Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1083 Mengakhiri sesuatu

Setelah mobil memasuki desa, mereka yang sedang sibuk pun memberhentikan kerjaannya. Dengan perasaan penasaran melihati sebaris mobil kita tetapi mereka tidak terlihat kaget. Aku tahu ini dikarenakan Dony mereka sering datang kesini.

Aku berfikir penduduk desa disini seharusnya tahu bahwa aku telah melakukan kejahatan dan ditembak mati. Bila aku beri tahu bahwa aku adalah Alwi mungkin mereka akan terkejut. Aku juga tidak berencana untuk memberi tahu identitasku. Aku hanya ingin memakamkan adikku lalu pulang.

Mobil berhenti di depan rumah, aku melihat rumah yang sangat ku kenal seperti telah direnovasi, sehingga terlihat sangat baru. Aku tahu meskipun aku tidak tinggal disini tetapi Dony selalu membersihkan rumah ini secara berkala. Bila bukan mereka mungkin rumahku telah ditempati orang lain.

Aku membawa guci abu turun dari mobil dan melihat orang tua yang sangat kurus berjalan kearah kita. Orang tua ini adalah Kepala desa.

Dony mereka turun dari mobil, lalu Kepala desa mendekatinya dan bersalaman berkata, “Pak Dony datang lagi? Aku sungguh beruntung bisa membuat tokoh besar seperti Anda sering datang kesini untuk mengunjungi makam orang tua.”

Karena aku pernah memperingatkannya, maka tidak akan ada yang memanggilku Alwi.

Dony berkata, “Aku dan Alwi dekat bagai keluarga, tentunya aku melakukan ini semua. Lagipula aku juga ingin melakukan sesuatu disini. Hal ini butuh Anda buktikan untukku.”

Kepala desa dengan penasaran bertanya, “Oh, hal apa? Bilang saja.”

Sambil melihatiku Dony berkata, “Alwi adalah sahabat terbaikku di Beijing. Alwi selalu meminta bantuan kepada ia untuk mencari informasi Lidia. Akhirnya beberapa hari yang lalu ia menemukan jasad Lidia dan telah dikremasi. Hari ini kita datang kesini untuk menguburkan guci abu Lidia. Demi mencegah adanya rumor yang tidak baik, jadi mohon anda untuk menjelaskan hal ini kepada penduduk-penduduk.”

Meskipun penduduknya juga tidak berani mengikut campur hal seperti ini, tapi menurutku lebih baik tetap harus menjelaskannya.

Kepala desa dengan semangat bertanya, “Jasad gadisnya telah ditemukan?”

Aku mengangguk kepala. Mata kepala desa berkaca-kaca melihat guci abu yang ku pegang berkata, “Bagus bagus, ini adalah hal yang selalu diingati oleh Alwi. Ia tidak ditakdirkan untuk menyelesaikan hal ini, tetapi ia mempunyai sahabat baik yang membantunya menyelesaikan hal yang paling diharapkannya. Aku mewakili ia berterima kasih pada kalian, dan juga mewakili orang tuanya berterima kasih pada kalian.

Melihat Kepala desa menangis , hatiku terasa hangat. Seluruh desa ini setelah mendengarku telah dihukum mati dan masih bisa melihat kebaikanku mungkin hanya Kepala desa saja seorang.

Aku sambil tertawa bekata, “Aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan saja. Kepala desa, aku juga ingin berterima kasih kepada anda, terima kasih anda tidak menganggap Alwi sebagai orang yang jahat, saat orang lain menjelek-jelekkannya dan masih memikirkan keinginan terakhirnya.”

Kepala desa menghelakan nafas dan berkata, “Kamu juga jangan menyalahkan penduduk disini. Mereka semua berlangsung hidup selamanya sebagai seorang petani dan tidak mengerti apapun. Pikiran mereka sangat polos. Orang yang melakukan kejahatan adalah orang jahat, apalagi Alwi adalah orang yang dihukum mati dan saat ia masih hidup penduduk pun juga kurang menyukainya. Sehingga orang ini…”

Aku melihat para penduduk sekitar sedang membahas kita dan pandangannya seperti sedang menghina dari tak jauh sana. Aku mengerti maksud Kepala desa. Saat itu mereka melihat hidupku yang sudah sejahtera sehingga ingin menjilatku. Tetapi aku tidak peduli terhadap mereka. Sekarang aku ditembak mati, tentunya mereka makin menjatuhkanku.

Untungnya aku sudah mengetahui sifat asli mereka, jadi aku juga tidak peduli apa yang akan mereka pikirkan.

Aku berkata, “Aku mengerti, Kepala desa tidak perlu berkata banyak lagi. Sudah sore, kita jangan menyia-nyiakan waktu. Ayo, segera berangkat ke kuburan.”

Kepala desa mengangguk kepala dan berkata, “Kalian pergi saja, aku akan menghalangi mereka disini agar tidak mengganggu ketenangan kalian.”

Aku berkata, “Sangat berterima kasih, Kepala desa.”

Setelah itu, aku berkata terhadap semua orang, “Ayo, berangkat.”

Bawahan membawa peralatan dan mengikutiku kearah kuburan.

Sampailah di kuburan, melakukan persiapan pemakaman. Setelah itu, bawahanku mulai menggali tanah…

Semua telah dipersiapkan dengan baik agar adikku hidup tenang disini. Aku mulai sembahyang kepada orang tuaku.

Membakarkan mereka uang kertas dan dupa, aku sambil bersujud berkata, “Ayah, Ibu, Alwi sangat memalukan. Beberapa tahun berlalu jasad Lidia baru ditemukan dan membawanya kepada Ayah dan Ibu. Alwi tidak berbakti. Saat kalian masih hidup, aku tidak mempunyai kemampuan untuk berbakti kepada kalian… Lain kali, aku hanya bisa banyak membakar persembahan dan uang kertas. Jika sungguh ada dunia lain, aku berharap kalian dapat hidup dengan baik-baik.”

Mungkin karena sudah terlewat lama, meskipun tidak bisa mengobati luka tersebut, tetapi juga bisa memberhentikan kesedihan yang berlebihan. Aku dengan tenang berdiri dan berjalan kearah kuburan adikku. Dengan lembut aku menyentuh foto Lidia yang tersenyum dan berkata, “Lidia, Kakak akan selalu mengingat kamu.”

Meskipun aku sekarang mempunyai keluarga, dan ada yang menyayangiku. Tetapi aku tidak akan melupakanmu, gadis yang terlihat seperti bunga matahari bila tertawa. Ia adalah orang yang paling dekat denganku.

Claura membawa seikat bunga dan menaruhkannya di kuburan adikku, berkata, “Aku mengecewakan kamu.”

Aku menolehkan kepala melihat wajah ia yang pucat. Aku melihat matanya berkaca-kaca, lalu ia menghindar dan mengusap air matanya. Aku berkata, “Kamu pergi saja.”

Mendengar aku ingin membiarkan Claura pergi, Sulistio mereka merasa terkejut. Dony berkata, “Claura adalah tersangka utama negara, kamu membiarkan ia pergi begitu saja… apa atasan memperbolehkannya?”

Aku berkata, “Tidak boleh juga harus boleh.”

Sulistio mulai panik dan berkata, “Kak Alwi, bagaimana bisa seperti itu? Anda dulu dijebak olehnya begitu parah, tidak membalas dendam terhadapnya sudah cukup. Mengapa Anda rela dibenci atasan karenanya? Kupikir lebih baik mengurung ia untuk selamanya, agar ia tidak bisa melihat langit diluar, agar ia selamanya disiksa!”

Bisa dikatakan saat Sulistio sangat kesal saat mengatakan itu, lagipula ia sungguh membenci Claura.

Aku berkata, “Aku sudah memutuskan ini sejak lama. Sudahlah, jangan berbicara lagi, lagipula atasan juga tidak akan bertindak buruk kepadaku.”

Aku melihat Claura masih berdiri disana menggunakan pandangan yang rumit melihatiku dan aku berkata, “Pergi saja kamu, bila tidak aku akan menarik kembali keputusan tadi.”

Claura dengan serius berkata, “Aku tidak akan berterima kasih kepadamu.”

Dasar wanita jalang…” Sulistio seperti ingin mencaci Claura, tetapi ia ditahan olehku.”

Saat ini Nando mendekat dan membawa tas. Aku menerima dan melemparkan tasnya kepada Claura sambil berkata, “Di dalam ada kartu identitas yang kuminta orang untuk membuatnya dan juga kartu ATM. Kartu ATM ini milikku. Aku takut ketahuan kalau kau memakai punya dirimu. Lain kali aku akan mengirim sejumlah uang setiap bulan ke kartu ini.”

Aku lanjut berkata lagi, “Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tetapi kita dulu pernah menjadi suami istri dan aku juga menerima semua warisan Bibi Mawar, jadi memang seharusnya aku memberikan uang untukmu, mantan istriku.”

Raut wajah Claura seketika memucat, seperti kata-kataku cukup menusuk hatinya. Aku tidak melihatinya lagi dan berkata kepada yang lain, “Ayo kita jalan.”

Melewati Claura, aku membuang nafas yang panjang. Meskipun ia telah dipenjara sangat lama, tetapi seperti ada batu didalam hatiku. Aku merasa hubungan kita seperti belum resmi putus. Tapi hari ini terasa beda, aku merasa hari ini seperti telah resmi putus dengan ia.

Mulai sekarang, selamanya kita jangan bertemu lagi!”

Setelah pergi dari pemakaman, sampai di rumah aku pun beristirahat lalu membersih-bersihkan rumah. Aku dan Dony mereka balik ke Nanjin. Sampai di Nanjin, aku menyuruh Nando pergi mengurus sesuatu. Setelah itu aku pergi ke apartemen yang berada diatas Splendid.

Apartemen ini sudah lama tidak ditinggal, tapi karena selalu dibersihkan setiap hari maka terlihat sangat bersih. Aku duduk di sofa dan Dony sedang menyeduh teh. Sulistio sedang melakukan panggilan telepon dengan Kak Mondy sedangkan Samuel pergi menjemput Wita. Aku melihati sekitarku dan teringat kembali kata-kata saat dimana Aiko menolak aku, seketika aku merasa sedih.

Dony memberi secangkir teh kepada dengan perhatian ia bertanya, “Ada apa? Terlihat seperti sedang berfikir banyak hal.”

Aku menggelengkan kepala berkata, “Tak apa-apa, oh iya seharusnya malam ini aku sudah mau pergi ke Invincible Empire. Aku sudah keluar cukup lama, jika disana terus tidak ada informasiku, pasti mereka akan panik. Lagipula aku juga takut Jay akan melakukan sesuatu yang licik. Meskipun Invincible Empire merupakan daerahku, tetapi sekitar sembilan puluh delapan persen merupakan pengedar narkoba. Biasanya mereka tidak akan memperbolehkan siapapun yang memotong jalur kekayaan mereka, jadi kalau mereka tahu diriku adalah mata-mata, maka mereka pasti akan membunuhku.”

Dony mengerut alis dan bertanya, “Jadi apa rencanamu?”

Aku berkata, “Kamu tenang saja, aku telah merancang sebuah rencana. Pada saatnya, mereka tidak akan menyalahiku memotong jalur kekayaannya melainkan akan berterima kasih padaku. Lagipula betapa pentingnya uang, juga tidak lebih penting dari nyawa. Orang-orang ini rela mempertaruhkan nyawanya untuk bertarung, juga hanya berpikir diri sendiri tidak akan mati begitu mudah. Tapi kalau harus mati, mereka akan memikirkan cara lain.”

Dony tetap merasa khawatir. Ia berkata, “Kita juga kurang jelas bagaimana kondisimu di Invincible Empire dan juga tidak bisa membantu apa-apa. Kamu berwaspadalah, harus lindungi dirimu baik-baik. Apakah kamu mengerti?”

Aku berkata, “Tenang saja. Aku sudah melewati begitu banyak kematian, kali ini pasti akan berlalu dengan baik-baik juga. Oh iya, aku harus menghubungi Nody, untuk menyuruhnya datang. Kita makan bersama, lalu aku mau pergi.”

Aku mengangkat teleponku dan menghubungi Nody. Ia dengan cepat mengangkat panggilanku. Aku berkata, “Nody, kita sudah kembali, apakah mau datang makan bersama?”

Nody berkata, “Sepertinya tidak bisa. Monica baru saja masuk ke rumah sakit setengah jam yang lalu.”

Aku menepuk pahaku dan tertawa berkata, “Benarkah? Kalau begitu, aku memberi selamat kepadamu terlebih dahulu. Kamu harus jaga ia dan anaknya dengan baik. Tunggu kita pulang, baru kita kumpul bersama lagi.”

“Sudah mau pergi?”

“Hmm, aku akan berangkat setelah pergi.”

Di sebrang panggilan sana terdiam sesaat. Nody berkata, “Alwi, sebenarnya ada sesuatu yang aku belum beritahu kepadamu selama ini. Sebenarnya…”

Saat ini, terdengar suara teriak suster dari panggilan sebrang sana. “Siapakah keluarga dari Ibu Monica?”

Aku berkata, “Nody, bicara saja lagi setelah aku pulang nanti. Kamu pergi temani Monica dulu. Aku akan membantu Ibumu untuk membalas dendam. Kamu harus ingat istri dan anakmu. Sudahlah, aku matikan panggilannya. Kamu pergi sana.”

Nody terdiam sesaat dan berkata, “Baiklah, ketemu nanti.”

“Ketemu nanti.”

Setelah memutuskan panggilan, aku berkata, “Monica sudah mau lahir, Nody tidak ada waktu kemari. Aku sudah membeli hadiah untuk anaknya. Dony, nanti tolong bantu aku berikan hadiah untuknya.”

Aku mengeluarkan kotak dari saku celana. Kotak itu terdapat gelang tangan emas. Aku berkata, “Masih ada uang, tolong sekalian berikan kepadanya.”

Dony mengangguk dan berkata, “Kamu tidak perlu repot-repot memikirkan masalah ini. Sudahlah, kalau ia tidak datang, mari kita pergi makan. Kalau tidak akan terganggu jadwal pemberangkatanmu.”

Sulistio saat ini juga telah mematikan panggilan dan berjalan sambil berkata, “Monica sudah mau lahir?”

Aku mengangguk dan ia berkata, “Kak Alwi, lebih baik kamu cepat menikahi dua kakak ipar setelah selesai mengurus semua masalah. Coba kamu lihat kita semua telah memiliki keluarga dan kamu sendiri yang masih lajang.”

Aku dengan kesal berkata, “Sialan, seperti aku tidak memiliki pasangan saja. Pasanganku saja lebih satu darimu.”

Sulistio tertawa dan berkata, “Benar, Anda yang terhebat baik? Aku hanya takut kamu akan diterbangkan ke langit setelah Ayah Nona besar tahu kamu ingin menikahi dua orang dan berjalan bersama dengan matahari.”

Aku, “……”

Tapi sebenarnya aku sungguh khawatir kepada Mark. Ia pasti tidak berharap anak perempuannya memilih lelaki yang berselingkuh. Mungkin akan mengungkit masalah besar saat itu.

Seketika kepalaku sakit dan Dony berkata, “Sulistio, kamu sungguh mengungkit hal-hal yang tidka seharusnya.”

Sulistio sibuk berkata, “Aku salah. Aku traktir malam ini, semoga bisa membayar kesalahanku.”

Aku dan Dony saling berpandang, sambil melihat kelicikan dari mata-mata orang.

Dony berkata, “Kesempatan yang begitu baik, tentunya kita tidak sungkan…”

Aku dan ia teriak bersamaan, “Habiskan uangnya!”

Sulistio mendengus dan berkata, “Sekarang aku sudah kaya, apakah kalian ingin membuatku miskin?”

Aku berkata, “Aku tidak ingin membuatmu miskin, tapi aku juga harus membuat kamu merasa sedih.”

Aku berkata kepada Dony, “Dony, panggil semua orang datang. Pesan semua klub di Nanjin. Sulistio yang traktir!”

Kaki Sulistio lemas dan berkata seperti ingin menangis. “Jangan. Uangku diatur oleh Mondy. Kalau aku pakai kelebihan, ia pasti akan membunuhku hidup-hidup.”

“Sekarang baru menyesal? Sayangnya sudah telat!”

Wajah Sulistio sedih, sedangkan aku dan Dony sangatlah senang.

Detik ini, kita bersama, seperti anak-anak yang belum tumbuh besar. Bermain, tertawa dan tumbuh bersama.

Perjalanan yang ada teman, tidak akan terasa membosankan.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu