang terjadi, pentingkan nyawamu terlebih dahulu. Hubungi aku kalau ada masalah. Apapun masalah yang terjadi masih ada aku.”

Claura tersenyum setelah mendengar ucapanku. Ia menyandarkan kepalanya kedalam pelukanku dan memelukku. “Aku tidak menghawatirkan yang lain. Aku paling khawatir beberapa hari ini aku membuat kamu banyak masakan dan sekarang aku tiba-tiba pergi, bagaimana kalau kamu tidak tahan dan pergi mencari Vika dari Bar Happy Chappy?”

Aku berkata, “Kamu tidak percaya aku? Baiklah, kalau begitu sebelum kamu pergi, kamu carilah alat untuk mengunci diriku.”

Mendengar ini, Claura tertawa. “Sudahlah, aku takut aku akan menyesal.”

Aku menepuk pantatnya. Ia mengecup bibirku sesaat, kemudian ia pergi tergesa-gesa karena sebuah panggilan. Setelah ia pergi, aku seketika merasa terlepas beban. Aku tidak perlu lagi berakting dengan wanita yang kubenci. Aku berbaring diatas ranjang dan mengingat ulang hal-hal yang terjadi hari ini, serta memikirkan cara untuk menolongnya. Karena kejadian Claura ini, Kak Yanti sama sekali tidak bisa membantuku untuk menggantikan posisi Vincent. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menggantikan Wayne. Tapi apa yang harus kulakukan untuk menggantikan Wayne?

Meningat foto-foto yang ada ditanganku, aku berpikir apakah bisa mengancamnya dengan foto-foto ini? Tapi ia sudah membuat Andreas marah, sehingga kurasa Andreas pasti mengingatku. Ingin membentuk kekuatan dibawah Andreas, kurasa sangat susah, siapa tahu Wayne lebih memilih ketahuan ia selingkuh dan tidak berani menolongku, lagipula ia seperti hantu saja saat bertemu dengan Andreas.

Tiba-tiba teleponku berdering. Sebuah panggilan dari Govy, aku menekan tombol terima dan mendengarnya berkata, “Satu jam kemudian, temui aku di Lanting Xu.”

Lanting Xu? Mungkin itu nama dari sebuah restoran atau tempat pertemuan. Aku berpikir dan berkata, “Apakah Jessi pergi?”

Govy bilang iya, lalu memutuskan panggilan. Aku segera bangun dari ranjang dan berjalan dengan gugup. Mengapa Jessi masih marah kepadaku? Bagaimana aku harus menghiburnya? Karena berpikir terlalu banyak, aku memutuskan untuk pergi ke mall untuk mencari hadiah yang cocok untuk Jessi. Aku menggantikan pakaianku dan membentuk rambutku, lalu juga mengelap sepataku hingga bersinar, serta memakai kacamata hitam. Setelah bercermin, aku baru meninggalkan hotel.

Setelah keluar dari hotel, aku memanggil taksi dan pergi ke toko perhiasaan. Saat aku sedang memilih barang, ada orang yang menepuk pelan bahuku. Aku membalikkan kepalaku dan menemukan wanita dengan rambut yang disanggulkan. Ia memakai kacamata hitam dan topi. Wajahnya terdapat beberapa tahi lalat, tapi kalau dilihat dengan teliti, beberapa tahi lalat itu digambar. Ia memakai kemeja longgar dan celana jeans yang terdapat robekan, serta sepatu putih. Meskipun semua gaya pakaiannya itu demi menutupi dirinya, tapi aku masih bisa mengetahui ia dalam sekali lihat. Ia adalah Felicia.

Aku tak sangka bisa bertemu dengan Felicia disini. Aku sangat terkejut. Baru saja aku ingin berbicara, ia sudah memotongnya. “Suaramu jangan terlalu kencang, aku takut ketahuan orang lain.”

Aku tertawa kearahnya dan bertanya kepadanya, “Mengapa kamu datang? Masalah manajermu itu cukup besar bukan?”

Felicia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Sama sekali tidak, mungkin sudah disembuyikan oleh ‘Alwi’ itu, bahkan mayatku saja tidak tertemukan.”

Ternyata.

Aku menghela nafas setelah melihat Felicia tidak terpengaruh oleh masalah ini. Aku bertanya untuk apa ia keluar dan ia mengeluarkan lidah kearahku. Ia bilang untuk bersantai-santai. Ia juga bilang kalau ia sudah memberhentikan aktivitas beberapa saat ini dan lanjut bekerja setelah ia menemukan manajer baru. Sepertinya Govy sudah memberitahunya kalau ia berada disini.

Mengingat ini, aku bertanya kepadanya. “Aku nanti akan bertemu dengan Kakakmu, apakah kamu ingin pergi bersamaku?”

Felicia tersenyum dan berkata, “Ternyata kamu juga ingin pergi bertemu Kakakku. Aku juga pergi kok, tapi mengapa kamu kesini terlebih dahulu?”

Aku tertawa. “Kamu nanya aku, kalau kamu?”

Felicia menunjuk toko pakaian pria disebrang sana. “Kakakku tidak peduli kepada tampilannya dan tidak pernah membeli pakaian baru. Aku ingin membelikannya pakaian, kalau tidak ia begitu bebas, bagaimana ia mendapatkan pacar nanti? Kalau kamu? Kamu datang mengelilingi toko perhiasan, apakah kamu ingin membelikan hadiah untuk seseorang?”

Aku teringat Jessi dan terdiam, lalu memandang Felicia yang penasaran. Aku berkata, “Aku memilih hadiah untuk pacarku.”

“Pacar? Kamu sudah memiliki pacar?” ucap Felicia terkejut.

Aku mengangguk. Ia berpura-pura kecewa dan berkata, “Padahal sudah menemukan orang yang lumayan, tapi siapa sangka orangnya punya pacar. Tuhan memang jahat kepadaku.”

Setelah itu, ia tertawa karena melihat aku tidak berbicara dan memukul dadaku. “Aku hanya bercanda. Aku sama sekali tidak tertarik untuk mencari istri tentara. Hehe. Apakah kamu sudah selesai memilih hadiah? Kalau sudah, ayo pergi bersamaku. Aku sudah membeli pakaian Kakakku, sekarang tinggal mengambilnya.”

Aku berkata, “Kalau begitu kamu ambil dulu, aku pergi bayar.”

Felicia tersenyum manis dan bilang iya, lalu pergi. Melihat punggungnya yang langsing, siapa sangka ia masih saja begitu imut. Aku tahu Felicia yang seksi dan menggoda demi misi, benar-benar sudah menghilang. Di dunia ini hanya tersisa Nona muda Keluarga Su dan penyanyi Felicia yang membunuh penggemarnya.

Waktu membuat orang berubah. Lumayan baik.

Aku membeli satu set perhiasaan yang mereka bilang itu berharga. Meskipun harganya lebih mahal, tapi desainnya mewah. Aku tahu kalau ini bukan gaya yang disukai Jessi dan juga tahu kalau barang yang kubeli itu sangat biasa. Hatiku penuh rasa bersalah. Rasa bersalah kepada Jessi, maupun kepada Felicia, seperti gunung besar yang menekanku hingga aku tidak bisa bernafas.

Lalu aku dan Felicia berlangkah menuju ke Lanting Xu. Lanting Xu adalah toko teh yang penuh dengan suasana klasik. Setelah kita masuk, ada seorang pelayan yang membawa kita ke ruangan. Dari aura dan tatapan mata pelayan ini, sepertinya ia juga orang kita. Jangan-jangan Lanting Xu adalah tempat baru yang dibuka atasan di Dongbei?

Aku melihat sekitar dan menemukan bahwa toko ini masih baru. Mengingat saat baru masuk tadi, diluar masih ada beberapa keranjang bunga, sehingga aku memastikan apa yang kupikirkan.

Atasan membentuk titik di Dongbei sama sekali bukan hal baik bagi diriku, lagipula ini juga menambah kebahayaan bagi kebocoran kekuatan pihak Kimi mereka.

Saat aku sedang berpikir, Felicia membukakan pintu ruangan, lalu ia langsung masuk kedalam pelukan Govy dan memanggilnya dengan manis. Sedangkan aku tercengang melihat kedua orang lainnya yang duduk disana, seketika otakku meledak.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu