Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 500 Hati yang Susah Ditebak

Aiko bilang bahwa dia tidak akan menyerah melakukan balas dendam ayahnya, karena karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat memperdebatkan kematian ayahnya selain dia. Aku dapat melihat dari matanya yang tegar bahwa dia benaram sudah menetapkan diri untuk membalaskan dendam ayahnya. Aku tidak bisa menghentikannya. Sebagai putra musuhnya, aku pun tidak punya wajah untuk menghentikannya.

Aku melihat Cecilia yang sedang tertidur pulas dalam rangkulanku dan mendesah dengan dalam. Jika dikatakan bahwa aku dan Aiko telah ditakdirkan untuk bermusuhan, maka itu adalah suatu keberuntungan bahwa Cecilia tidak mengenaliku, ayahnya. Ketika memikirkan hal ini, aku pun berkata, "Semua orang memiliki hak untuk memilih apa pun. Kamu buatlah pilihanmu dan aku tidak akan mencoba untuk mengubahmu. Tetapi aku harap bahwa kamu dapat mengingat satu hal, yaitu kamu adalah seorang ibu. Aku berharap apapun yang kamu lakukan, kamu harus terlebih dahulu memikirkannya demi anak yang malang ini. "

Aiko melihatku, pandangan matanya menjadi lembut, tapi aku bisa melihat dengan jelas dari matanya bahwa dia tidak mempunyai pilihan lain. Dia pun mengangguk kepalanya dan berkata, "Aku bisa melakukannya. Karena aku telah melahirkannya, aku pasti tidak akan meninggalkannya sendirian di dunia."

Ketika mendengarkannya, aku pun menjadi sangat tersentuh dan juga sedih. Aku banyak berharap bahwa kedatangannya Cecilia dapat mencairkan kebencian yang berada di dalam hatinya. Tapi kebencian di dalam hatinya sudah terlalu dalam. Bagaimanapun juga, yang meninggal adalah ayah yang sangat dihormatinya. Dia tidak mencariku untuk membalas dendam dan membiarkan hutang ayahku dilunasi, itu beneran sudah ‘memberikanku muka’.

Setelah memikirkannya ribuan kali di dalam benakku, aku masih tidak rela memberikan Cecilia kepada Aiko dan berkata, "Kamu terluka, cepetan meminta Novy membawamu kembali untuk pemulihan. Selain itu, keselamatan kalian ibu dan anak akan menjadi lebih baik ketika kamu pergi. "

Aiko pun mengatakan bahwa dia memahaminya.

Aku sekali lagi sekilas menatapnya dengan dalam, tidak mengatakan sekatapun, membalikkan badan dan pergi.

Ketika aku bergegas keluar dari hotel kecil ini, langit sudah fajar. Aku pun naik ke mobil, sekilas melihat kartu pengemudi itu dan menghubungi si pemilik kartu ini. Aku menanyakan dia di mana, lalu mengembalikan mobil ini kepadanya, mengambil kembali kartu identitas-ku dan dalam waktu bersamaan memberikannya sejumlah uang. Masalah ini pun lewat begitu saja. Aku kembali ke rumahnya Vika. Pada saat ini, Diksan pun telah pergi. Ketika Vika melihatku kembali, dia menanyakan apakah aku sudah makan sarapanku dan berkata bahwa dia sudah membeli sarapannya.

Aku pun juga tidak segan dengannya. Setelah makan sarapan, aku bertanya kepadanya kapan dia akan pergi bekerja. Vika pun membalas jam 4 sore. Aku pun berkata baiklah dan pergi tidur. Ketika aku pergi bersamanya, dia pun sedikit tidak menduganya. Tiba-tiba dia memahaminya dan berjalan kemari, bertanya apakah aku ingin menciptakan ilusi semalam bersamanya itu. Aku mengangguk kepalaku dan bertanya apakah dia tidak keberatan.

Vika pun tersenyum dan berkata, “Untuk apa harus merasa keberatan. Kami bahkan tidak memiliki reputasi atas perbuatan kami. Kak Reino, kamu tidurlah dengan tenang. Aku akan memanggilmu ketika waktunya tiba. "

Setelah hasil dari pertempuran semalam yang ganas itu, dan malam yang membuatku ketakutan dan gelisah, sejujurnya aku sungguh merasa sangat lelah. Ini merupakan jenis kelelahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Maka ketika kepalaku menyentuh bantal, aku pun langsung tertidur. Hasilnya aku memiliki serangkaian mimpi buruk, dan aku pun langsung terbangun dari mimpi itu, dan Vika pun sedang menatapku dengan khawatir. Ketika dia melihatku terbangun, dia pun bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku menggelengkan kepala dan berkata aku baik-baik saja, kemudian duduk. Dia pun mengatakan sudah waktunya untuk pergi bekerja. Aku melihat jam tanganku, dan tidak menyangka sudah jam tiga sore lebih. Aku mengusap wajahku dan berkata, "Apakah ibu angkatmu telah menghubungimu?"

Vika mengangguk kepalanya dan berkata, “Ibu angkat ingin kamu menghubunginya setelah kamu terbangun.”

Aku mengulurkan tanganku dan dia menyodorkan ponselnya kepadaku. Aku mengambil ponselnya dan menghubungi nomor telepon Yanti. Setelah teleponnya terhubung, aku pun bertanya untuk apa Yanti mencariku. Dia bilang bahwa dia hanya ingin membicarakan sebentar mengenai situasi semalam itu denganku. Dia telah menanyakan informasinya dan berkata bahwa semalam si Andreas telah kehilangan 20 lebih orangnya, dan dia pun tertembak, dimana tembakan ini hampir mengenai dadanya. Jadi bisa dikatakan bahwa meskipun nyawanya tidak terancam, tetapi itu terletak di posisi yang bahaya. Dia pun menjadi marah, mengerahkan semua kekuatannya, dan bersumpah untuk menangkap pelakunya.

Aku tidak menyangka bahwa tembakan yang kuberikan itu memberikan hasil yang begitu bagus. Aku bahkan dapat membayangkan betapa marahnya Andreas pada saat ini.

Aku dengan lembut berkata, “Kamu tidak perlu cemas. Aku sudah menghapuskan semua bukti yang memiliki hubungan denganku. Asalkan mulut kalian semua pada ketat pasti tidak akan terbongkar punya.”

Yanti pun berkata dengan agak pahit, "Reino, kamu benar-benar telah memberiku kejutan yang begitu besar. Aku bahkan tidak mengetahui betapa hebatnya rekanku ini. Kamu bahkan masih bisa memutuskan saliuran listrik di Harbin tanpa bantuan asisten. Sekarang aku bahkan tidak tahu apakah aku harus bahagia atau bersedih."

Aku tersenyum dan bertanya, “Ada apa? Merasa takut?”

Yanti yang kemarin tidak mengetahui situasi spesifiknya, makannya dia masih belum begitu takut. Sekarang dia mungkin sudah hampir memahami masalah ini, makannya dia baru bisa mulai merasa ketakutan.

Yanti mendesah dan berkata, "Jika hanya aku saja yang bekerja sama denganmu, aku pun tidak akan takut. Tetapi karena ada Diksan dan Vika, apakah aku tidak akan takut? Sejujurnya aku ingin memberitahumu bahwa aku menarik mereka masuk kemari hanyalah ingin bertaruh saja. Aku ingin melihat apakah kamu bisa memberikan mereka beberapa keuntungan. Aku tidak menyangka bahwa awalnya aku ingin memanfaatkanmu, malah telah dimanfaatkan olehmu. "

Aku tahu bahwa dia dalam hatinya mengkhawatirkan putra-putrinya. Aku pun berkata kepadanya, "Kamu tenang saja, ketika aku mengatakan bahwa kalian akan baik-baik saja, maka kalian pasti akan baik-baik saja. Kehormatan dan kekayaan yang kamu ingin kuberikan kepada mereka juga tidak akan berkurang."

Yanti pun segera menjadi gembira dan bertanya, "Kamu… kamu masih belum menyerah dengan rencanamu itu? Apakah kamu ingin menonjolkan diri di Harbin kami?"

Aku pun berkata, “Iya, aku bukanlah orang yang akan mudah menyerah.”

Yanti pun menghela napas, kemungkinan karena dia tidak menyangka bahwa aku begitu teguh, begitu tidak menghargai nyawaku. Dia pun terdiam beberapa saat dan berkata, "Apakah kamu sudah memiliki rencana apapun?"

Aku juga tidak menyembunyikan darinya dan berkata, "Tidak salah lagi, aku ada rencananya. Tetapi aku tidak bisa memberitahukannya kepadamu, karena aku juga tidak dapat menjamin bahwa ini dapat berhasil, tetapi keuntungan dari rencana ini berada dalam tanganku, bahkan jika aku gagal, juga tidak akan membongkarkan diriku, dan tidak akan mempengaruhi kalian bertiga. Makanya kamu tenang. Sudah ya, apa yang bisa kukatakan, telah kukatakan. Jika tidak ada masalah lain, aku akan mematikan teleponnya. "

Setelah mematikan teleponnya, pergi gosok gigi dan mencuci muka, memakan semangkuk mie yang dibuatkan Vika untukku. Lalu aku baru bersama dia kembali ke Sinarmas. Vika sangat jelas tahu apa yang telah terjadi, makannya ketika dia tiba di pintu belakang Sinarmas, raut wajahnya langsung berubah dan orangnya menjadi sangat ketakutan. Aku meletakkan tanganku di bahunya dan berkata, "Kamu ingat saja bahwa kamu tidak melakukan apa-apa. Tidak, selain masalah kami yang di ranjang itu, kamu tidak melakukan apa, dan kamu juga tidak tahu apa yang telah terjadi semalam, paham?"

Vika menelan ludahnya dan mengangguk kepalanya. Walaupun dia hanya berumur delapan belas tahun, tetapi kematangan psikologisnya sangat tinggi. Kemungkinan masalah yang telah terjadi pada beberapa hari ini telah mempertahankan kemauannya. Dia membuatku tenang dan mengatakan bahwa dia tidak akan memberikan petunjuk apa pun. Namun, kami pun dihentikan tepat di depan pintu pertemuan ketika kami tiba. Kami pun dihentikan oleh dua pengawal berpakaian seperti pria kejam. Vika pun dengan manis berkata, "Apakah kedua orang ini memiliki masalah?"

Dua pria ini meminta kartu identitas kami. Pada saat ini, Yanti dengan tubuhnya yang elok bagaikan gelas pasir, keluar dari lift dan berjalan kemari. Ketika dia melihat kami, dia pun tersenyum dan berkata, " Vika dan Reino, apakah kalian berdua semalam telah bermain dengan senang?"

Ketika kedua pria itu melihatnya, mereka masih tidak membuat ekspresi. Aku dan Vika mengeluarkan kartu identitas kami, dan dia masih mengeluarkan kartu kerjanya. Dia tanpa malu berkata kepada Yanti, "Ibu angkat, Reino bahkan sangat lembut. aku pun bermain dengan sangat senang. Tapi apa yang terjadi telah terjadi ya? Mengapa disini bisa ada orang yang memeriksa kartu identitas kami? Sebelumnya tidak dikatakan aka nada peraturan begini di pertemuan itu."

Dua pria ini pergi ke meja resepsionis dengan kartu identitas kami. Setelah memeriksa identitas kami, dari resepsionis mereka mengetahui bahwa aku telah lama menetap di sini dan mereka juga telah mendengar dari perkataan Yanti bahwa aku adalah seorang pelanggan tetap Bar Happy Chappy ini, makannya mereka mengizinkan kami masuk kedalam.

Setelah datang ke Bar Happy Chappy, kami pun tiba di sebuah kamar pribadi. Aku pun menanyakan Yanti ada apa. Bagaimana mungkin si Andreas bahkan melakukan pemeriksaan yang begitu ketat ketika orang-orang masuk, kan?

Yanti pun berkata, “Andreas menginap disini, makannya barusan begitu ketat.”

Dengar-dengar bahwa Andreas malah sebenarnya tinggal di Sinarmas, aku sendiri pun tidak menduganya. Aku pun berpikir bukankah dia seharusnya dirawat di rumah sakit setelah mendapatkan luka yang parah itu.kan? Bagaimana mungkin dia bisa datang untuk menginap gi hotel, kan? Aku pun menanyakannya kondisi dia yang sekarang. Dia memintaku untuk tidak cemas dan pelan-pelan mendengarkannya.

Selanjutnya, melalui perkataannya Yanti, aku baru mengetahui ternyata setelah Andreas menerima luka itu, dia tidak memilih untuk menginap dirumah sakit, melainkan memilih untuk tinggal di gedung yang memiliki banyak ruangan ini dan meminta orang untuk mengelilingi Sinarmas ini secara spesifiknya untuk apa? Dia bahkan tidak begitu jelas mengetahuinya, tetapi dia melihat bahwa Wayne dan seorang pria yang sering keluar-masuk kamar suite itu. Dia pun tidak tahu apakah mereka sedang merencanakan sesuatu atau tidak.

Perkataannya Yanti membuatku berpikir begitu dalam. Semua perilaku Andreas tidak masuk akal. Jika kalian tahu, berdasarkan kepribadiannya, dia yang telah diserang pasti akan menyelidiki penyerangnya, tetapi dia malah sedikit pun melakukan tindakannya. Sebaliknya, dia terlihat sangat 'gugup', tinggal diSinarmas dimana memberi orang kesan seakan sedang berlindung. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya, ya? Mungkinkah karena Jessi telah diselamatkan, sehingga dia merasa tindakannya telah terbongkar dan dia takut akan dibalas oleh orang-orang dari keluarga Song dan juga atasannya, makannya dia bersembunyi dalam ketakutan. Saking takutnya dia bahkan tidak berani mencari orang yang menyerangnya karena dia merasa bahwa ini pasti merupakan tindakan atasannya, kah?

Tapi dengan cepat aku pun membantah kesuimpulan ini karena aku telah menghubungi Govy sebelum datang ke sini. Dia pun mengatakan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa Andreas adalah orang yang menangkapnya. Tidak hanya itu, Andreas bahkan mencari kambing hitam yang secara sukarela akan menyerah dirinya ke kantor polisi. Karena kesaksiannya tepat dengan rencananya, takutnya orang ini akan membantu Andreas untuk menutupi semua kejahatan. Karena demikian, apakah dia masih akan merasa takut? Selain itu, dia lansgung bersembunyi dan juga ada kemungkinan bahwa dia bersembunyi disini. Bagaimana dia bisa kabur dari Harbin, ya?

Ketika memikirkannya, aku bertanya kepada Yanti, “Seperti apa orang yang masuk ke kamar Andreas dengan Wayne itu?”

Yanti menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku juga tidak tahu, tapi yang dapat kupastikan adalah dia adalah orang luar negeri.”

Orang luar negeri? Apa yang sedang direncanakan si Andreas ini?

Bagaimana pun juga aku tidak dapat memahaminya. Aku pun sementara tidak memikirkannya, menyentuh ponsel yang dapat menguhubungi Claura. Aku meminta Yanti dan Vika untuk pergi duluan dan kemudian menghubungi Claura.

Claura pun dengan cepat tersambung. Aku pun berkata, “Sayang, ini aku. Apakah kamu sedang berada di tempat ayah angkat?”

Claura berkata, “Iya aku disini. Ada apa ya? Ada masalah mencari ayah angkat ya?”

Aku berkata, “Iya. Kamu pergi cari ayah angkat, kemudian menyalakan pengeras suaranya. Aku akan menjelaskan kepada kalian berdua kejadian yang terjadi semalam.”

Claura dengan cepat mencari Ricardo Song. Ricardo Song yang mendengar bahwa itu panggilan dariku pun berkata, “Reino, aku dengan tidak sabar ingin menghubungimu, tapi juga takut tidak tepat untuk melakukannya. Namun demikian kamu juga menghubungiku. Ada apa ya? Apa yang sebenarnya telah terjadi dengan serangan terhadap Andreas pada kemarin malam itu? Apakah itu kamu yang melakukannya? "

Aku pun berkata, “Ayah angkat, kamu tidak salah lagi. Aku-lah yang melakukannya demi pergi menyelamatkan Jessi.”

Setelah mendengarkan perkataan ini, orang yang berada di ujung ponsel tersebut terdiam, Aku pun mencium bau keraguan melalui ponsel ini.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu