Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 277 Menikmati

“Tolong jangan pernah meninggalkan aku ya. Jadilah wanitaku, ratu dalam hidupku, ok?”

Setelah aku selesai berkata pada Aiko, Sulistio dan Nody pun mendorong pintu kaca, seketika ada bau yang menyebar. Toko yang gelap seketika menjadi terang. Lampu yang berbagai corak ikut serta membuat Sanny Club menjadi ruangan yang berwarna. Aku pun menggandeng tangannya Aiko masuk. Baru saja melangkah masuk, seekor kuda lumping mendadak menyala, lantai juga dipenuhi dengan rerumputan. Pemandangan ini seperti suasana musim semi.

Aku menarik Aiko menginjak rerumputan itu untuk maju ke depan. Dengan segera berjumpa dengan taman bunga yang dihiasi dengan berbagai macam bunga, ini seperti semangat pada saat musim panas. Berlangkah maju lagi ada beberapa batang pohon dan ada daun maple merah yang berjatuhan. Aku menatap Aiko dan berkata,”Tidakkah ini mirip dengan musim semi yang romantis?”

Aiko mengangguk dan berkata,” apakah berjalan maju lagi akan mencium wangi bunga plum?”

Aku tersenyum canggung dan berkata,”Sayangnya, tidak ada wanginya melainkan hanya ada bunga plum putih yang palsu.”

Selesai berkata, melewati hutan pohon maple, kini memasuki taman bunga plum putih. Aiko sambil menutup matanya berkata,”Meskipun pemandangan ini adalah palsu, tapi begitu aku memejamkan mataku, aku seperti mencium aroma empat musim.”

Aku memandanginya. Saat ia membuka matanya, aku dengan pandangan lembut berkata,”Mulai saat ini, aku ingin menemanimu melewati empat musim ini setiap tahunnya.”

Baru saja aku selesai berkata, sekitar mendadak menjadi gelap. Dari atap ada salju yang turun. Tapi ini bukan saljut benaran, melainkan kelopak mawar putih. Tapi meskipun begitu, melihat Aiko di bawah kelopak bunga yang berjatuhan ini membuatnya terlihat seperti salju benaran. Dan dia yang masih tetap seperti gadis cantik yang berdiri di tengah salju. Angin bertiup dan membawa aroma yang wangi, aku malah tidak bisa membedakan ini wangi dari bunga yang berjatuhan atau aroma tubuh Aiko.

Aiko memandangiku sambil berkata,” Kamu mempersiapkan ini semua demiku, apakah itu berarti?”

Aku mengulurkan tanganku untuk mengelus hidungnya dan berkata,”Saat itu, kamu demi menolongku tidak memikirkan keselamatanmu. Di saat itu juga, aku juga sangat ingin menanyakan padamu apakah itu berarti? Aku berpikir jawabanmu pasti bermakna. Dibandingkan dengan penemanianmu, pengorbananmu dan juga kasih sayangmu, ini semua tidak ada apa-apanya. Aku malah takut kamu berpikir kalau aku kekanakan, beranggapan aku menggunakan cara simple ini untuk mendapatkanmu.”

Aiko tertawa pelan dan berkata,”Ini memang sedikit kekanakan.”

Sejenak aku merasakan pukulan batin yang amat sangat dalam. Sulistio dan Nody yang berada diluar juga tidak dapat menahan tawa. Wajahku seketika memerah dan Aiko tiba-tiba memeluk leherku dan mencium bibirku. Di antara seruan orang-orang, dengan pelan dia berkata,”Tapi, bukankah cinta pada dasarnya memang kekanakan?”

Memandang wajahnya yang cantik itu, hatiku merasa terharu dan bergejolak. Kemudian dia mengulurkan kepalanya dan mengutip kelopak bunga di kepalaku dan berkata,”Aku sangat ingin menemanimu hingga tua nanti.”

Aku mengenggam pergelangan tangannya dan dengan lembut berkata,”Jika kamu menginginkannya, maka kita akan membuatnya menjadi kenyataan.”

Di dalam dunia percintaan, aku selalu merasa aku adalah orang yang tidak memiliki hak untuk memilih karena aku tidak bisa hanya mencintai satu orang. Bagiku, pilihan untuk menentukan kami bersama atau tidak jatuh di tangannya. Apa yang aku miliki? Palingan hanya sebuah hati yang menantikan ketulusan. Berpikir sampai sin, aku pun menciumnya dengan pelan, sambil mengenggam wajahnya berkata,”Jika kamu tidak pergi, maka aku pun tidak akan meninggalkanmu.”

Aiko menggandeng pinggangku, memandangku sambil tersenyum manis.

Tiba-tiba dari luar terdengar suara ‘cekrek’, aku menolehkan kepalaku dan melihat Sulistio yang memgang kamera dengan tidak enak hati berkata,”Aduh, maafkan aku yang telah menggangu keduanya. Pemandangan ini sangat indah, aku tidak tahan jadi…”

Pipih Aiko memerah, ia melepaskan tangannya dari pinggangku, kemudian menggandeng lenganku dan berdiri disampingku. Aku sambil tersenyum berkata,”Baiklah, padamkan semua lampu. Aku akan menyuruh koki untuk menyiapkan makan malam. Kalian sudah lelah seharian, sudah saatnya makan.”

Sulistio dengan wajah nakalnya memandangiku dan berkata,”Di saat-saat yang romantis ini, kamu… kamu malah berpikir untuk makan? Kamu seekor babi ya?”

Sambil berkata, dia sambil memberi isyarat mata padaku. Aku belum mengerti, Aiko dengan dingin berkata,”Sulistio, apakah kamu ingin melakukan pemanasan tubuh?”

Begitu mendengar itu, Sulistio pun langsung menunjuk ke arah dapur dan berkata,”Kalian duduklah, aku yang akan menyajikan makan malam.”

Setelah itu dia kabur dengan cepat bagaikan asap. Sebelum pergi, Nody bahkan sempat menendang pantatnya dengan keras yang membuat orang tertawa.

Aku menarik Aiko ke atas panggung, Nody menggambil sebuah surat persetujuan dan meletakkannya di depan Aiko. Aku kemudian berkata,”Hari ini membawamu ke sini yang diawali dengan keromantisan. Sebenarnya tujuan utamaku adalah untuk memberikan Sanny Club padamu. Dari hari dimana aku merebutnya kembali, aku sangat ingin langsung memberikannya padamu tapi selama ini tidak berkesempatan memberinya.”

Aiko dengan pelan berkata, “Ini adalah hasil dari perjuanganmu, apa hakku mengambil ini darimu?”

Aku sambil tertawa berkata,”Jadi maksudmu, diantara kita masih ada pembagian kamu dan aku?”

Aiko menggerakkan alisnya dan berkata,”Jika tidak ada pembagian, mengapa kamu masih mau memberikannya padaku?”

Aku mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kantongku dan membukanya secara perlahan di depannya. Didalamnya ada sebuah cincin dan dia sedikit terkejut. Aku mengeluarkan cincinnya dari kotakdan berkata,”Kamu boleh menganggap ini sebagai mahar. Sekarang aku tidak bisa memberimu sebuah resepsi pernikahan yang meriah dan mungkin nantinya juga tidak akan bisa juga, tapi aku akan berusaha memperlakukanmu dengan baik. Cincin ini dan juga Sanny Club, ini semua adalah janjiku padamu. Tentu saja, kamu tidak perlu merasa terbebani. Meskipun suatu hari kamu mulai kesal padaku dan ingin meninggalkanku, aku tidak akan meminta kembali ataupun menggunakan barang-barang ini sebagai alasan untuk menahanmu. ”

Aku kemudian mengenggam erat tangannya dan memakaikan cincin ke jarinya danberkata,”Tidak perduli betapa aku menginginkan dirimu untuk berada disampingku, tapi aku tidak akan mempersulitmu ataupun memaksamu. Meskipun suatu hari nanti akan sampai hari dimana aku tidak terikat akan belenggu kedudukan ini, aku tetap tidak akan memaksamu, selamanya tidak akan pernah. Dan terakhir meskipun kamu pergi, meninggalkan aku yang akan sangat menderita ini. ”

Aiko menatap cincin ditangannya, dengan penuh kasih berkata,”Alwi….”

“Ya?” Aku memandanginga, melihatnya yang seolah tidak bisa berkata apapun. Aku mengatakan padanya untuk mengatakan apapun yang ingin ia katakana, tetapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan hanya memandangi cincinnya sambil berkata,”Resepsi pernikahan, status atau apapun itu, aku sama sekali tidak peduli. Apapun yang akan terjadi di masa depan, aku pun tidak ingin memikirkannya. Aku hanya ingin melewati masa sekarang dengan baik, dapat hidup bahagia sehari-harinya.”

Setelah mendengar itu, disaat yang sama aku merasakan kebahagiaan sekaligus kekecewaann. Dia mengatakan bahwa dia tidak memikirkan masa depan, apakah itu berarti dia masih memiliki sebuah pemikiran bahwa suatu saat nanti dia akan meninggalkanku? Memikirkan ini membuat hatiku merasa tidak tenang.”

Aiko di saat ini menulis namanya di buku persetujuan pertukaran kepemilikan atas Sanny Club, sambil memandangiku berkata,”Hadiah ini sudah aku terima. Dengan begini, kamu merasa sedikit tenang bukan?”

Memang benar dengan ini aku merasa sedikit tenang dan berkata,”ya, baiklah. Oh ya, aku berencana merenovasi tempat perkelahian yang telah lama kosong menjadi lapangan untuk olahraga bertinju, bagaimana menurutmu?”

Aiko dengan pelan berkata,”Itu kamu saja yang menentukan, aku percaya kamu akan melakukan pilihan yang terbaik.”

Aku mengiyakannya.

Di saat ini, Sulistio bersama beberapa rekan keluar dari dapur sambil membawa hidangan makan malam. Setelah kami selesai makan, kami pun berpisah dan pulang ke tempat masing-masing untuk beristirahat.”

Setelah sampai di apartemen Splendid, Donny Yun tidak berencana untuk langsung beristirahat. Dia malah bersiap pergi melihat bagaimana menerima usaha Johan. Aku pun mengutus Nody dan Mondy untuk mengambil anak buah Gunawan yang tersisa. Dengan begini, seluruh apartemen hanya tersisa aku dan Aiko berdua. Setelah melihat Aiko masuk ke kamarnya, aku baru tenang kembali ke kamarku, mandi, kemudian tiduran di kasur. Setelah itu, aku menelepon Kakek Ergi untuk menanyakan kabar Felicia dan mengetahui bahwa dia akan segera sadar kembali, aku pun merasa tenang. Setelah itu, aku menelepon Jessi.

Sebenarnya sewaktu aku meneleponnya, tanganku bergetar. Karena aku sangat yakin dia tahu dengan pasti akan keadaanku saat ini, termasuk percintaanku dengan Aiko saat ini. Menghadapinya membuatku serasa berselingkuh dari istri utamaku, merasa sangat bersalah.

Telepon bordering sangat lama yang padaakhirnya tidak ada yang mengangkatnya. Aku merasa sedikit kecewa dan berpikir jangan-jangan Jessi marah kepadaku sehingga ia tidak menjawab telepon dariku.

Baru saja aku berpikir begitu, teleponku tiba-tiba berdering. Aku menelan ludah dan langsung menekan tombol menerima dan berteriak,”Jessi?”

Jessi dengan tenang berkata,”Kok kamu mempunyai waktu untuk meneleponku?”

Aku langsung merasa canggung dan berkata,”Ini….. sepertinya sudah sangat larut malam, ini sudah mau jam 12….”

Karena sangat ingin mendengarkan suaranya, aku sampai lupa waktu. Aku kemudian sangat bingung, Jessi mendadak tertawa dan berkata,”Katakanlah. Kamu meneleponku untuk mengaku akan segala perbuatanmu ya?”

“Jessi, wanita yang maha pintar” aku memberanikan diriku untuk tertawa besar,”aku berpikir sebenarnya aku tidak mengaku pun, kamu telah mengetahui semuanya.”

Jessi dengan pelan berkata,”Alwi…”

Mendengar dia yang memanggil namaku dengan lembut, hatiku langsung deg-degan. Aku langsung melompat dari tempat tidur dan dengan semangat berteriak,”Hadir!”

Telepon mengeluarkan suara tawaan Jessi dari seberang sana dan aku dengan canggung memegang hidungku. Dia pun berkata,”Selamat ya, akhirnya kamu mendapatkan apa yang kamu harapkan.”

Aku merasa sedikit bingung akan maksud dari perkataannya. Mengapa aku merasa dia sepertinya tidak keberatan atas hubunganku dengan Aiko? Apakah dia sudah pasrah akan itu dan menerimanya? Dan juga tidak marah? Tidak bukan? Sejak kapan Tuhan sangat menyayangiku?

Saat sedang berpikir, mendadak Jessi berkata,”Nikmatilah masa-masa saat ini. Di hari esok sewaktu kamu sudah masuk ke pintuku yang seorang Jessi ini, kamu jangan berharap akan mendapatkan kebebasan seperti itu.”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu