Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 596 Muncul Lagi Sepasang Pedang Ganda

Aku berkata bahwa Nody pasti akan menang, yang lainnya pun juga menyetujui pernyataanku dan juga ikut mengangguk kepala mereka. Asalkan kalian tahu, Nody barusan tidak mengerahkan seluruh kekuatannya. Dalam situasi ini, Widya bahkan tidak dapat mengalahkannya. Sekarang dia sudah marah. Dia pun akan mengeluarkan seluruh tenaganya, sehingga Widya juga hanya bisa menerima bagian yang dianiaya ini.

Nody menghadap untuk menyerang Widya. Kecepatannya terlihat jelas lebih cepat banyak dibandingkan yang sebelumnya. Jalan seni bela dirinya sangat membingungkan dan tidak ada gerakan yang terbatas, juga karena demikian membuat orang semakin sukar untuk memahaminya. Kamu selamanya tidak akan tahu apa yang akan dilakukannya pada langkah yang berikutnya. Menghadapinya juga merupakan kemungkinanku yang saat ini untuk tidak menjadikan dia sebagai musuhku.”

Widya telah dipukul berkali-kali dan tidak berkata apa-apa. Bahkan anak buahnya yang ahli itu juga menunjukkan raut terkejut mereka. Satu per satu dari mereka raut mereka berubah ketika menghadap ke arahku. Kemungkinan mereka sebelumnya menganggap kita ini sebagai orang baru yang berkumpul disini. Sekarang mereka pun baru begitu terkejut.

Widya pun sudah dalam kecenderungan merosot. Waktu pun sudah tidak dapat diputar kembali, tetapi Nody tampaknya memutuskan diri untuk tidak membiarkan Widya dengan mudah lolos darinya. Saat dia terus memukulnya, dia pun menunjukkan ketrampilan yang disimpankannya, sehingga mengatakan kepadanya bahwa dia memiliki kesempatan untuk bangkit kembali.

Langkah Nody yang satu ini membuat Widya bingung dan jengkel, tetapi juga pasrah. Orang-orang kami yang berada disini pun tertawa. Tawa mereka yang mengejek membuat Widya semakin malu. Aku bertanya kepada Samuel yang berdiri disebelahku, “Nody dibandingkan dengan kalian, siapa yang akan lebih ahli?”

Matanya Samuel terlihat menghargainya dan berkata, “Dia yang lebih ahli. Jika dia dimasukkan ke dalam tim pasukan khusus, kemungkinan dia akan berada dalam tingkat Raja Perang kelas dua. Jangankan dikatakan dengan pasukan kami, bahkan pasukan pihak lain pun juga tidak memiliki beberapa orang yang cocok menjadi lawannya.”

Ketika mendengarkannya, aku pun merasa sedikit terkejut dan bertanya, “Aku tahu mengenai Raja Perang, tetapi apa itu Raja Perang kelas dua? Apakah itu berarti bahwa Raja Perang juga dibagi ke dalam tingkatan yang berbeda?"

Samuel pun menjelaskan, “Bukankah pasukan khusus telah dibagi menjadi tiga tingkatan? Raja Perang juga demikian. Pasukan khusus yang kamu pernah masuk sebelumnya itu, jika dibandingkan dengan pasukan Raja Perang, maka itu bukanlah apa-apa.”

“Bagaimana mungkin? Bukankah dibilang bahwa Pasukan Rajawali yang merupakan pasukan yang disembunyikan oleh negara itu adalah pasukan khusus yang hebat?” Aku mengerutkan alisku dan berkata, “Bagaimana bisa tiba-tiba muncul Pasukan Raja Perang?”

Samuel mengangkat alisnya dan balik bertanya, “Kamu tidak tahu?”

Aku menggelengkan kepalaku dan dia berkata, “Kamu tidak mengetahuinya juga sangat wajar. Tampaknya nyonya besar Jessi adalah orang unggul yang cocok menjadi prajurit. Dia bahkan tidak mengungkat-ungkat mengenai rahasia ini kepadamu.”

Melihat Samuel yang serius, aku pun dengan penasaran bertanya, “Hah, kamu sedang memujinya, atau sedang menyindirnya?”

Samuel dengan tulus berkata, “Bawahan ini mana berani menyindir calon istrimu, bukan?”

Aku sangat suka mendengar perkataan ini.

Aku tersenyum dan berkata, “Ini kurang lebih sama. Oh iya, kamu lanjutkan perkataanmu itu kepadaku, apa maksud dari Pasukan Raja Perang yang kamu katakan itu?”

Samuel memberitahuku bahwa setiap angkatan raja yang berhasil meraih juara dalam kompetisi pasukan khusus akan memasuki Pasukan Raja Perang yang misterius itu. Dan Pasukan Raja Perang dibagi menjadi empat kelompok kecil, yaitu kelompok Seiryu, kelompok Byakko, kelompok Suzaku dan juga kelompok Genbu. Empat kelompok ini barulah merupakan pasukan kekuatan Huaxia yang sebenarnya. Empat kelompok pasukan ini disebut sebagai ‘Pasukan Raja Perang’, dimana mereka secara langsung menerima yurisdiksi dan kontrol dari atasan yang paling atas sana, sama seperti para penjaga kerajaan kuno milik raja tersebut.

Keamanan para atasan sana dan juga Zhongnanhai, yang berada dalam legenda, telah dilindungi oleh anggota pasukan ini.

Aku mengangguk kepalaku dan berkata, “Jadi juga bisa dikatakan bahwa Hensen Hu sama sekali tidak mengerahkan ataupun memberikan perintah kepada orang-orang ini, kah?”

Samuel mengangguk kepalanya. Aku pun merenung sejenak dan berkata, "Tetapi Jessi dan kak Govy tidak berada di dalam Pasukan Raja Perang itu. Mungkinkah kekuatan mereka tidak cukup untuk membuat mereka masuk kesana?"

Samuel menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak, kamu salah. Nyonya besar Jessi malah merupakan orang yang berada di dalamnya. Selain itu, dalam empat kelompok tersebut, dia adalah anggota kelompok terkuat, yaitu kelompok Seiryu, dimana merupakan Raja Perang tingkat satu. Kekuatannya bahkan lebih bagus dibanding Nody. Demi kamu, nyonya besar Jessi telah melakukan pelanggaran dan juga telah kehilangan hak untuk tinggal disana. Terus-terang saja, dia telah diusir keluar. Kalau tidak, kamu juga tidak akan memiliki kesempatan untuk bermesraan dengannya di Beijing.”

“Mengenai tuan muda Govy, tingkatnya kemungkinan adalah Raja Perang dengan tingkat tinggi, tapi dia tidak bersedia pergi kesana. Para atasan pun juga tidak memaksanya. Lagi pula, dia menetap disini juga dapat melatih pasukan yang kuat. Ini juga termasuk hal yang bagus. Namun, dia melepaskan posisi dan tidak menjadi Raja Perang, melainkan kabur menjadi ketua dalam medan perang. Ini juga hanyalah Govy, orang yang tidak mencintai ketenaran, yang dapat melakukannya.”

Ketika mendengarkan perkataannya Samuel, aku merasa tidak enak dengan Jessi dan pada waktu bersamaan juga mengagumi Govy. Aku dengan penasaran, sekilas melihat Samuel dan menanyakannya bagaimana dia bisa mengetahuinya. Kimi pernah mengatakan bahwa sekelompok orang-orang mereka ini adalah orang-orang yang dibesarkan langsung oleh bosnya. Mungkinkah si bos itu yang memberitahu dia? Rahasia yang tidak boleh diberitahu ini, pastinya bukan sembarangan pasukan khusus yang dapat mengetahuinya. Bisa juga dikatakan bahwa bosnya Kimi itu, seharusnya merupakan tokoh yang sama hebatnya.

Samuel pun tidak menjawab pertanyaanku dan hanya tersenyum dengan misterius. Aku tahu bahwa dia merasa tidak nyaman untuk mengungkapkannya. Aku pun tidak lagi melanjutkan pertanyaanku.

Pada saat ini, Nody akhirnya menyelesaikan ‘penyiksaannya’ terhadap Widya. Dia dengan satu kaki menendang Widya keluar dari lapangan latihan tersebut. Tanpa merasa kasihan terhadap wanita ini, si pria kasar itu dengan cepat berlari kesana dan menyangga Widya. Setelah dia bangkit berdiri, dia dengan sedikit marah mendorong pergi pria kasar itu dan dengan keadaan susah memandang Nody. Setelah dia tersadar sejenak, dia baru menunjukkan senyumannya, hanya saja ini merupakan senyuman paksaan dan berkata, “Kamu menang.”

Saat dia mengatakannya, terasa bahwa matanya sedang menyerah. Aku pun berpikir dalam benakku apakah gadis ini kemungkinan telah jatuh cinta kepada Nody? Tidak, perasaannya terhadap Nichkhun Yang begitu dalam, bagaimana mungkin perasaannya bisa seketika berpindah, bukan? Delapan puluh persen telah mencintai kekuatannya Nody dan ingin mengecoh Nody untuk mengikutinya, makanya dia menggunakan kecantikannya itu.

Di belakang, Monica dengan amarah mengutuk “perempuan jalang”. Nody pun membuang pisau yang direbutnya dari dalam tangannya Widya ke lantai, membalikkan tubuhnya dan meloncat turun dari lingkaran bela diri tersebut. Dia perlahan-lahan berjalan kemari ke arahku. Kami berdua pun merayakannya dengan saling memberi tos tangan. Aku membiarkannya dengan cepat dibalut lukanya. Monica pun membawa kemari perban yang sudah dipersiapkannya dari awal. Aku pun merasa tenang dengan adanya dia yang menjaga Nody.

Aku memandang ke Widya dan berkata, “Widya, apakah ini termasuk kamu sudah kalah dalam babak pertama, atau tidak?”

Widya tersenyum dengan dingin dan berkata, “Kalah dalam babak pertama? Apakah kamu mengira aku tidak tahu bahwa kamu sengaja mencari orang yang paling hebat di dalammu untuk bertarung denganku, supaya menakuti orang-orang di sisi kami ini agar semangat juang kami mereda, bukan?”

Aku pun berpikir dalam benakku bahwa ternyata dia berpikir aku adalah orang yang seperti itu. Hanya sayangnya, aku sama sekali tidak berpikir menghadap kesitu. Widya dengan hina memainkan rambutnya yang halus itu, tersenyum dan berkata, “Perhitunganmu lumayan juga. Kamu melakukan demikian hanya akan membuat orang-orangku menyadari bahwa tingkat orang-orang kalian ini hanya begini saja.”

Aku berpura-pura menjadi khawatir dan berkata, “Aku tidak menyangka kamu begitu pintar. Tampaknya aku masih terlalu lengah.”

Ketika melihatku yang penuh dengan kecemasan, Widya pun dengan bangga dan kejam tersenyum. Aku pun dalam hati mengutuk, “dasar bodoh”. Dia pun membiarkan seorang keluar untuk bertarung, lalu bertanya kepadaku untuk membiarkan siapa keluar. Aku sekilas melihat Samuel dan dia memilih seorang anak buahnya. Anak buah ini melepaskan bom dari tubuhnya dan dengan cepat tiba di atas lingkaran bela. Mereka pun saling menunjukkan pertarungan yang bagus, dan akhirnya orangku dengan terkejut memenangkan babak ini.

Bahkan sudah memenangkan dua pertandingan, tapi Widya malah tidak merasa sedikit gugup. Melainkan, dia tersenyum. Senyuman itu semakin lama semakin lebar, dimana memberikan sebuah perasaan orang yang licik.

Samuel mendekatiku dan berbisik, “Apa yang sebenarnya disenyumkannya? Apakah dia berpura-pura terlihat bahagia?”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Dia memilih orang terlemah untuk datang bersaing. Dia mengira bahwa kamu memilih orang terkuat dan berpikir dalam hati menggunakan strategi menerima satu kekalahan dengan menjaminkan dua kemenangan. Pemainnya semakin ke belakang, semakin kuat dan pemainku semakin ke belakang, semakin lemah. Maka pada saat itu tiba, dia akan menang."

Setelah selesai mengatakannya, aku tidak dapat menahan diriku untuk tersenyum dan berkata, “Dia sudah salah memperhitungkannya.”

Samuel dengan serius berkata, “Dia tidak salah memperhitungkannya, aku beneran melakukan demikian.”

Rokok yang barusan kumasuko ke dalam mulutku, seketika jatuh ke lantai. Aku tertegun dan menatap ke Samuel. Wajahnya yang serius itu tiba-tiba menunjukkan senyuman dan berkata, “Aku membohongimu.”

Sial! Lelucon ini sama sekali tidak lucu.

Pada saat ini, Widya memanggil orang kedua keluar. Dia tersenyum ke arahku. Aku pun berpikir bukan hanya dia yang bisa tersenyum, tapi aku juga bisa tersenyum. Makanya aku dengan putus asa terkikih. Tidak lama kemudian, dia sekilas dengan marah membuang mukanya dan tidak ingin melihatku lagi.

Aku pun menaruh fokusku pada orang-orangnya Widya.

Perlombaannya masih berjalan dengan tertib. Kadang-kadang kita menang di sisi sini dan kadang-kadang sisi mereka yang menang. Ternyata ini merupakan situasi pertarungan yang setara. Dapat dilihat bahwa Widya bukanlah gadis yang bodoh dan dia dengan segera dapat menyadari kesalahannya. Makanya dia juga mulai menyesuaikan rencananya sendiri. Pada saat ini, wajahnya semakin dilihat, menjadi semakin jelek.

Hatiku malah terdapat sebuah kegembiraan yang luar biasa. Asalkan kalian tahu, ini adalah pertama kalinya aku dapat melihat Samuel mereka orang turun tangan. Aku tidak menyangka bahwa mereka begitu hebat. Bahkan di depan para ahli tersebut, pukulan mereka juga tidak terlihat lengah sedikit pun. Aku pun berpikir bahwa sejak awal, ini adalah sebuah keputusan yang bijaksana untuk memanggil mereka ke sisiku. Dan jika aku benar-benar bisa mendapatkan semua anak buahnya Widya, maka kali ini aku benar-benar telah mendapatkan keuntungan yang besar.

Kedua pasukan dari pihak tersebut dengan cepat telah selesai. Yang menariknya adalah bahwa kami pun saling seri. Namun, kualitas pemain di kedua sisi pun tidak buruk. Mereka tidak melakukan gerakan yang buruk dan tidak menderita cedera yang serius. Dapat dilihat bahwa melalui pertandingan ini, pasukannya Widya pun juga memiliki pandangan yang baik mengenai kita.

Aku dengan lembut berkata, “Seri ya. Tampaknya ada perhitungan seseorang yang salah.”

Widya tersenyum dengan dingin dan berkata, “Bukankah kamu juga sama?”

Pada saat ini, si pria kasar yang berada di belakangnya maju selangkah kedepan dan berkata, “Kak Widya, aku masih belum bertarung dengan mereka.”

Widya pun tersenyum secara paksa dan berkata, "Kamu? Aku takut jika kamu keluar untuk bertarung, kamu akan menghajar habis pihak lainnya."

Si pria kasar itu terbahak-bahak dan berkata, “Jika tuan Alwi bijak dan menyerah, aku tentu saja tidak akan keluar untuk bertarung.”

Aku pun terbahak-bahak. Kemungkinan karena tawaku yang tidak terkendalikan itu, Widya dengan marah bertanya, “Apa yang kamu tertawakan?”

Aku berkata, "Aku menertawakan kalian yang hanya bermulut besar saja. Bukankah sebelumnya ada seseorang yang mengatakan bahwa dia akan mempermainkan kami hingga mati? Mengapa kita tidak dimain hingga mati? Sekarang pun sedang menggunakan kata-kata ini untuk menakut-nakuti aku. Apakah kalian beneran mengira bahwa aku telah dibuat takut, hah? "

“Cari mati!” kata si pria kasar itu sambil menggertakan giginya. Dia perlahan-lahan berjalan maju selangkah dan dengan dingin berkata, “Biarkan orangmu keluar untuk bertarung.”

Aiko yang telah berdiri dengan tenang disana, perlahan-lahan bergerak beberapa langkah kedepan. Pada saat ini, embusan angin meniupkan roknya menjadi riak-riak. Dia tampak seperti sebuah kuncup bunga lotus yang akan mekar.

Si pria kasar itu menjilat lidahnya dan terbahak-bahak sambil berkata, “Tampaknya keberuntunganku lumayan juga. Aku bahkan bisa bertarung dengan wanita cantik ini.”

Aiko menurunkan tas hitam panjang yang berada di belakangnya dan membuka ikatan tas tersebut. Tas itu tergelincir keluar dan memperlihatkan sepasang pedang ganda yang berada di dalamnya. Ketika melihat pedang ganda ini, aku teringat dengan satu bagian dimana dia telah ditikam mengenai tulang belikatnya. Kenangan yang menyedihkan ini membuat pandanganku menjadi muram.

Aiko mengambil pedang ganda ini dan berkata dengan lembut, “Kamu adalah Kobra yang berada di peringkat tengah, bukan?”

Kobra? Apa ini? Apakah sebuah panggilan yang sama seperti Fuiz?

Si pria itu dengan sedikit terkejut memandang Aiko, lalu menatap ke pedang ganda itu. Dia pun menelan air liurnya dan berkata, “Kamu adalah si siluman rubah itu?”

Aiko dengan lembut berkata, “Mohon bimbingannya.”

Dia mengatakannya dan berjalan menuju ke lingkaran bela diri. Si pria kasar itu berdiri disana, tetapi kepalanya malah penuh dengan keringat dingin. Tampaknya dia benar-benar sangat ketakutan.

Aku melihat Aiko dengan sepasang pedang itu. Aku pun teringat pada gaya yang sembrononya untuk menyelamatkanku. Aku sangat ingin bertanya kepadanya, bagaimana dia pada saat ini dapat mengambil sepasang pedang yang tidak dapat dipegangnya lagi?

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu