Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 180 Mendominasi

Diujung telepon, terdengar suara Jessi berteriak: “Alwi?”

Aku gemetar memegang teleponku, dengan terbata-bata berkata: “Iya aku……tidak mengganggumu istirahatkan?”

Di tempat Jessi sangat berisik, aku samar-samar mendengar seseorang memanggilnya dan itu laki-laki, kemudian aku mendengar nada bicaranya yang acuh tidak acuh menyuruh orang itu menunggu, dan ketika berbicara denganku nadanya jauh lebih lembut, dia bertanya padaku apakah mendapat masalah?

Untuk sesaat aku merasa canggung, tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, terlebih aku sudah satu tahun lebih tidak menghubunginya, kali ini aku inisiatif menghubunginya dan itu demi masalah wanita lain, bagaimana pikirannya tentang diriku?

Jessi tiba-tiba tertawa dan berkata: “Alwi, sejak kapan kamu menjadi begitu sungkan padaku? Apakah kamu masih menganggapku sebagai temanmu? Hhm?”

Suaranya terdengar sangat baik, aku merasa kepanikan dalam diriku berubah menjadi tenang karena suara lembutnya, aku tahu aku tidak bisa mengulur waktu lagi, aku mengatakan masalah ini dengan detail. Setelah mengatakannya, aku gelisah menunggu jawabannya, aku tidak tahu memintanya membantuku apakah akan memberikan dampak pada keluarga Song, aku hanya tahu selain dia, aku tidak ada cara lain.

Mengingat ini, hatiku benar-benar sedih dan aku merasa sangat tidak tahu malu, selalu membiarkan wanita cantik membantuku menyelesaikan masalah yang kuperbuat, bagi seorang pria ini suatu hal yang sangat memalukan.

Jessi mendengarnya dengan tenang dan berkata: “Aku mengerti, aku akan menghubungi ayah Sonny, Sammy, kamu tidak perlu khawatir.”

Seluruh tubuhku gemetar, tidak disangka Jessi menyetujuinya dengan begitu mudah, dia masih membantuku seperti biasa, sukarela berkorban demi diriku, aku ingin mengatakan terima kasih, siapa sangka sebelum aku mengatakannya, dia berkata: “Kamu jangan ucapkan terima kasih padaku, yang aku inginkan bukan dua kata ini.”

Aku malu dan bertanya apa yang diinginkannya? Dia tidak menjawabku, tapi mengatakan sesuatu yang mengejutkanku dan membuatku sedih, dia berkata: “Alwi, besok aku tunangan.”

Kalimat ini, ibarat layar perak meledak, seperti guntur menyambar tanah, membuatku meledak tertegun ditempat dan bergumam: “Kamu mau tunangan?”

Jessi tersenyum dan berkata: “Iya, bukankah sebelumnya aku pernah mengatakannya padamu? Aku mengulurnya tepat setahun, ini sudah tidak bisa diulur lagi dan tidak ada alasan untuk mengulurnya lagi.”

Mendengar perkataan ini, hatiku pilu, dia mengatakan mengulur ini selama setahun, jika aku tidak terjadi masalah, jika aku masih di Nanjin, waktu satu tahun cukup bagiku untuk meraih posisi yang bagus, tidak usah memanjat tinggi memandang jauh, setidaknya ketika aku mengetahui keengganannya, aku bisa mengatakan satu kalimat padanya “Ikut aku datang ke Nanjin, biarkan aku yang menjagamu”, tapi sekarang, aku dikepung musuh, punggungku terluka, bagaimana bisa aku mengatakan kalimat ini?

Tapi, aku benar hanya bisa melihatnya masuk kedalam sangkar, melihatnya pura-pura bahagia berdiri disamping pria yang tidak dicintainya? Mengingat ini, hatiku sangat sakit, sangat sakit ……

Jessi tiba-tiba menghela nafas, seolah-olah aku bisa membayangkan kekecewaannya dan dia berkata: “Aku masih ada urusan lain, aku matikan teleponnya ya.”

Aku yang masih tidak sempat mengatakan apa-apa, dia sudah mematikan teleponnya, membuatku berdiri bengong ditempat.

Perlahan-lahan aku meletakkan teleponku, pikiranku penuh dengan kekacauan, aku duduk disana, pada saat ini, yang kupikirkan bukanlah Felicia, melainkan Jessi, aku mengingat pertama kali kami bertemu dan apa yang dikatakannya ‘Kedepannya akan ada kesempatan’, ketika aku dipenjara, dia berdiri disampingku, menemaniku yang dikhianati dunia ini, hatiku dipenuhi dengan rasa bersalah yang tidak terbatas, pada saat yang sama aku juga bertanya pada diriku, apakah aku benar-benar hanya bisa duduk menonton tidak peduli?

Ketika pikiranku sedang kacau, teleponku berdering, aku melihatnya ternyata dari Felicia mengirimkan foto untukku dengan nomor ‘Wanita misterius’.Jangan-jangan, dia sudah aman? Mengingat ini, aku segera membuka foto itu, tapi yang menarik perhatian adalah gambar ini membuatku ingin bergairah.

Foto ini memperlihatkan Felicia terbaring ditempat tidur, hanya memakai rok renda transparan, tidak ada apa pun di bawah roknya, Claura duduk disampingnya, mengenakan baju tidur, wajah keduanya memerah, tidak usah dipikirkan juga bisa mengetahui apa yang baru saja mereka lakukan, Felicia tampaknya sudah tertidur, kedua alisnya sedikit mengernyit, dan ada kesedihan yang menyedihkan di antara kedua alisnya.

Tiba-tiba perutku mulai mual, aku merasa ingin muntah, tapi aku menahannya. Aku tahu, yang mengirimkan video ini bukan Felicia, melainkan Claura, dia ingin membuatku terkejut, dia ingin memberitahuku aku yang menyuruhnya memakan obat dan terus kenapa? Kenapa wanitaku bisa berbaring ditempat tidurnya! Mengingat perkataan Yasmin, aku sangat kesal, tidak disangka wanita itu memberikan Felicia pada Claura, keluarga Yang benar-benar setiap saat menyenangkan Claura!

Aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku, aku berlari keluar dari asrama dengan marah, tidak mempedulikan Nody mereka yang menghalangiku, aku menerobos lari sampai kerumah Claura. Dari dalam video bisa terlihat mereka berdua sedang berada dirumah Claura, tempat tidur itu adalah tempat tidur pernikahanku dengan Claura……

Aku bergegas ke rumah Claura, aku ingin menghancurkan pintunya, tanpa diduga pintu rumahnya tidak dikunci, aku segera waspada dan bertanya-tanya apakah wanita ini sedang menunggu kedatanganku? Mengingat ini, aku perlahan-lahan mundur, memanjat teras rumahnya, dari dalam terdengar suara Claura berkata: “Sudah datang, kenapa tidak berani masuk?”

Mendengar suara ini, aku menarik nafas dalam-dalam, menyentuh pisau di sakuku, perlahan-lahan berjalan masuk, aku hanya melihat Claura duduk di sofa, bermain jepitan rambut di tangannya dan jepitan itu tampak persis milik Felicia, untuk sesaat aku marah menatap Claura dan berteriak: “Kembalikan jepitan itu!”

Claura tersenyum dingin: “Mau, boleh, datang ambil sendiri.”

Aku segera berjalan menghampiri, mengangkat tanganku dan meraih pergelangan tangan Claura, ingin merampas kembali jepitan itu, tapi Claura malah menyembunyikannya, menghindar dari peganganku, pada saat yang sama dia menendangku, aku reflek menangkap kakinya, lalu mengangkatnya naik keatas, mungkin aku terlalu bertenaga, membuatnya mengerutkan kening, aku menempelkan seluruh tubuhku pada tubuhnya, untuk mencegah dia menghindar, tapi dengan cara ini, tubuh kita berdua saling berdekatan, suhu tubuhnya, kelembutan kulitnya, dan aroma tubuhnya, membuat seluruh sarafku menggila.

Memang harus diakui meskipun wanita ini sangat menyebalkan, tapi tetap sangat menggoda, jika bukan karena dendam dan kebencian mendalam padanya, mungkin sekarang aku sudah tergila-gila.

Aku berjuang untuk menekan kegelisahan di hatiku, aku menggunakan satu tangan memegang dagunya, hidungku hampir menyentuh hidungnya, aku menggertakku gigi dan berkata: “Claura, kamu jangan menantang batas kesabaranku, ini yang terakhir kali, jika lain kali kamu berani menindas kak Felicia, aku akan menelanjangimu dan melemparmu kejalan.”

Claura tersenyum dingin dan berkata: “Hanya begitu mudah?”

Aku mengerutkan kening, tiba-tiba dia mengangkat tangannya dan menikam leherku, tidak tahu sejak kapan tangannya memegang sebilah pisau, aku terkejut mengelak dengan cepat, dia segera mengibaskan pisau itu ke dadaku, aku mundur kebelakang, terjatuh dimeja teh, tiba-tiba dia melompat ke tubuhku, lalu melihat ke bawah tubuhku dan berkata: “Aku mempermainkan wanitamu dan kamu hanya melemparku kejalan? Apakah kamu yakin kamu seorang pria?”

Tidak tahu sengaja atau tidak, ketika dia mengatakan ini, seluruh tubuhnya ibarat ular yang menjalar ditubuhku, aku tidak mengatakan apa-apa, dia mengejek dan berkata: “Aku ingat ketika malam pernikahan kita, kamu merebah diatas tubuhku, tapi kamu yang menahannya pasti sangat menderita, kamu begitu haus akan tubuhku, tapi kenapa tidak berani melakukannya? Alwi, apakah hanya segitu kemampuanmu?”

Mendengar perkataan ini, aku marah dan mendorongnya menjauh, dia terjatuh duduk di sofa, tubuhnya merosot seolah-olah tidak ada tulang, tali baju tidurnya tiba-tiba terbuka, dia memakai baju tidur satin halus, begitu talinya tergelincir, seluruh bajunya lepas, tubuhnya yang seksi benar-benar telanjang, mataku menyapu pemandangannya yang indah, aku menelan ludah dan berkata: “Claura kenapa kamu begitu kasihan? Perlu membuatku marah untuk ‘Menggoda’ku?”

Wajah Claura putih pucat, aku tidak mempedulikannya, mengambil jepit rambut itu disofa, dan berbalik pergi, saat ini, Claura berkata: “Dia berhutang padaku.”

Aku berbalik tiba-tiba, Claura perlahan menatapku dan berkata: “Felicia bisa ada hari ini, karena dirinya sendiri!”

Aku mengepalkan tinjuku dan marah: “Cukup! Dimata orang sepertimu, semua orang di dunia bersalah padamu, tapi kamu tidak pernah bersalah pada semua orang, orang sepertimu tidak layak mendapat perhatian orang lain!”

Selesai mengatakannya, aku bergegas ke atas dan berjalan ke kamar Claura, saat ini Felicia tertidur lelap, aku pergi menghampiri, menutupinya dengan pakaian, dengan lembut memanggil “Kak Fel”, aku akan mengantarmu pulang. Felicia perlahan-lahan membuka matanya, matanya berlinangan air mata, dan bergumam “Alwi”lalu memejamkan mata. Aku menyentuh dahinya, baru menyadari dia demam, ternyata dia tidak sedang tidur, melainkan karena sangat tidak nyaman. Aku marah, memeluknya turun dan bertanya pada Claura apa yang dia lakukan pada Felicia?

Claura tersenyum dingin dan berkata: “Kalau itu kamu harus pergi tanyakan pada Yasmin, obat apa yang diberikan pada Felicia.”

Berbicara tentang ini, tidak tahu darimana Claura mengeluarkan sekotak rokok, lalu menyalakan rokok dengan terampil, menarik napas dalam-dalam, menghembuskan lingkaran asap, melipatkan kedua kakinya, menatapku dari kejauhan dan berkata: “Tapi barusan dia sangat menggila, makan obat apa sekali tebak pasti sudah bisa mengetahuinya bukan?”

Aku memandangnya dengan benci, benci sampai ingin merobeknya, dia merokok dengan satu tangan, dan satu tangannya lagi memainkan rambut merahnya, berbaring miring disofa dengan postur tubuh yang menggoda.

Aku memalingkan wajahku untuk tidak memandangnya, dan mengerutkan kening berkata: “Claura, jangan lupa masih ada kartu AS mu ditanganku.”

Claura tersenyum mengerutkan kening, bertanya padaku sebenarnya apa yang ingin ku katakan? Aku berkata: “Bantu aku melawan keluarga Yang, kali ini, kita bukan dalam hubungan kerja sama, melainkan aku ingin mendominasi segala tentang dirimu!”

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu