Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 372 Tunggu Dia Datang

Beberapa hari kemudian, aku pun keluar dari rumah sakit.

Setelah sekian lama tidak beraktivitas, di tambah lagi stamina tubuhku menurun, walaupun aku sudah keluar dari rumah sakit tapi aku masih belum pulih sepenuhnya, kakek Ergi memberi aku resep, dan menyuruh Sulistio memasak untukku setiap hari, dan ini merupakan resep khusus, melihat dia begitu tulus, aku sangat terharu.

Aku tersenyum kepada kakek Ergi dan berkata : “Kakek, ada waktu aku perkenalkan kakek ke ibuku, aku akan bilang ke dia, kalau kakek bahkan lebih dekat denganku daripada kakekku sendiri, ibuku pasti sangat berterima kasih padamu.”

Ketika aku mengatakan hal ini, kakek Ergi sedang minum air, entah bagaimana, tiba-tiba dia terbatuk-batuk, dengan segera aku menepuk punggungnya dan, berkata : “Kakek kenapa? Tersedak ya?”

Kakek Ergi tersenyum dengan canggung dan, berkata : “Iya, aku terlalu banyak minum.”

aku menyuruh dia hati-hati setelah kembali ke Beijing nanti, dan harus menjaga diri baik-baik, kemudian aku mengambil pipa rokok dan tembakau yang sudah aku siapkan lalu berkata : “Kek, ini hadiah, coba lihat suka tidak?”

Kakek membuka kotak itu dan mengambil pipa rokok, dengan semangat berkata : “Wah..bagus, pipa ini terbuat dari giok lemak domba kan? Liontin diatasnya ini bentuk kacang emas?”

Aku tersenyum dan berkata : “Apakah terlihat berlebihan?”

Kakek Ergi tertawa dan berkata : “Jika ini digunakan oleh orang tua biasa, aku rasa akan berbahaya, bagaimanapun barang ini sangat berharga, tapi karena ini buat aku, sudah pasti telah menemukan pemilik yang tepat, siapa berani macam-macam dengan pipa kakek ini, kakek akan buat otaknya berlubang.”

Melihat kakek Ergi begitu suka, aku merasa lega, sambil tersenyum aku berkata : “Kalau tembakaunya sudah habis, aku akan membelikannya lalu mengirim untukmu.”

Kakek Ergi melambaikan tangannya dan berkata : “Tidak perlu, aku sekarang tamu keluarga Su, mereka masih bisa menghentikan tembakauku?

Sampai disini, dengan enggan dia menepuk pundakku dan berkata : “Nak, kakek pulang dulu ya, setelah ini aku tidak tahu lagi kapan kita akan bertemu, kamu harus jaga diri ya, mengertikan?”

Aku menganggukkan kepala dan berkata : “Iya mengerti kek, kamu tenang saja, di Nanjin ini sudah tidak ada yang berani mencelakai aku lagi, oh iya satu lagi, tolong jaga Felicia ya.”

Kakek menepuk pundakku dan berkata : “Nak, kamu tenang saja, kakek akan melindungi orang yang ingin kamu lindungi, walaupun harus mengorbankan nyawa, aku tidak akan membiarkan dia terluka.”

Aku sudah tidak punya kakek lagi, tapi Kakek Ergi sudah aku anggap sebagai kakek aku sendiri.

Setelah kakek Ergi pergi, aku kembali ke Splendid, aku melihat Anna dan Dony Yun sibuk di kamarnya, dari jendela terlihat ruang tamu yang begitu bersih, dengan serangkai bunga segar yang menghiasi ruangan, terdengar tawa Anna yang begitu ceria dari dapur, aku merasa ruangan itu dipenuhi aroma cinta yang bahagia. Hal ini mengingatkan aku, dulu begitu sering bantu Aiko memasak di dapur, tiba-tiba aku tersenyum memikirkan hal ini, dan aku tidak bisa menahan rasa sakit yang ada di hati ini.

Walaupun sudah berlalu, dan di dalam lubuk hatiku juga sudah bisa menerima semua ini, tapi jika mengingat hal ini hatiku tetap terasa sakit, apa yang di katakan Jessi itu benar, walaupun aku tidak bisa bersama dengan Aiko, tapi dia sudah menjadi pemilik hati ini, seumur hidup tidak akan bisa terlupakan.

Perlahan-lahan aku berjalan menuju kamar Aiko, aku membuka pintu, tidak ada perubahan dari dulu hingga sekarang, aku berjalan ke meja, dan melihat sebuah kotak, aku membukanya, terlihat kalung dan cincin pemberian dari aku untuk Aiko, tiba-tiba aku merasa begitu sedih, dia mengembalikan barang-barang yang telah aku berikan padanya, apakah ini arti dari penolakan?

Aku mengambil kotak itu, dan aku menemukan selembar kertas, disana tertulis : “Sang protagonis tiba-tiba bermimpi dan mengingat masa lalu, tetapi masa lalu tidak terulang, bagaikan cinta yang tak sampai? Mengenang indahnya masa lalu, hanya bisa menyalahkan kedua insan karena cinta yang tidak dalam, dan hubungan pun sirna. Cinta yang telah memudar, siapakah yang akan menggantikannya?”

Melihat puisi tulisan tangan ini, aku tidak bisa menahan tangis emosi ini, cinta yang tidak dalam? Tidak, hanya saja cinta yang begitu dalam tapi tidak berjodoh.

Aku membereskan barang-barang tadi dan meletakkan kembali, aku pun duduk sebentar di kamar Aiko, tiba-tiba aku mendengar Sulistio memanggilku, dan di hentikan oleh Mondy.

Aku duduk di Kasur untuk waktu yang lama, aku mendengar suara pintu terbuka dari luar, lalu aku pun mendengar Sulistio memanggilku dengan nada gembira : “Kak Alwi, coba tebak siapa yang datang?”

Aku bangun dan membuka pintu, aku melihat seorang wanita dengan pakaian cheongsam ungu dan cardigan berbulu warna putih, memegangi rambutnya, meski usianya hampir 50 tahun, tapi dia terlihat begitu awet muda, seolah-olah waktu terhenti di wajahnya, bahkan dia telah mengalami penderitaan yang belum tentu orang lain mampu melewatinya.

Wanita yang diperlakukan baik oleh waktu, dan nasib itu adalah ibuku.

Aku sangat semangat dan, berkata : “Ibu!”

Aku berteriak “Ibu” dengan tenggorokan tercekat, aku benar-benar tidak habis pikir, ibuku bisa datang kesini, dan aku masih bisa bertemu dengannya di Nanjin.

Ibuku berdiri disana, melihat aku dengan matanya yang berkaca-kaca, berkata : “Alwi.”

Aku berjalan kearahnya dan memeluknya, dengan semangat berkata : “Ibu, apakah aku bermimpi? Kamu benar-benar datang? Ini benar kamu?”

Ibuku tertawa, aku memandangnya, dia memegang wajahku dan berkata : ”Anakku, bagaimana mungkin kamu bermimpi? Ibu benar-benar datang, ibu datang untuk melihat kamu.”

Dia menatapku dengan raut wajah yang sedih dan, berkata : “Kamu kurus banyak, pasti sangat berat ya?”

Aku tidak bisa menahan tangisku, ibuku menyeka air mataku, aku bilang aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menangis, ibuku tertawa dan, berkata : ”Tidak apa-apa, ketika hatimu tertekan, menangislah akan membuat hatimu lebih nyaman, tidak ada yang akan menertawakanmu.”

Mata Sulistio dan Mondy terlihat merah, Dony Yun memandang kami dengan iri dan juga terharu, dia berkata : “Bibi, Alwi, ayo kita duduk di sofa dan berbicara, bibi sudah menghabiskan banyak waktu dijalan, pasti sangat lelah.”

Aku cepat-cepat mengantar ibuku untuk istirahat di sofa, ibuku tersenyum kepada Dony Yun dan berkata : “Dony Yun..bibi berterima kasih sekali padamu, beberapa tahun terakhir kamu sudah menjaga Alwi.”

Dony yun seketika menjawab : “Bibi tidak usah sungkan, panggil aku ‘Dodo’ saja, lagipula, Alwi juga banyak membantu aku, kami ini adalah sodara, sudah seharusnya untuk saling menjaga.”

Sembari dia berkata, dia juga sambil menyeduh teh untuk ibuku, sementara Anna dengan ramah membawakan beberapa makanan ringan untuk ibuku, aku bertanya kepada ibuku kenapa begitu mendadak datang kesini, dan juga kenapa tidak memberiku kabar jika ingin datang.

Ibuku tersenyum dan berkata : “Ceritanya sangat panjang, ibu sangat berterima kasih kepada seorang gadis di keluarga Song dan juga satu orang lain lagi, berkat mereka ibu akhirnya bisa keluar.”

Berbicara tentang orang lain tersebut, ibuku menghela nafas, dan aku pun bertanya : “Bu, siapa orang lain itu?”

Ibuku berkata sambil tersenyum : “Untuk saat ini kamu tidak perlu tahu. Secara keseluruhan, Gadis dari keluarga Song ini telah memusnahkan sekelompok pembunuh di Nanjin, setelah di ingat-ingat, dia juga hampir saja terluka, jadi dia mendapat kompensasi dari atasan, tapi dia menolaknya, dan mengajukan sebuah permohonan untuk aku bisa kesini menemani kamu, kali ini aku juga tidak mengerti, orang-orang dari keluarga Song juga membantu berbicara, ditambah lagi usaha satu orang itu, akhirnya ibu mendapatkan kesempatan ini.”

Berbicara sampai disini, ibuku menatap Mondy dengan tersenyum, tatapan yang penuh kebahagian, dia berkata : “Aku mendengar berita dari gadis keluarga Song, bahwa Mondy akan menikah ya, aku benar-benar bahagia sekali, aku sudah di ijinkan untuk hadir di pernikahanmu dan setelah itu baru aku akan kembali.”

Begitu mendengar ini, Mondy begitu bahagia dan terharu, lalu dia membungkukkan badannya dan memegang tangan ibuku dan, berkata : “Bibi Wei, aku benar-benar bahagia sekali, anda bisa hadir di pernikahanku.”

Ibuku tersenyum dan berkata : “Gadis bodoh, perjalanan untuk bahagia itu masih panjang, jangan terburu-buru, pelan-pelan saja.”

Dia berkata sambil menatap Sulistio, dan segera Sulistio membungkukkan badannya, dengan sungguh-sungguh dia berkata : “Bibi Wei, aku berjanji, aku akan menjaga Mondy dengan baik.”

Dapat dilihat, bahwa Sulistio masih sedikit gugup saat bertemu dengan ibuku, bagaimana tidak, dia sekarang lagi bertemu dengan orang tua, siapapun juga pasti akan gugup.

Ibuku tersenyum dengan ramah, dan berkata : “Kamu adalah sahabat terdekat Alwi, dan juga dari sekian ribu orang yang dipilih oleh Mondy, ibu tidak akan khawatir lagi. Dia anak yang baik, kamu harus menjaganya baik-baik.”

Sulistio dengan cepat-cepat berkata : “Anda tidak perlu khawatir, aku tidak akan membiarkan Mondy menderita, walaupun aku harus kelaparan.”

Terdengar sedikit berlebihan, tapi kami bisa merasakan keseriusan Sulistio, jadi tidak ada yang tertawa, mata Mondy mulai memerah, dan tersipu malu.

Dengan gembira aku berkata : “Jadi maksud ibu, ibu akan bersamaku selama 2 bulan?”

Ibuku mengangguk dan berkata : “Anak baik, ibu akan menemani kamu melewati musim dingin tahun ini.”

Aku sangat bersemangat, berkata : “Baiklah.. aku tidak akan kemana-mana, dan aku akan menghabiskan waktuku bersama ibu.”

Ibuku menggelengkan kepalanya, dan berkata : “Tidak boleh, kamu tetap harus bekerja, ibu kesini, bukan ingin merepotkanmu, lagipula ada Mondy yang menemani ibu nanti, jadi kamu tenang saja.”

Aku tersenyum dan berkata : “Iya aku akan nurut padamu, tapi sekarang aku tidak begitu sibuk lagi, walaupun tidak bisa menemanimu setiap hari, tapi aku masih bisa membawamu jalan-jalan di sekitaran Nanjin.

Setelah selesai berbicara, dengan sungkan aku bertanya : “bu, Jessi dia…apakah dia ada bilang sesuatu padamu, untuk bawa sesuatu?”

Jessi melakukan banyak pengorbanan untuk ibuku, dan juga ini bukan untuk pertama kalinya dia mengorbankan hadiahnya demi aku, aku benar-benar tersentuh olehnya, dan pada saat yang sama aku juga merasa bersalah padanya karena telah membuatnya kecewa.

Ibuku menggelengkan kepala dan berkata : “Anak itu sudah berangkat melaksanakan misinya lagi.”

Baru saja mendengar dia kembali ke Beijing, sekarang sudah menjalankan misinya lagi, hatiku begitu sakit mendengarnya, aku benar-benar mencemaskan dia, karena misinya selalu berbahaya.

Ibuku berkata dengan lembut : “Kamu tidak perlu khawatir, gadis itu sangat hebat, dia pasti pulang dengan selamat.”

Aku menganggukkan kepala, ibuku berkata lagi : “Aku juga sudah mendengar tentang dua gadis lain, kalian tidak memiliki jodoh, beginilah hidup, meskipun akan menyakitkan, tapi waktu akan menyembuhkannya.”

Setelah ketahuan oleh ibuku, bahwa aku menyukai tiga wanita disaat yang bersamaan, pada saat ini aku merasa malu dan dengan sungkan aku berkata : “Iya aku mengerti.”

Ibuku tertawa lembut dan berkata : “Ibu tidak tahu sifat kamu ini mirip siapa, ayah dan ibu orang yang sama-sama polos, tapi kenapa bisa melahirkan seorang playboy sepertimu?”

Aku tersenyum canggung, cepat-cepat aku mengedipkan mata kepada Dony Yun, Dony Yun menolongku, berkata : “Bibi, anda pasti lapar, aku sama Anna sudah selesai masak, ayo kita makan bersama.”

Ibuku menganggukkan kepala sambil tersenyum, akhirnya, kami dengan bahagia makan bersama.

Setelah selesai makan siang, aku menyuruh ibuku untuk beristirahat, kemudian aku berbicara dengan Sulistio, kegiatan dua bulan ini sementara di hentikan, urusan di Hangzhou sementara di biarkan terlebih dahulu, meskipun seorang lelaki harus bertanggung jawab atas pekerjaannya, tapi kesempatan ini sangatlah langka, aku tetap berusaha meluangkan waktu lebih banyak untuk menemani ibuku.

Jadi, selama dua bulan terakhir ini aku menolak semua tamuku, dan membawa ibuku jalan-jalan ke Xuzhou untuk menemui Wolf Wang dan yang lainnya, dan juga membawa ibuku memilih rumah untuk Mondy, dan ibuku juga menjahit sendiri gaun pengantin untuk Mondy, kami sangat bahagia selama dua bulan ini, akhirnya hari pernikahan Mondy yang ditunggu-tunggu oleh ibuku telah tiba.

Pada hari pernikahan, aku menyewa seluruh restoran Nanking, dan mengundang semua orang yang ada di Nanjin, dan semua orang datang dengan hati gembira tanpa ada yang menolak undangan aku.

Aku berdiri di depan pintu menyambut para tamu, melihat semua tamu sudah datang, tapi orang yang aku tunggu tidaklah muncul, sesaat ada perasaan kecewa di dalam hati.

Pada saat ini, Sulistio mengingatkan aku dan berkata : “Kak Alwi, para tamu sudah datang semua.”

Aku hanya menjawab dengan nada “Hmm”, dengan kecewa aku berbalik badan dan berkata : “Masuklah.”

Baru selesai berbicara, terdengar suara mobil dari belakang………

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu