Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1068 Harus Menikahinya

Ketika mendengar suara tembakan ini, hatiku berhenti berdetak. Saat ini, seperti sedang melewati satu abad yang panjang dan tak berujung.

Aku membalikkan wajahku, melihat Felicia berdiri tidak jauh di depanku, rok putih ditubuhnya telah ternodai dengan darah, dia mundur dengan langkah terhuyung dan tiba-tiba terjatuh.

Pada saat ini,aku merasa telingaku tidak bisa mendengarkan apa-apa, mataku juga mulai gelap, aku bergegas ke arah Felicia, begitu juga dengan Govy, tapi pada akhirnya, aku yang terlebih dulu berhasil memeluk Felicia yang terjatuh.

Dia menatapku, jelas-jelas darahnya sedang mengalir keluar dengan deras, tapi dia menatapku dengan tersenyum lembut, membelai wajahku dengan tangannya, dan dengan penuh cinta dia berteriak: “ Adik kecil... ...”

Aku merasa hatiku sakit bagai ditusuk dengan ribuan pedang, matapun memerah, aku mendongakkan kepala melihat Govy dan berteriak : “Cepat panggil dokter !”

Selesai berbicara , aku menidurkan Felicia di lantai, berlutut di sana, buru-buru mengeluarkan lampu alkohol dari tas, penjepit/pinset, kantong hemostatik dan kain kasa, tetapi luka tembaknya sangat tidak biasa, aku tidak berani mengeluarkan pelurunya sendiri, dan hanya menghentikan pendarahannya, sambil menghentikan darahnya aku menangis dan berteriak : “Kenapa kamu begitu bodoh ? aku bisa menghindarinya, bisa menghindarinya, kamu tahu?”

Tembakan Felicia tadi, bukan Govy yang menembak, melainkan penembak jitu yang bersembunyi di sisi berlawanan, mungkin orang itu berpikir bahwa dia harus melakukan serangan dari luar dengan Govy dan pasti bisa menyingkirkanku, dan karena tidak melihat Felicia yang sedang duduk di sana, dan meleset mengenai tubuhnya.

Govy sudah menelepon 120, dia bergegas menghampiriku untuk membawa Felicia, tetapi ketika dia mendengar Felicia memanggilku “adik kecil” , dia tercengang dan menatapku, seolah-olah lupa bagaimana caranya berbicara.

Felicia tersenyum pahit dan berkata : “Aku tahu....Aku tahu adik kecilku sangat hebat, aku tahu aku sudah banyak membantu, tapi... ...aku hanya... ...tidak bisa melihat ada orang menembakimu, adik kecil, apakah kamu akan menyalahkanku tertalu banyak ikut campur dalam masalah ini? Apakah aku telah membuatmu sedih lagi ?”

Aku menggelengkan kepala berkali-kali, berkata dengan lembut: “bagaimana bisa, aku sangat senang, Kakak Felicia ku begitu menyayangiku, demiku bisa mengabaikan segalanya, tapi, apakah kamu tahu? Aku tidak pantas... aku hanyalah seorang yang tidak setia, kamu tidak seharusnya melakukan ini untukku.”

Felicia menggelengkan kepala, memejamkan matanya kelelahan,bergelinang air mata dan berkata: “Aku tidak menyalahkanmu... ...aku tahu bahwa tipuanku yang telah membuatku kehilanganmu,... ...adik kecil... ...”

Sementara aku menghentikan pendarahannya, aku memeluknya dan berkata: “Kak Felicia, jangan berbicara, oke ? aku mengantarmu ke rumah sakit dulu, sesampai di sana baru kita bicarakan lagi, oke?”

Meskipun Govy sudah memanggil mobil ambulance, menunggu di sini bukanlah masalah, sekarang aku telah membantu Felicia menghentikan pendarahannya, aku bisa mengantarnya ke rumah sakit terlebih dahulu, jika di jalan bertemu mobil ambulance , barulah memindahkannya kemobil ambulance.

Aku berpikir begitu, aku menggendong Felicia dan berjalan lurus, pada saat itu, tiba-tiba aku melihat Govy mengarahkan pistol ke arahku, hatiku tersentak, dan melihat dia menembak sekali, kemudian kebelakang tubuhku menembak beberapa kali.

Aku baru menyadari, Govy tidak bermaksud menembakiku, tetapi untuk menembaki penembak jitu yang bersembunyi di arah berlawanan.

Dia menatapku dan berkata: “Jika ada yang perlu dikatakan, katakan nanti saja, ayo, aku akan mengantarmu ke rumah sakit.”

Aku mengangguk, aku menggendong Felicia dan keluar dari hotel, Felicia bersandar di lenganku, rapuh seperti seekor anak kucing, dia berkata: “Adik kecil, jika... ...jika aku mati, bisakah kamu menikah denganku ?”

Hatiku sakit dan berkata: “Tidak, kamu tidak akan mati.”

Felicia tersenyum, meskipun lemah, tapi dia tersenyum sangat indah, dia berkata: “Jika kamu bisa menikahiku, matipun aku rela.”

“Kak Felicia, aku tidak mengizinkan kamu berbicara yang tidak-tidak, aku tidak membiarkanmu mati, apakah kamu dengar?” aku berkata dengan mata memerah.

Aku sudah lama tahu bahwa Felicia sangat mencintaiku, tapi biarpun aku tahu, setelah mendengar kata-katanya, hatiku masih merasakan sakit yang memilukan.

Dan pada saat ini Govy berkata: “Felicia, jangan berkata yang tidak-tidak,, kamu harus hidup dengan baik, asalkan kamu bisa bertahan hidup, Alwi pasti akan menikahimu.”

Aku terkejut dan menatap Govy, dia menatapku dengan tatapan memohon,matanya penuh dengan ketakutan. Ini pertama kalinya aku melihat sesuatu di mata Govy seperti penuh dengan ketakutan, perlu diketahui, bahkan mati pun dia tidak takut, tapi, saat dia menghadapi bahwa adik perempuannya akan mati, dia sangat takut.

Itu adalah ketakutan kehilangan orang yang dicintainya, tidak, selain Felicia, ketakutannya mungkin juga berasal dari apa yang selalu dia kagumi, dianggap sebagai ayahnya pahlawan, dia begitu cerdas, sehingga dia mungkin bisa menebak apa yang akan aku katakan.

Govy berkata dengan bahasa bibir: “Tolonglah.”

Aku membalikkan kepala dan melihat Felicia, pada saat ini dia seperti seseorang yang tenggelam dan berpegangan pada seseorang untuk menyelamatkannya, dia menggertakkan gigi dan menatapku penuh harap.

Aku tahu, ketika seseorang terluka, keinginan untuk bertahan hidup juga dapat menentukan apakah dia bisa mengatasi kesulitannya, jadi Govy mengatakan bahwa dia bisa bertahan hiudp maka aku akan menikahinya, itu semua agar dia bisa bertahan hidup. Dalam situasi ini, bagaimana aku bisa menolak perkataan Govy? Selain itu,di hadapan Felicia yang lembut dan penuh dengan air mata harapan, aku bahkan tidak mempunyai keberanian untuk menolak... ...

“Iya, asalkan kamu bisa bertahan hidup, aku akan menikahimu, jadi, kak felicia, kamu harus bertahan hidup.” Aku berkata, tetapi hatiku terasa tertimpa beban yang sangat berat, dan aku merasa bersalah kepada Jessi, itu membuatku hampir kehabisan nafas.

Felicia berkata dengan gembira: “Benarkah ?”

Mungkin itu membuatnya bahagia, aku merasa matanya menjadi bersinar, aku mengangguk dan berkata: “Benar, aku tidak akan membohongi kak Felicia.”

Ketika berbicara, lift terbuka, aku dan Govy bergegas keluar hotel, aku mengeluarkan kunci mobil dan memberikan kepada Govy, mengisyaratkan dia untuk mengemudi, dia dengan segera mengendarainya dan aku menggendong Felicia masuk ke dalam mobil.

Govy menelepon pihak rumah sakit sambil mengemudi, memastikan mobil ambulance berada dimana. Aku memeluk Felicia, merasakan bahwa tubuhnya semakin lama semakin dingin dan aku benar-benar sangat takut.

Felicia sangat tenang, dia menyandarkan kepalanya ke lenganku, dan berkata dengan lembut: “Aku tahu kamu sedang membohongiku... ...tapi aku masih sangat senang, setidaknya itu bisa membuktikan bahwa di hatimu masih ada aku.”

Suaranya semakin lemah dan terputus-putus, membuat mataku memerah, aku memegang tangannya dengan erat dan berkata: “Tidak, aku tidak bohong, Kak Felicia,kamu harus berusaha untuk bertahan hidup,oke? Aku mohon padamu... ...aku tidak ingin mengalami ketakutan kehilanganmu, aku ingin kamu ... ...”

Felicia menatapku dengan mata penuh kasih sayang yang mendalam, dia gemetaran dan memegang pipiku dengan tangannya, berkata dengan lembut: “ Bisakah kamu menciumku?”

Aku melirik Govy, kemudian menunduk menatap Felicia, dia tersenyum menunggu jawabanku, aku mengangguk, membungkuk dan mencium bibirnya, bibirnya sangat dingin dan sedikit kaku, itu membuktikan bahwa dia sangat lemah.

Aku dengan sangat perlahan dan hati-hati menciumnya, ada sesuatu yang asam mengalir kedalam mulutku, pahit dan panas,aku membuka mata, melihat Felicia sedang menangis, aku menyeka air matanya dan pada akhirnya air mataku juga menetes ke wajahnya.

Air mata terus mengalir, aku merasa bahwa semua emosiku akan meluap, aku memeluknya dengan erat dan tiba-tiba air mata mengalir tidak tertahankan.

Felicia menutup matanya dengan puas, aku melihatnya dengan gugup, sampai aku yakin bahwa dia hanyalah pingsan dan bukanlah menghembuskan nafas terakhirnya, tapi aku tahu, kondisinya sedang dalam keadaan tidak baik.

Pada saat ini, Govy bertanya: “Apakah kamu benar Alwi?”

Aku menatap Govy dan dia melihatku dengan dekat, aku tahu, dia sudah sedikit mempercayaiku, tetapi hal ini terjadi terlalu mendadak, dia masih memerlukan bukti yang cukup untuk membuktikannya.

Aku berkata : “Jika Kakak Govy tidak percaya, bisa pergi ke Paman Mark untuk membuktikannya, sampai saat itu kamu akan tahu apa yang telah terjadi.”

Govy melihatku mempunyai keberanian untuk mengatakan itu, pandangannya meredup, tapi bukan karena saudara baiknya masih hidup tetapi karena tekejut mendengar semua ini, aku tahu, dia bukan tidak senang, tetapi waktunya tidak memungkinkan dia untuk bahagia, lagi pula, jika aku benar-benar alwi, jika atasan memang benar melepaskanku , secara tidak langsung ini membuktikan bahwa Jay memiliki masalah.

Aku tahu Govy tidak tahu bagaimana caranya bertanya soal masalah Jay, aku berinisiatif membuka mulut dan berkata: “Kakak Govy, aku tahu dalam hatimu kamu sangat ingin mengetahui masalah hari ini, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, tapi sebelumnya, kamu harus memberitahuku satu hal, yaitu, mengapa kamu begitu kebetulan muncul di Hotel Harris?”

Govy memegang setirnya semakin erat dan dia berkata: “Hal ini kita bicarakan saja nanti, sekarang yang terpenting adalah mengantar Felicia ke rumah sakit.”

Aku mengangguk, menatap Felicia dengan dalam dan tidak berbicara lagi.

Kami dengan cepat bertemu dengan mobil ambulance dan menggendong Felicia ke mobil ambulance, aku dan Govy duduk di mobil, aku baru ingat bahwa aku mematikan ponselku dari tadi dan tidak menghubungi Nando mereka, mereka sekarang pasti sangat panik.

Mengingat hal ini, aku segera mengeluarkan ponselku dan melihat ada beberapa panggilan tidak terjawab, dari siapa saja ada, aku menelepon Jessi terlebih dahulu, setelah panggilan itu terhubung, dia bertanya: “Alwi, bagaimana dengamu ?”

Ketika mendengar suaranya, hatiku seperti ditimpa beban yang berat dan berkata: “Aku tidak apa-apa, telah membuatmu khawatir... ...maaf... ...”

Jessi tersenyum dan berkata: “Baguslah kalau kamu baik-baik saja, buat apa meminta maaf? Bagaimana dengan Felicia? Bagaimana keadaannya?”

Aku berkata dengan pelan : “Kondisinya sedang buruk... ...”

Jessi terdiam sesaat dan bertanya : “Kalian berada di rumah sakit mana? Aku akan pergi kesana.”

Aku melirik Govy, dia mengerutkan alisnya, dia menyebutkan nama rumah sakitnya, aku memberitahu Jessi, dia berkata dia sekarang juga kesana, dan menyuruhku tidak usah khawatir, kemudian menutup teleponnya.

Setelah menutup telepon, Govy berkata: “Adikku tidak akan mati.”

Aku memandang wajah Felicia yang putih bagaikan kertas, mengepalkan tanganku dengan erat dan aku berkata: “Aku juga percaya dia tidak akan ada masalah.”

Govy menatapku, berkata dengan tegas : “Jadi kamu harus menepati janjimu, jika dia bertahan hidup, kamu harus menikahinya !”

Aku terkejut dan melihat Govy, saat ini raut wajahnya sangat tegas, matanya penuh dengan keseriusan dan ada bahaya dibalik keseriusan itu.

Aku tahu, jika aku mengatakan tidak , dia akan memukulku dengan keras.

Tapi, aku tidak bisa mengecewakan Jessi, jadi aku menggelengkan kepala dan berkata dengan rasa bersalah : “Kakak Govy, kamu seharusnya tahu, bahwa aku berjanji akan menikahi Felicia tadi, hanya untuk membiarkan dia mempunyai keinginan untuk bertahan hidup, aku... ...aku... ...”

Govy tidak mendengarkanku selesai bicara, dia berkata dengan dingin : “Aku tidak peduli, lagi pula kamu sudah berjanji, dan aku tahu,didalam hatimu ada adikku, dalam hal ini, kenapa kamu tidak ingin menikahinya dan harus menikahi Jessi? Jika saja, pada waktu yang bersamaan kamu mencintai dua wanita sekaligus, kenapa kamu harus mengorbankan adikku, dan bukan Jessi ? Emm?”

Kata-kata itu membuatku terdiam.

Melihat Govy, tiba-tiba aku merasa dia berubah menjadi seperti orang asing, lagi pula sebelum berubah, dia tidak akan memaksaku, hanya akan memikirkan yang terbaik, dia selalu sangat menyayangi Felicia, jika bukan karena dulu Felicia berpura-pura amnesia, agaknya dia tidak akan membiarkanku mengkhianati Felicia, sekarang, dia hanya ingin aku melunasi hutangku kepada Felicia.

Aku tersenyum pahit dan berkata: “Kakak Govy, tolong jangan memaksaku, demi aku Jessi telah mengorbankan banyak dibandingkan dengan mereka... ...”

“Tapi mereka hidup dengan baik, adikku terbaring tak berdaya di sini, antara hidup dan mati !” Govy marah dan berkata dengan suara rendah.

Seluruh tubuhnya memancarkan amarah yang kuat, membuat orang di sekitarnya tertekan, membuat orang-orang di dalam mobil ketakutan dan tidak berani keluar, mereka gemetaran dan bersembunyi di sudut , tidak berani untuk mengingatkan kami agar mengecilkan suara.

Aku mengerutkan kening, melirik felicia dan seperti balon udara yang mengempis, berkata: “Kakak Govy, maukah kamu membicarakan masalah ini nanti saja ? aku tidak ingin menganggu Felicia.”

Setelah mendengar ini, Govy akhirnya menjadi lebih tenang, aku merasa kesal dan menjambak rambutku sendiri, benar, aku telah berutang dua nyawa kepada Felicia, tapi, aku berutang kepada Jessi bukankah melebihi dua nyawa? Lagi pula, masalah cinta ini, bukan tentang siapa yang mengorbankan lebih banyak,dan siapa yang di cintai lebih banyak.

Aku melirik Govy yang dingin, tahu bahkan jika aku berbicara hal tersebut dengan batang kayu ini, aku takut batang kayu ini tidak akan mengerti. Memikirkan hal ini, dalam hatiku sangat depresi, kebetulan Nando meneleponku, aku berhenti memikirkannya dan mengangkat telepon.

Aku pikir Nando akan mengkhawatirkan kondisiku, jadi sekali aku mengangkat teleponnya,aku berkata: “Nando,aku tidak apa-apa, kamu bawalah orang-orang pergi dari Keluarga Su, dan mmeninggalkan medan perang untuk orang di atas saja.”

Nando dengan cepat berkata : “Kak Alwi, aku telah menemukannya !”

Aku terkejut dan bertanya : “Menemukan apa ?”

Nando berkata : “Jasad adik perempuanmu, aku telah menemukannya !”

Pada saat ini, aku langsung berdiri, membenturkan kepalaku ke mobil,dan tiba-tiba aku duduk lagi dan berkata : “Apakah yang kamu katakan benar ?”

“benar, aku juga tidak terpikirkan, aku benar-benar menemukan jasad adikmu di ruangan pembeku di Keluarga Su, Kamu... ...apakah ingin datang untuk melihat ?”

Mengingat senyuman adikku yang begitu polos, aku tiba-tiba menangis dan membisu, berkata: “Baiklah... ...tapi, aku harus menunggu sebentar lagi baru ke sana, kamu... ...jangan menyentuhnya .”

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu