Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 376 Apakah Ini Akhir Dari Hidupku? (1)

Aku memandang langit-langit, mencoba menunjukkan ekspresi tidak memerlukan apa-apa, aku melirik sekilas dokter yang ada di dekatku, dia menyeka lenganku dengan bola kapas yang sudah disterilkan, kemudian bersiap-siap menyuntikku, ketika jarum suntik menusuk kulitku, semua orang dalam keadaan santai, dan aku tiba-tiba bangkit mengeluarkan tenaga menyambar tangan dokter yang memegang jarum suntik, lalu langsung merampas jarum suntik menusukkan jarum itu ke leher dokter, dan menyuntiknya dengan kejam.

Tubuh dokter gemetar, menatapku dengan tidak percaya, lalu jatuh ke lantai. Begitu dia terjatuh ke lantai, semua orang bergegas menghampiriku, aku mengangkat bantal menyerang kearah Justin ingin menyuntiknya, pada dasarnya Justin memang bisa berkelahi, ditambah kondisi tubuhku yang tidak begitu bertenaga, dia dapat dengan mudah menghindari suntikanku, lalu memukul wajahku dengan tinjunya. Aku langsung tersungkur di meja operasi, lalu sekumpulan orang menahanku, meninju dan menendangku.

Aku melindungi kepalaku, mendengar Claura berteriak marah: “Alwi,kamu membohongiku! kamu membohongi aku lagi! aku tidak akan memaafkanmu.”

Setelah itu, dia berteriak: “Minggir semuanya!”

Hatiku gelisah, semua orang menyingkir, aku menengadah memandang Claura, melihat dia melemparkan cambuk dengan keras ke tanah dan cahaya dingin keluar dari tatapan matanya, lalu dia berkata: “Alwi, seumur hidup ini aku paling benci dibohongi, tapi kamu membohongiku, aku tidak akan memaafkanmu!”

Setelah Claura selesai mengatakannya, dia melemparkan cambuk ke arahku dengan kejam, aku segera mengelak kesamping, kakiku tersangkut sesuatu dan tersungkur jatuh, lalu cambuk itu jatuh seperti hujan, bagaimana aku menghindarinya juga tidak bisa.

Aku berguling-guling kesakitan dilantai, dan orang-orang di sekitarku tertawa senang.

Saat ini, perasaan penghinaan muncul kembali di hatiku, aku sama sekali tidak menyangka akan mengalami hal semacam ini lagi suatu hari nanti, aku pikir penghinaan dan rasa malu akan hilang seiring dengan pertumbuhanku, dan kemajuanku yang berkelanjutan, tetapi Claura wanita ini membuatku merasakan sekali lagi perasaan ini.

Saat ini, aku benar-benar membenci keragu-raguan dan kebaikan hatiku. Jika aku membunuhnya lebih awal, bagaimana mungkin aku bisa semenderita ini?

Kejam terhadap musuh berarti baik kepada diri sendiri, pepatah ini memang benar!

Aku menatap Claura dengan ganas, berusaha mengabadikan ekspresi dia dalam benakku.

Claura menatap tatapanku, bahkan lebih marah lagi, dan berteriak keras: “Kenapa kamu selalu menggunakan tatapan ini menatapku? Ken yang dulu selamanya tidak akan menatapku seperti itu.”

Aku berteriak: “Dasar gila, Ken menatapmu dengan penuh kasihan, hanya untuk balas dendam di kemudian hari!”

Sebuah cambukan jatuh tepat di wajahku, aku tidak menghindar, wajahku merah panas kesakitan, aku bahkan bisa mendengar suara kulitku terkelupas, Claura melemparkan cambuk kelantai dengan kejam dan bergegas meraih kerahku, lalu berkata: “Alwi, aku benci kamu! Aku benci! Kamulah yang membuat hidupku menjadi hancur!”

Aku memuntahkan darah dari mulutku dan berkata: “Hancur? Jika begitu kamu bunuh aku!”

“Aku tidak akan membunuhmu, tidak peduli seberapa kamu membuatku marah, aku ingin kamu hidup, melupakan wanita yang paling kamu cintai, melupakan ibumu yang akhirnya mengenalimu, aku ingin kamu tidak bisa membalaskan dendam ayahmu, ingin kamu menyaksikan orang lain menggantikanmu berdiri dipuncak kejayaan, bahkan kesempatan untuk bersedih juga tidak ada! Alwi, aku ingin kamu menyesal membuatku marah!” lalu Claura menciumku.

Dasar gila!

Aku meronta ingin mendorongnya menjauh, tetapi apa daya aku tidak memiliki kekuatan, selain menerima ciuman gilanya, menahan rasa sakit bibir yang mengeluarkan darah digigit olehnya, kemudian aku membalas ciumannya dengan kemarahan yang sama, setelah ciuman ini, bibir kita berdua sobek, aku meludahkan darah ke tanah dan memarahi: “Claura, sekalipun aku melupakan semuanya, dan bersama denganmu terus kenapa? Cintamu bukan tidak bisa mengingat apa-apa, tiba saatnya kamu pasti akan mennyesal melakukan semua ini! Pasti menyesal!”

Claura mundur, menatapku dengan dingin seperti itu, menjilat darah di bibirnya, dan berkata padaku: “Alwi, selama bisa mendapatkamu, sekalipun kamu mengutukku seumur hidup, aku juga tidak akan menyesal.”

Selesai mengatakannya, dia berbalik dan berkata: “Kurung dia, tunggu sampai dokter sadar baru kita bicarakan lagi.”

Saat ini, mantel putih berjalan masuk dan berkata: “Nona Claura, Dokter Hans sudah tidak bisa sadar.”

Claura mengerutkan kening, dan berkata: “Apa yang terjadi?”

“Alwi tadi menggunakan jarum menusuk Aorta dokter Hans, lalu menyuntikkan obat bius ke dalamnya, dia sudah mati.”ucap orang itu dengan suara pelan, seolah yang mati bukan teman mereka, melainkan seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka.

Claura marah mengucapkan kata-kata kasar, lalu berbalik memandangku dan berkata: “Jika begitu cari orang yang bisa operasi, sebelum itu kurung Alwi!”

“Baik.”

Aku ditarik oleh beberapa orang dan dikunci di sebuah ruangan hitam kecil, mungkin Claura masih berperikemanusiaan, di dalam kamar hitam kecil ini dia bahkan memyediakan kamar mandi.

Setelah mereka melempar aku, mereka langsung mengunci pintu, aku menggedor pintu, dan tidak ada yang merespon. Aku bersandar dipintu merosot duduk dilantai, mengingat kejadian yang terjadi. Aku benar-benar mengkhawatirkan ibuku, Nody dan Sulistio mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang tahu orang yang berbicara dan tertawa bersama mereka saat ini bukanlah aku, melainkan digantikan oleh orang jahat, jadi mereka tidak akan waspada terhadap orang itu sama sekali. Aku benar-benar takut kalau mereka akan terluka.

Tidak bisa, aku tidak akan membiarkan masalah seperti ini terjadi, aku harus keluar dari sini.

Hanya saja, ketika aku melihat sekeliling, tidak ada jendela diruangan ini, dan seluruh bajuku sudah diganti, Hp yang selalu disembunyikan di saku celana hilang, aku sama sekali tidak mempunyai cara, saat ini aku benar-benar merasa putus asa.

Tidak tahu kapan, ada orang yang melemparkan semangkuk nasi dari lubang besar di pintu, diatas nasi menghidangkan sayur yang paling aku sukai, aku langsung menendang nasi kelantai.

Terdengar tawa dingin Justin dari luar, dia berkata: “Makanan ini disiapkan sendiri oleh nona besar kami, kamu tidak makan? Jika begitu mulai besok seharian kamu tidak usah makan. Oh, iya, aku masih belum memberitahumu, kali ini aku akan kembali, kembali ke samping Alwi yang lain, mulai hari ini, aku seharusnya bisa menjadi teman dekatnya, dan beberapa teman-teman yang kamu percayai, aku akan menghancurkan mereka satu per satu.”

Mendengar ini, hatiku merasa dingin, aku menggertakkan gigi dan berkata: “Justin, dasar manusia hina! Jangan lupa, betapa baik Sulistio padamu! tidakkah kamu memiliki hati nurani hingga ingin menghancurkannya?”

Justin melonglong memukul bibirnya dan berkata: “Dia memang baik, tapi siapa suruh dia sial, salah mengenalimu sebagai boss?”

Setelah mengatakannya dia tertawa dan pergi, aku bangkit dengan marah dan menendang pintu, berteriak: “Justin, kamu akan mendapat karma! Kamu pasti akan mati!”

Tapi yang menjawabku, hanyalah suara tutup pintu……

Saat ini, perasaan lemah muncul di hatiku. Aku duduk dilantai, dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, kepalaku hampir pecah memikirkan ini, tapi apa daya aku tidak bisa memikirkan cara yang terbaik.

Aku dikurung disini selama sehari semalam, Justin tidak muncul kembali, dan tidak ada orang yang memberiku makan lagi, obat bius ditubuhku sudah hilang, tetapi meskipun begitu, aku masih tidak bisa melakukan apa-apa.

Keesokan siang hari, aku merasa ada orang yang datang, dan tentu saja, aku mendengar suara Claura, dia berkata: “Perasaan kelaparan sangat tidak enakkan?”

Aku tidak berbicara, Claura tersenyum dingin dan berkata: “Kenapa? Pura-pura mati? Ku beritahu kamu, diruangan hitam kecil ini ada CCTV, semua gerakan dibawah pengawasanku, jadi aku tahu kamu baik-baik saja.”

Aku menjawab dengan dingin: “Aku hanya tidak ingin berbicara denganmu saja, kamu berpikir terlalu banyak.”

Claura terkikik dan berkata: “Aku tidak mengerti, kenapa kamu sangat keras kepala? Hatimu seharusnya tahu dengan jelaskan? Melawanku tidak akan ada manfaatnya, jika kamu ingin melewati hari dengan baik, kamu harus mendengarkan aku dan bersama denganku, apakah itu sangat sulit kamu terima? Disukai oleh wanita seperti aku ini, seharusnya kamu merasa terhormat.”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu