Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 351 Peran Aiko

Jika Gerald besok meninggal, dengan begitu aku yang memiliki kelemahan di tangannya, dan berita aku membunuhnya mungkin akan tersebar keseluruh Huaxia, Anj*r sialan ini bukan main-main! Jika bukan karena hari ini aku mengantar Faye, aku pikir berapa lama organisasi di belakang itu berpura-pura menjadi orangku, dan berapa banyak wanita tidak bersalah dicelakai oleh organisasi ‘Meteor Cinta’?

Terkait aku adalah orang legal dari organisasi Meteor Cinta, aku sedikitpun tidak terkejut sama sekali, karena Salim bisa menulis namaku di dokumen yang ditandatangani, jika begitu, orang legal ini juga pasti bisa mencari orang yang meniru goresan tanda tanganku dan menstempel capku. Tentu saja, aku bisa mengatakan di dokumen itu tidak ada sidik jariku disitu. Tapi aku takut begitu ditangkap, sama sekali tidak ada kesempatan untuk menjelaskan.

Aku yang sedang memikirkan ini, tiba-tiba Dony meneleponku, nada bicara dia sedikit gelisah dan berkata: “Alwi, Aiko menghilang.”

Aiko menghilang? hatiku kacau dan bertanya: “Kenapa bisa hilang?”

Dony berkata: “Aku juga baru menyadarinya, karena kamarnya terus memutar lagu, aku mengira dia terus berada dikamar, sampai suatu ketika aku ada keperluan mengetuk pintunya, karena tidak kunjung mendapat jawaban, aku baru sadar dia sama sekali tidak ada dikamar.”

Untuk sesaat hatiku gegabah. Luka dikaki Aiko masih belum sembuh, kemana dia pergi? dan, kenapa dia keluar tidak memberitahu aku?

Tidak tahu apakah karena hari ini terjadi terlalu banyak hal, hingga membuatku sangat sensitif, aku merasa kepergian Aiko tidak segampang itu. Aku segera menelepon Aiko, dan Hp-nya tidak aktif. Jika bukan karena masalah penting, Aiko tidak mungkin mematikan telepon.

Aku yang baru saja meletakkan Hp. Hp-ku berdering lagi, aku menekan tombol jawab, ternyata telepon dari Mondy, dia memberitahuku sebuah alamat, mengatakan mereka sedang menuju kesana, lalu menyuruhku segera kesana.

Setelah telepon dimatikan, aku menginjak gas dengan kencang, sekitar 20 menit berlalu, mobil baru sampai di tempat Mondy. Tempat ini memiliki nama yang sangat elegan, seperti nama tempat dalam novel seni bela diri kuno, yang disebut 'Heavenly Spring Mountain Villa'. Heavenly Spring Mountain Villa adalah tempat sumber air panas alami, tanpa di duga Gerald berada disini.

Begitu aku turun dari mobil aku segera menelepon Mondy. Dia memberitahuku mereka sudah masuk kedalam, bahkan mengatakan mereka menemukan beberapa jasad, aku segera bertanya apakah ada jasad Gerald, dia mengtakan tidak ada, lalu memberitahuku dia berada dimana, lalu menyuruhku segera berkumpul dengannya.

Saat ini tidak ada seorang penjagapun di Heavenly Spring Mountain Villa, tidak perlu dipikirkan juga tahu ada orang yang sengaja melakukannya, untuk memudahkan si pembunuh masuk dan membunuh Gerald, tetapi itu juga memudahkan orang-orang kita untuk masuk.

Aku mengeluarkan pistol dan memegangnya ditangan, menarik pelatuk, mengisi peluru, kemudian berjalan menuju tempat di mana Mondy pergi, lima menit kemudian, aku melihat Mondy berdiri di sana, lalu aku menghampirinya dan dia berkata: “Beberapa penembak jitu sudah pergi ketempat Gerald, tapi melihat dari ekspresinya, aku merasa kesempatan dia untuk hidup sangat kecil."

Aku menggeleng dan berkata: “Gerald adalah orang keluarga Su, Jessi pernah mengatakan dia adalah tentara pasukan khusus, dia pasti memiliki kemampuan untuk melawan, jika tidak tidak mungkin pengawal dan rombongannya sudah mati, tapi dia masih hidup.”

Aku sambil mengatakannya sambil bertanya: “Dimana hp Gerald? bukankah aku menyuruh Chick melacaknya?”

Mondy menjawab: “Setelah Chick memastikan keberadaannya disini, signalnya dimatikan secara paksa. Seharusnya hp-nya dimatikan, karena ini juga aku merasa dia kemungkinan sudah mati, jika tidak tidak mungkin begitu bodoh sampai mematikan telepon sendiri.”

Mondy yang berkata begitu, untuk sesaat hatiku hancur, aku menarik nafas dalam-dalam dan berkata: “Cari di sekeliling. Berpencar mencarinya, tetap setiap saat menjaga komunikasi.”

Mondy mengangguk dan memberitahuku ke arah mana penembak jitu itu pergi, lalu aku memilih arah lain dan berlari ke arah itu. Arah ini mengarah ke hutan, aku berjalan di hutan, suara hutan bergema di telingaku, suara daun melangkah dihancurkan di bawah kakiku, bulan berkabut mengelilingi langit, sekeliling dikelilingi oleh sekelompok lampu merah, itu terlihat ‘Senyap’, mungkin besok akan hujan.

Aku terus berjalan, aku mencium aroma darah segar yang samar-samar, karena hidungku sangat sensitif, aku sangat yakin indera penciumanku tidak salah. Aku segera menambah kecepatan lari, pada saat yang sama aku melihat sekeliling dengan gugup, takut dibunuh oleh seseorang yang bersembunyi di hutan secara tidak sengaja.

Dengan cepat, aku mendengar suara pukulan. Kakiku tiba-tiba menginjak sesuatu, aku menundukkan kepala melihatnya ternyata sebuah pistol hitam, aku mengambil pistol itu, dan melihat ke arah mata air panas di hutan, aku melihat rumput di sebelah mata air panas. Ada dua orang berkelahi.

Dibawah cahaya rembulan, kedua sosok ini saling bergulat, aku melihat lebih teliti, salah satu tokoh kuat bukanlah orang lain, melainkan Gerald, dan orang yang berkelahi dengannya adalah pria yang tampak kurus, pria itu memakai topeng hantu dan baju olahraga hitam, gerakannya cepat dan kuat, dia tampak teelatih.

Tapi, kekuatan Gerald juga tidak tampak lemah, dari teknik dan kekuatan tinju, dia seharusnya tidak pernah kalah selama beberapa tahun ini, tentu saja, jika bukan karena pria ini cukup hebat, pembunuh ini juga tidak mungkin menembak hingga amunisinya habis, bahkan dia masih belum membunuhnya.

Singkat cerita. Gerald tidak dalam kesulitan besar, ini hanya berkah sial. Aku yang sambil memikirkannya, sambil mengeluarkan pistol membidik si pembunuh, pembunuh sangat hebat, disaat aku menembak, dia bisa merasakannya, tiba-tiba dia menjatuhkan diri ke tanah dan berguling ditanah, dengan cepat menghindari peluru, kemudian aku dengan tenang melepaskan beberapa tembakan lagi, meskipun kecepatannya cepat, tapi dia tidak bisa lebih cepat dari peluru. Satu kaki dan satu lengan terluka pada saat bersamaan, dan seluruh tubuhnya terbaring di sana.

Gerald bertanya dengan gugup: “Siapa?”

Aku berjalan keluar dari rumput dan berkata: “Tuan Gerald, aku datang terlambat.”

Gerald mengerutkan kening melihat aku datang dan berkata: “Kenapa kamu bisa datang kemari?”

Melihat dari tampangnya, apakah dia berpikir aku pengagas dari semua ini? Dari tampangnya, tampaknya masalah ‘Aku’sudah dilaporkan, dan dia benar-benar menganggap orang-orang ini sebagai orang yang aku kirim untuk membunuhnya.

Aku berpikir tanpa daya, apakah karakterku begitu buruk? Aku berkata:“Kejadian hari ini terlalu rumit, aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu, dan sekarang yang paling penting adalah bukan mengatakan hal ini, melainkan melihat siapa yang ingin membunuhmu, mungkin kamu bisa mengerti kejadian hari ini tindakan siapa.”

Aku berjalan menuju si pembunuh, si pembunuh itu terbaring di tanah pada saat ini, seolah-olah karena lengan dan kakinya terluka, dia tidak mempunyai kekuatan untuk bangun, aku berjalan mendekat dan ketika ingin melepas topengnya, dia tiba-tiba bangkit, tangannya memegang penjepit rambut dan langsung menikamku.

Aku melangkah mundur dengan cepat, mencengkram pergelangan tangannya dengan satu tangan, Ketika aku melihat penjepit rambut itu, hatiku tiba-tiba bergetar.

Penjepit ini berwarna perak dengan bunga prem merah muda, penjepit ini sama dengan penjepit yang aku berikan kepada Aiko.

Ketika aku sedang terbengong, pembunuh ini tiba-tiba memisahkan diri dariku, dan menodong leherku dengan penjepit rambut, aku menutupi leherku dengan tanganku, penjepit itu menusuk tanganku, aku menundukkan kepala ke bawah dan terukir kata‘rubah’diatasnya.

Melihat kata ini, hatiku ketakutan. Alasan kenapa aku tidak bersembunyi, tetapi memilih untuk ditodong, agar bisa melihat apakah ada ukiran nama di penjepit ini, jika ada, maka sudah pasti dia adalah Aiko. Aku berteriak keras, menghantam wajah si pembunuh dengan kuat, dia segera menghindar kesamping, awalnya dia ingin merampas penjepit itu, aku menahannya sekuat tenaga, dan membiarkan penjepit itu menusuk lebih dalam ke tanganku, hanya untuk merebut penjepit ini.

Demi hidup si pembunuh itu harus merelakan penjepit itu, dia berbalik ingin lari, aku mengeluarkan pistol ingin menembaknya. Tepat saat ini, cahaya yang menyilaukan tiba-tiba datang, aku dan Gerald untuk sesaat tidak bisa membuka mata karena terkena cahaya yang kuat ini. Sebuah mobil mengklakson, si pembunuh langsung melompat ke dalam mobil, dan aku langsung menembaki ban, tetapi mobil itu lincah. Lari bagai petir.

Aku ingin pergi mengejar, tapi Gerald menahan lenganku dan berkata: “Jangan kejar, lagipula pelurumu seharusnya juga hampir habis kan?”

Aku menarik nafas yang dalam, menggertakkan gigi, dan hatiku penuh amarah dan keengganan.

Melihat penjepit rambut yang menusuk tanganku. Hatiku penuh dengan perasaan campur aduk, penjepit Aiko ini, aku baru memberinya tidak lama, sebelumnya aku pernah melihat dia memakainya, kenapa tiba-tiba muncul ditangan pembunuh ini? Dan, pembunuh ini tampaknya selalu menyimpan penjepit ini ditubuhnya. Sebenarnya siapa dia? Dan apa hubungannya dengan Aiko?

Kehilangan Aiko hari ini, apakah ada hubungannya dengan dia?

Aku sama sekali tidak mengerti dengan ini semua, satu-satunya yang bisa dipastikan adalah, kepergian Aiko malam ini pasti memiliki hubungan dengan pria ini.

Ketika aku sedang asal pikir, Gerald berkata: “Jangan berkecil hati. Selama orang-orang ini masih di Nanjin, mereka tidak akan pernah melarikan diri.”

Setelah dia selesai berbicara, dia meraba kantongnya dan berkata dengan aneh: “Dimana hp ku?”

Aku berkata: “Orangku memberitahuku hp-mu dimatikan ditengah jalan.”

“Bagaimana orangmu mengetahuinya?”tanya Gerald mengerutkan kening, menatapku dengan mata tajam.

Aku berkata: “Setelah mendapatkan kabar kamu akan dibunuh, aku sangat khawatir. Karena Hp-mu tidak aktif, aku menyuruh bawahanku menggunakan peretas untuk memantau Hp-mu dan melacaknya secara real time, di sinilah aku menemukannya.”

Setelah itu, aku mengeluarkan penjepit rambut, menggunakan tisu mengelapnya hingga bersih, dan dengan hati-hati menyimpannya di saku.

Gerald berkata dengan santai: “Jika begitu, kamu benar datang kemari untuk menolongku?”

Aku tahu dia tidak mempercayaiku, dan aku berkata dengan tidak sabar: “Ceritanya panjang, tuan Gerald, jika kamu tidak keberatan, harap bersabar dan dengarkan ceritaku.”

Gerald mengangguk, lalu aku menceritakan segalanya dengan jelas.

Setelah aku mengatakan kebenarannya, Gerald berkata: “Masih ada hal-hal konyol seperti itu? Hanya menilai perkataanmu itu benar atau tidak, aku khawatir aku tidak bisa mendengarkan kata-kata sepihakmu.”

Aku berkata: “Benar atau tidak, kamu lihat para saksi dan sekali tanya pasti tahu.”

Saat ini, Dony meneleponku, aku menekan tombol jawab, mendengar dia berkata: “Aiko sudah kembali.”

Sudah pulang? Kenapa begitu kebetulan, disini baru berakhir, disana dia sudah pulang?

Memikirkan hal ini, aku menggosok pelipis dan berpikir dengan sedih: “Kak, sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan? Apakah kamu sudah mulai membalasku?”

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu