Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 871 Kehangatan Selalu Begitu Singkat

Aku mengatakan bahwa Cecilia dan aku benar-benar berjodoh, tetapi dalam hatiku, aku tahu bahwa alasan mengapa dia bisa mengenaliku bukan karena jodoh, tetapi karena dia dilahirkan dengan mata yang tajam, dan darah kami berdua saling berhubungan.

Cecilia tidak bisa mengerti apa yang aku katakan, tetapi ia bermanja di pelukanku dan tertawa, aku merasa sangat bahagia, aku menatap Aiko, aku melihat matanya sedikit memerah, dia melihat ke arah lain dan melihat ke kejauhan.

Aku menatap Cecilia, menenangkan diriku dan berkata: "Ayah memiliki urusan yang harus di urus dan tidak bisa selalu bersamamu. Kamu harus patuh dan mendengarkan perkataan ibu, oke?"

Aiko memalingkan wajahnya dan menatapku dengan sedikit terkejut, Cecilia menatapku dengan bingung, setelah beberapa waktu ia baru berkata dengan manja: "Oke."

Aku tahu bahwa meskipun dia masih kecil, tetapi dia pasti tahu apa yang aku maksud, hatiku melunak dan aku berkata kepada Cecilia: "Ayah akan menemanimu bermain bola, apakah kamu mau?"

"Oke." Cecilia mendengar bahwa aku ingin bermain dengannya, dan dia tertawa dengan sangat senang.

Kemudian aku menurunkannya, tetapi dia tampaknya takut aku akan pergi, dia datang untuk memegang tanganku, ia memintaku untuk selalu bersamanya, aku tersenyum dengan tidak berdaya namun memanjakannya, aku membiarkannya menarikku dan berjalan ke depan, lalu kami mulai bermain, melihat ia yang belum begitu bisa menendang bola dengan kaki kecilnya, itu benar-benar membuat hatiku meleleh.

Aku bermain dengan Cecilia, karena dia sangat imut, jadi banyak orang tidak bisa menahan untuk tidak datang melihatnya sejenak, tentu saja, alasan utamanya adalah karena ada wanita cantik seperti Aiko di sini.

Aiko memperhatikan aku bermain dengan Cecilia dengan tenang, dan Sulistio yang emosional, matanya diam-diam sudah memerah, ia menyeka air matanya beberapa kali, yang lainnya juga memandang kami dengan ekspresi sedih, tetapi semua orang tidak berbicara.

Cecilia yang tidak tahu apa-apa, pada saat ini tertawa dengan bahagia, kadang-kadang bola bergulir jauh, dia segera bergegas ke pelukanku untuk bermanja, dan berteriak: "Ayah, gendong aku, ambil bola."

Aku menggendongnya, datang ke depan bola, menjentikkan ujung kakiku, dan langsung membuat bolanya melayang di depanku, kemudian aku menangkap bola itu dengan stabil dan memberikannya kepada Cecilia yang terlihat kagum padaku. Cecilia meletakkan bola di pelukannya seperti mendapat harta karun, dan ia berkata dengan manja: "Ayah, kamu hebat."

Aku menggosok hidungnya dengan ringan, aku melihat ke Aiko yang tidak jauh dan tidak tahu sedang memikirkan apa, aku berkata dari lubuk hatiku: "Tidak, ibu adalah yang terhebat. Dia harus membawamu sendirian, itu pasti sangat melelahkan, jadi kamu harus lebih patuh, oke, jika tidak ada apa-apa seringlah peluk ibumu, cium ibumu, oke? "

Aiko menatapku dengan saksama. Aku tidak menatapnya, tetapi menatap ke Cecilia, matanya cerah dan bundar seperti dipenuhi dengan bintang-bintang. Dia mengangguk dengan patuh, aku tersenyum padanya, mengusap-usap kepalanya, dan berkata: "Cecilia sangat pintar. Kamu adalah anak yang paling cerdas dari semua anak yang pernah aku lihat."

Cecilia dipuji olehku dan dia langsung tersenyum bahagia, aku berkata: "Sekarang, kamu turun dan pergi cari ibumu, peluk ibumu, dan katakan pada ibumu 'aku sayang ibu', oke?"

Cecilia berkata dengan manis: "Oke."

Kemudian aku menurunkan Cecilia, dia menyerahkan bolanya kepadaku, dan perlahan berjalan menuju Aiko, Aiko berjongkok, Cecilia berjalan mendekat dan memeluknya, ia berkata dengan manja: "Aku sayang ibu."

Aiko yang selalu sangat tenang, pada saat ini tiba-tiba menangis. Dia memeluk Cecilia di pelukannya dan meletakkan kepalanya di dahinya. Dia berkata dengan lembut: "Sayang, ibu juga menyayangimu."

"Ibu menangis." Cecilia sedikit cemas, tangannya yang gemuk kecil itu memegangi wajah Aiko, di sepasang matanya berlinang air mata, itu membuat orang merasa sangat sedih.

Aiko menyeka air matanya dan berkata sambil tersenyum: "Ibu tidak menangis, dan kamu juga jangan menangis."

Cecilia mengangguk dengan pintar, tetapi bagaimanapun dia adalah seorang anak kecil, jika air matanya sudah keluar, dia tidak akan bisa menariknya kembali, dan itu hanya bisa mengalir keluar, adegan itu membuat semua orang merasa sedih.

Pada saat ini, Sulistio menjawab panggilan telepon, kemudian dia mendatangiku dan berbisik: "Kak Alwi, kamu sudah harus pergi."

Tidak di sangka waktu yang indah terasa begitu singkat, aku menatap Cecilia dengan sedikit enggan dan berkata kepada Sulistio: "Jaga mereka dengan baik."

"Kak Alwi jangan khawatir." ujar Sulistio.

"Selain itu, Rudi telah terekspos di sini, jadi kamu harus memindahkannya ke tempat lain, dan kamu harus berhati-hati dengan orang di belakang layar organisasi, mereka pasti akan datang untuk memburu Rudi." Aku berbisik padanya.

Sulistio mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mengerti. Aku mendongak dan melihat wajahnya yang penuh dengan ketidakrelaan. Aku menepuk-nepuk pundaknya, tersenyum padanya, kemudian menatap Dony Yun dan yang lainnya, mereka semua juga menatapku, ada ribuan kata yang tersembunyi di mata setiap orang, tetapi tidak ada yang mengatakannya, tetapi bahkan jika mereka tidak mengatakannya, aku juga bisa mengerti.

Karena kami adalah saudara baik.

Perlahan aku mendatangi Cecilia, dia menatapku dan berkata sambil tersenyum: "Ayah, pulang."

Aku tahu, dia ingin aku pulang bersamanya, dan aku berkata dengan memanjakannya: "Anak yang baik, ayah tidak bisa pulang bersamamu."

"Kenapa?" ​​Mulut Cecilia langsung cemberut, dia merasa sedih dan ingin menangis.

Aku bergegas berkata: "Tuan putri kecilku, ayah adalah pahlawan negara, dan aku harus melindungi masyarakat di Huaxia kita ini, melindungi jutaan saudara dan saudari kecil yang sama cantiknya denganmu. Hanya dengan begitu, kamu akan memiliki banyak teman kecil untuk menemanimu kelak, dengan begitu kamu baru akan bahagia, jadi maafkan ayah sekali, oke? "

Cecilia memiringkan kepalanya, sepertinya ia sedang memikirkan pekataanku. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan gembira: "Ayah, adalah pahlawan!"

Aku tersenyum dan berkata: "Iya, Ayah adalah pahlawan, jadi Ayah sangat sibuk."

"Oh, begitu." Cecilia berkata dengan patuh.

Aku mencubit wajah mungilnya yang imut dan berkata: "Ayah harus pergi keluar untuk waktu yang lama, bisakah Cecilia berjanji pada ayah, kamu akan merawat ibumu dengan baik?"

Cecilia mengangguk, ia memalingkan wajahnya untuk melihat Aiko, kemudian memeluk lehernya dan berkata dengan manis: "Aku suka ibu, dan aku akan menemani ibu."

Dia benar-benar anak yang pintar dan membuat orang sangat menyayanginya.

Aku merasa mataku sudah mau basah, aku tidak berani tinggal di sini lebih lama lagi, aku takut Aiko akan menyadari sesuatu yang berbeda, jadi aku hanya mengangguk, aku menatap Aiko, ia mengangguk dan berterima kasih kepadaku, aku berbalik dan melangkah pergi dengan cepat seperti meteor.

Aku langsung berjalan ke tempat yang terpencil, aku menyeka mataku, dalam benakku aku memutar ulang wajah Cecilia yang imut, hatiku terasa sangat lembut, tetapi aku tidak dapat mengingini kegembiraan surga saat ini karena aku masih ada yang harus dilakukan.

Aku naik mobil dan datang ke pelabuhan Hangzhou, aku berjalan sendiri di lumpur dekat pelabuhan, aku berguling-guling di sana sejanak, kemudian menyayat diri dengan pisau, lalu berjalan menuju pelabuhan.

Pada saat ini, perkalahian di pelabuhan sudah sangat heboh. Beberapa orang berteriak kesakitan, ada beberapa yang jatuh dan tidak mengeluarkan suara, di sana penuh dengan asap, aku tahu bahwa ada orang yang telah menggunakan bom. Kali ini kami datang, Armour Zhong sangat berhati-hati dan ia juga membawa banyak granat, itu memang untuk berjaga-jaga agar kejadian terakhir tidak terjadi.

Sayangnya Armour Zhong tidak tahu bahwa pihak lawan tahu segalanya tentang keadaan kami, bahkan berapa banyak granat yang kami bawa mereka mengetahuinya dengan jelas, jadi dalam pertempuran kali ini, mereka tetap kalah tanpa harus di ragukan.

Ketika aku bergegas ke dermaga, Armour Zhong sudah terluka parah dan diborgol oleh orang. Ada banyak yang mati dan cedera di tempat kejadian. Dari 100 orang kami, hanya tersisa belasan orang.

Aku melihat Denis Chen sedang merokok dan menatap Armour Zhong dengan ekspresi sombong. Dia sepertinya sangat membenci wajah Armour Zhong, dan ia memukulnya beberapa kali sampai wajahnya menjadi seperti kepala babi, Yota berdiri di samping Denis Chen, ia mengatakan sesuatu dengan bangga. Ia mungkin mengatakan kepada Armour Zhong tentang hal aku telah ditangkap oleh orang.

Aku diam-diam berjalan ke sana, tiba-tiba di depan ada seseorang yang bergerak, aku tahu itu adalah penembak jitu yang sedang mengintai. Setelah aku ke sana, aku membuatnya pingsan hanya dengan sedikit usaha, kemudian aku mengganti pakaianku menjadi seragam militer, mengenakan topi, dan membawa senapan sniper perlahan berjalan menuju dermaga.

Pada saat ini, banyak tentara di dermaga sedang sibuk membawa orang-orang yang terluka, dan membersihkan medan perang, ditambah asap yang belum hilang, dan cahaya bulan yang redup, orang-orang ini tidak akan pernah melihat seperti apa wajah rekan mereka yang mengenakan seragam militer.

Dengan begitu aku berjalan perlahan-lahan mendekati Yota, kemudian aku mendengar Yota berkata dengan serius: "Armour Zhong, apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku seorang pemimpin pertama sebuah kota di Huaxia akan tergerak karena sedikit uangmu itu? Aku beritahu padamu, aku cinta tanah airku, aku tidak akan pernah mengkhianatinya! Kamu terlalu meremehkanku! "

Ketika aku mendengar ini, aku benar-benar mengagumi Yota yang tidak tahu malu ini.

Armour Zhong menatap Yota dengan kesal, tetapi dia segera menunjukkan ekspresi terkejut, karena dia melihatku, dan tatapannya menarik perhatian Denis Chen yang biasanya sangat sensitif. Aku tahu aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, aku langsung melangkah ke belakang Yota, dan membuang senapan sniperku, aku menggunakan pistolku untuk mengarahkannya ke tenggorokan Yota. Aku berkata dengan dingin: "Jika tidak ingin kepala pria pemimpin pertama ini pindah rumah, maka lepaskan pistol kalian semua."

Ketika Denis Chen melihatku, terlihat kebencian di matanya dan hampir memadat menjadi amarah, ia seperti ingin menelanku.

Aku menatap Denis Chen dengan tatapan dingin, meskipun dia sudah tahu sejak awal bahwa aku akan datang, tetapi dia mungkin tidak menyangka bahwa aku akan muncul dengan cara ini, bahkan dia pun tidak menyadari keberadaanku, ini merupakan sebuah penghinaan untuknya.

Denis Chen berkata:"Ternyata kamu!"

Aku mengangguk dan berkata: "Denis Chen, kita bertemu lagi. Waktu itu, bagaimana kamu meninggalkan tiga lubang di tubuhku, aku sangat ingat jelas akan itu."

Denis Chen tampak muram dan berkata: "Lepaskan Yota, kalau tidak aku akan membuatmu menderita."

Aku tersenyum dan berkata: "Benar-benar sombong. Kenapa? Apakah kamu pikir aku akan mendengarkanmu? Baiklah, mari kita coba, aku ingin melihat jika Yota mati di tanganku, apa yang akan dilakukan orang-orang atasan kepadamu. "

Kemudian, aku menunjukan seperti ingin menarik pelatuknya. Wajah Denis Chen benar-benar menjadi gelap, dan dia berkata dengan dingin: "Berhenti!"

Aku berkata dengan ringan: "Ingin aku berhenti, oke, lepaskan tuan muda dan saudara-saudara kami, dan pergi dari sini."

Denis Chen mengertakkan gigi dan berkata: "Kamu berpikir terlalu indah!"

Aku mencibir dan berkata: "Baiklah kalau begitu, kita akan mati bersama."

Yota ketakutan dan berteriak dengan suara keras: "Tidak! Tidak!"

Pada saat ini, bahkan jika dia tahu bahwa aku hanya berakting, tetapi dia telah mengalami keganasanku sejak lama, jadi bahkan jika dia tahu bahwa aku tidak akan menyakitinya, tetapi dia juga masih merasa sangat takut.

Denis Chen berkata: "Apa yang kamu ingin kami lakukan?"

Aku berkata dengan ringan: "Kalian tinggalkan dermaga 10.000 meter."

Mendengar ini, Denis Chen sangat marah, dia berpikir di sana dengan wajah muram, dan aku bertanya kepada Armour Zhong apakah dia baik-baik saja. Dia menggelengkan kepalanya, tetapi dari tatapan matanya yang menderita bisa dilihat bahwa dia tidak baik sama sekali, dia sekarang mungkin merasa sakit setengah mati, dan belasan saudara yang masih hidup pada saat ini menatapku dengan ekspresi yang penuh dengan harapan, seolah-olah aku adalah harapan mereka, aku adalah dewa pelindung mereka.

Aku berkata dengan muram: "Selain itu, cepat lepaskan borgol di tangan orang-orang kami."

Denis Chen bertanya dengan wajah muram: "Apakah kamu tidak takut aku akan menyuruh orang-orangku untuk menembak mati semua rekanmu ini?"

Aku tersenyum dingin dan berkata: "Kamu boleh mencobanya, aku ingin melihat, di matamu, apakah kamu lebih mementingkan penghargaan misimu, atau kamu lebih mementingkan pilar negara."

Ketika aku mengatakan ini, nada suaraku penuh dengan sindiran, Yota hampir dibuat sangat marah olehku, dan setelah Denis Chen merenung beberapa saat, ia terpaksa berkata dengan enggan: "Baiklah, kami akan pergi, aku akan memberikan kunci borgol padamu, kamu lepaskan mereka sendiri. "

"Setuju" ujarku, aku melihat ke semak-semak, dan berkata: "Seorang penembak jitu kalian dibuat pingsan olehku, ingatlah untuk membawanya pergi."

Denis Chen menatapku dengan kesal, ia melemparkan kunci ke tanah, dan berkata: "Mundur!"

Orang-orangnya mulai mundur perlahan-lahan. Setelah mereka semua mundur, Armour Zhong menatap Yota seperti seekor serigala ganas, dan berkata: "Alwi, bunuh dia!"

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu