Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 496 Bekerja Sama Dengannya

Tanpa kusadari, aku ditekankan pistol di belakang kepalaku oleh seseorang dan aku sama sekali tidak merasakan orang itu, terlihat bahwa ia orang yang hebat.

Otakku berputar cepat dan berpikir untuk membahas dengan orang itu, tetapi aku mendengar suara yang kukenal dengan penuh terkejut. “Alwi, mengapa kamu berada disini?”

Mendengar suara ini, aku terkejut terlebih dahulu, lalu senang. Aku berbalik badan dan menemukan Jessi berdiri pucat disana. Melihat diriku, ia sama sekali tidak senang, melainkan gelisah. Aku tak sangka orang yang menekankan pistol kearahku adalah ia. Hampir saja aku kira hidupku akan berakhir disini.

Aku berkata, “Kamu bilang mengapa aku bisa berada disini? Aku datang untuk menolongmu.”

“Siapa yang menyuruhmu datang? Apakah kamu tahu disini begitu berbahaya?” Jessi mengerutkan dahinya.

Aku terdiam, lalu marah dan meletakkan wanita itu di ranjang. Aku mengikat rambutnya dengan kain kasa, lalu menutupi orang itu dengan selimut, lalu aku berjalan kesamping Jessi dan bertanya, “Apakah karena disini berbahaya, aku tidak boleh menolongmu? Demi menolongmu, meskipun disini ada begitu banyak pistol yang tertunjuk kearahku, aku juga tidak akan mundur.”

Aku menarik tangannya dan berkata, “Aku harus membawamu keluar. Aku sama sekali tidak ingin melajang sendiri, tanpa pasangan hidup.”

Mendengar ini, tubuh Jessi bergetar, lalu ia melepaskan tangannya dari peganganku. Ia memiringkan wajahnya dan berkata, “Kalau kamu terjadi sesuatu, bagaimana dengan mereka? Sebenarnya kamu bisa membiarkan Govy yang menolongku.”

Aku memandangnya dan aku tahu kalau ia masih tersinggung dengan masalah yang terjadi kemarin. Aku ingin marah, tetapi juga ingin tertawa. Jessi yang dulu tidak akan menghitung masalah seperti ini, tetapi ia yang sekarang...

Aku memegang tangan Jessi. Ia menolehkan kepalanya melihatku. Aku menaruh tangannya didepan dadaku dan berkata dengan serius. “Jessi, kamu dengar baik-baik. Aku sudah berpikir dengan baik, sejak sekarang, hanya kamu seorang adalah tanggung jawabku. Mau Aiko ataupun Felicia memintaku untuk tidak meninggalkan mereka, aku tidak akan menyetujuinya, karena aku paling tidak bisa melepaskanmu. Kamu dengar baik-baik, meskipun aku terlalu lemah, terlalu banyak kekurangan, tapi aku lebih memilih dipanggil brengsek ataupun lelaki yang tidak bertanggung jawab, aku juga tidak akan melepaskan tanganmu. Kalau kamu tidak merasa diriku buruk, maupun aku mendapat kata-kata buruk dari orang lain, aku juga tidak akan pernah melepaskanmu lagi.”

Jessi melihat mataku. Aku berkata, “Aku benar-benar serius. Aku mempertaruhkan seluruhku.”

Jessi tiba-tiba menghela nafas. Aku bertanya apakah ia tidak mempercayaiku. Ia menggelengkan kepalaku dan berkata, “Tidak. Aku percaya kepadamu. Maupun ucapanmu itu palsu, aku juga percaya kepadamu, tapi aku tidak akan mudah membiarkanmu menarik tanganku, karena aku mengerti sesuatu. Hal yang mudah diperoleh, tidak akan disayang. Alwi, kalau kamu benar-benar mencintaiku, berusahalah untuk membuktikannya kepadaku.

Ia menarik tangannya kembali sambil berbicara. Aku mengangkat alisku dan berpikir apakah dirinya sudah bersiap untuk menguji diriku. Tapi tak apa-apa, yang penting ia memberikan kesempatan untukku, maupun mengujiku dari awal, juga tidak apa-apa. Kali ini, aku akan bertindak baik kepadanya dan berusaha menunjukkan diri dihadapannya. Aku tidak akan memberikan kesempatan ia untuk mencurigaiku dan melukai hatiku.

Jessi memandangku dalam, sepertinya ia mengetahui pikiranku. Ia berkata, “Ini adalah kesempatan terakhir yang kuberikan kepadamu, sebaiknya kamu jangan membuatku kecewa lagi.”

Aku bersumpah kepada Tuhan. “Iya, aku akan bersumpah kepada Tuhan, aku tidak akan membiarkan Jessi kecewa. Jika aku benar-benar mengecewakanmu, biarkan Tuhan jadikan aku kasim.”

Ucapanku menghibur Jessi. Melihat senyuman di wajahnya, aku menghembuskan nafas dan berkata, “Akhirnya kamu tertawa.”

Jessi melototi kepadaku dan berkata, “Baiklah. Sekarang bukan waktunya untuk membahas ini. Katakanlah apa rencanamu.”

Aku berkata, “Aku bersiap untuk memancing sekelompok orang itu kesini, lalu kita pergi dalam keributan.”

“Bagaimana memancing mereka datang? Oh iya, apa yang terjadi dengan suara tembakan diluar? Apakah Govy datang? Ia dan kamu bekerja sama untuk mengalihkan perhatian mereka?” tanya Jessi pelan dan memandang keluar dengan was-was.

Aku menggelengkan kepalaku dan mengatakan tidak, serta memberitahu Aiko lah yang berada diluar sana.

Mendengar kedatangan Aiko, Jessi memandangku kesal. Matanya mengejutkanku. Aku berkata kepadanya, “Ia sendiri yang datang, aku juga tidak dapat menahannya. Lagipula akujuga membutuhkan bantuannya dan ini berkaitan dengan keselamatanmu. Kita tidak dapat memilihnya.”

Jessi menghela nafas dan berkata, “Baiklah. Kalau kamu sudah merencanakannya, ayo kita beraksi. Tapi setelah keluar dari sini, aku akan segera pergi. Kamu pergilah menjemput Aiko. Aku akan mencari mobil untuk menjemput kalian.”

Pikiran Jessi kebetulan sama dengan pikiranku. Tubuhnya sangat lemah sekarang. Kalau ia ikut bersamaku menolong Aiko, kemungkinan ia hanya bisa memperlambat aktivitas. Jadi ia pergi dulu merupakan keputusan yang terbaik. Aku memberikan kunci mobil kepadanya dan memberitahu posisi aku memberhentikan mobil, serta nomor plat mobil. Aku menyuruhnya untuk berwaspada dan cepat pergi, karena listriknya sudah mati untuk waktu yang cukup lama, sehingga listrik mungkin akan dinyalakan. Kalau listriknya nyala, akan susah bagi mereka untuk kabur.

Saat ini, terdengar suara teriakan dari luar, bilangnya mereka menemukan sesuatu. Aku tahu beberapa mayat yang kusembunyikan, mungkin sudah tertemukan. Demi tidak menunda waktu, aku dan Jessi datang ke balkon. Aku mengeluarkan korek api dan melemparnya ke tirai jendela kamar sebelah. Api segera membakar seluruh ruangan. Aku dengan cepat turun kebawah dan menyuruh Jessi lompat. Ia sama sekali tidak ragu dan lompat. Aku menerimanya dengan baik. Ia memeluk leherku dalam kegelapan. Kita saling memandang. Sinar api menerangi wajah kita. Aku dapat melihat tatapan matanya yang penuh kelembutan dan cinta.

Aku tidak tahan mengecup bibirnya dan berkata, “Tunggu aku!”

Tetapi Jessi mengatakan ‘hati-hati’, lalu menembak jauh sana. Dua peluru keluar dalam sekali tembak dan sekaligus membunuh dua orang.

Aku menurunkannya dan mengeluarkan pistol untuk menyelesaikan kedua orang lainnya. AKu berkata kepadanya, “Cepat pergi!”

Jessi mengangguk, sama sekali tidak ada perasaan tidak rela ataupun keraguan wanita. Ia berlari kedalam hutan dan menggunakan malam yang gelap untuk menyembunyikan jejaknya dalam hutan. Aku mengarahkan pistol kepada beberapa orang sambil memasukki hutan dan berusaha untuk terus berlari. Sedangkan di villa sama sekali tidak ada orang yang keluar mengejar. Sekitarnya terdengar suara minta tolong dari kebakaran. Aku tahu aku membakar kamar majikannya dan wanita majikannya berada dikamar, orang-orang ini akan menjadi sangat kesal, sehingga mereka akan menolong wanita itu terlebih dahulu.

Saat mereka ingin mendorong pintu untuk menolong orang, granat itu akan meledak.

Baru saja aku berpikir, lalu terdengar suara ledakan. Aku tahu rencanaku berjalan, lalu aku berlari dengan cepat dalam hutan tanpa berbalik badan. Waktu yang tersisa untuk kita sudah tidak banyak lagi. Aku dan Aiko harus cepat kabur. Kalau listriknya sudah kembali ternyala, aku dan Aiko tidak akan bisa bersembunyi lagi.

Aku mempercepat kecepatanku. Aku terdengar suara tembakan dari jauh sana. Aku segera mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah melihatnya dengan teliti, aku baru menyadari beberapa peluru itu ditembak kearah sini, seperti yakin Aiko akan bersembunyi disini. Kupikir Andreas ini benar-benar tidak tahu malu. Bukankah orang hebat suka bertanding sendiri? Mengapa ia masih menyerang Aiko sendiri dengan bawahannya? Dasar orang tua!

Aku dengan cepat memanjat keatas pohon besar sambil melihat situasi di depan sana dan aku menemukan beberapa mayat yang terbaring di sekitar sana. Kurasa itu semua hasil tembakan Aiko. Sedangkan di bukit kecil ada seseorang yang terbaring. Di semak-semak sana juga ada orn=ang yang terbaring. Sisanya aku tidak menemukannya. Aku mengatur nafasku dan menembak kearah kedua orang itu.

Setelah menembak, bahkan aku tidak melihat hasilnya dan memindahkan posisiku, kalau tidak aku akan yang tertembak, lagipula aku sangat percaya diri kalau kedua orang itu tertembak mati.

Aku lompat dari pohon dan sebuah peluru tertuju dimana tempat aku tadi berada, sehingga membuatku terkejut. Aku bisa memastikan kalau bukan karena aku tidak memeriksa hasilnya dan aku kabur begitu saja, mungkin aku akan mati disana. Siapa? Siapakah orang itu memiliki reaksi yang begitu cepat dan tembakan yang begitu pas. Bahkan aku sama sekali tidak dapat merasakan kekuatannya.

rang ini bukanlah orang biasa.

Saat ini, otakku muncul seseorang, yaitu Andreas dari Batalyon. Apakah ini ia?

Saat aku sedang berpikir, tiba-tiba kelopak mataku lompat. Aku dapat merasakan sesuatu yang bahaya mendekatiku. Aku memeluk pistolku terjatuh kesana. Seketika beberapa peluru terjatuh dibawah kakuku. Aku bangun dan kabur sekuat diriku. Aku dapat merasakan aku ditatap oleh banyak orang. Aku bergidik ngeri dan sangat takut. Pistol ditanganku ditujukan olehku ke beberapa arah yang aku merasakan bahaya.

Aku sambil menembak sambil menyari tempat yang aman untuk bersembunyi. Aku tidak peduli kena atau tidak, yang terpenting aku bisa menahan tembakan musuh. Saat aku bersembunyi di belakang pohon, suara tembakan itu berhenti. Aku pelan-pelan berjongkok dan berpikir. Aku mengigit bibirku dan aku melepaskan teleponku, lalu membuangnya masing-masing ke kiri dan kanan. Terdengar suara tembakan, aku juga mengarahkan pistolku kesana.

Dari jauh sana dimana Aiko bersembunyi juga menembak beberapa kali.

Beberapa orang di semak-semak mati. Ada seseorang seperti setan, berlari begitu cepat. Meskipun ia berlari dengan cepat, tapi aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ia adalah Andreas.

Suara langkah dari tidak jauh sana, aku tahu kalau bawahan Andreasi siap datang membantunya. Jika pertarungan ini dilanjutkan, maka aku dan Aiko tidak akan terselamat. Seketika aku panik. Saat ini, aku tiba-tiba mendengar suara daun pohon yang tertembak. Suaranya itu seperti sebuah kilat dalam kegelapan. Aku melihat adanya gerakan dari pepohonan sana, seketika terkejut melihat sebuah pistol yang muncul dari semak-semak dan tertuju ke sebuah arah. Dan dari arah sana terdengar lagi suara tertembaknya daun pohon. Aku seketika terkejut, karena aku tahu Aiko yang melakukannya. Ia ingin membocorkan keberadaannya untuk memaksa Andreas beraksi.

Andreas mengarahkan pistol kesana. Entah kapan ia menggantikan pelurunya. Setelah tembakan ini, batu disana seketika pecah dan muncul percikan api. Hatiku memanas dan menembak kearah Andreas. Tapi siapa sangka kalau ia menyadari tembakanku dan menghindarinya. Tapi ia sama sekali tidka berhenti saat aku menembak sekali, mungkin karena aku sudah memperkirakan arah ia bersembunyi, lalu aku menembak lagi tiga kali.

Aku tidak tahu apakah peluru itu mengenai Andreas, tapi aku tidak dapat peduli lagi dan berlari cepat menuju dimana Aiko berada. Dalam perjalanan, aku sangat panik, takutnya Andreas akan menembakku, tapi sepertinya aku beruntung menembaknya, karena ia sama sekali tidak menyerangku. Aku datang dimana Aiko berada. Ia duduk dibawah pohon besar dengan wajah yang memucat. Kakinya sudah penuh dengan darah.

Aku menghela nafas dan menahan kekesalanku. Aku menggendongnya dan berkata, “Kamu bekerja untuk membunuh orang, aku bekerja untuk membuka jalan.”

Aiko langsung berkata, “Baik!”

Aku berusaha dan berkata, “Ayo maju!”

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu