Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 665 Rumah

David berkata kalau dia tepaksa memilih untuk bekerja sama dengan keluarga Wang karena untuk bertahan hidup. aku tidak berkata apa apa karena ini merupakan pilihannya. setiap orang juga harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. walaupun nantinya akan terjadi masalah, maka orang itu juga harus menanggungnya sendiri. aku sudah memperingatinya dari awal.

aku tersenyum dan berkata :" keluarga Yang dan Huo memang harus jatuh. namun tidak pasti apakah kamu atau aku yang menjatuhkan mereka. itu semua bergantung pada kemampuan masing masing. namun aku berharap siapapun yang mendapatkan keuntungan pada akhirnya, kita tetap bisa duduk dan makan disatu meja seperti hari ini."

Samuel menatapku dengan kaget. mungkin dia merasa kalau aku sangatla baik. kalau dia diposisi ini, mungkin dia akan membalikkan meja ini dan pergi dari sini. kami memiliki kedudukan yang berbeda dan tentu saja cara kami menyelesaikan masalah juga berbeda.

aku tersenyum padanya dan dia pun tidak menghiraukan kedua orang didepannya itu lalu menghabiskan bistik sapi yang ada didepannya itu.

kedua ayah dan anak itu pun menghela nafas ketika melihat diriku yang tidak marah. David pun tersenyum bahagia dan berkata " itu adalah hal yang pasti."

dapat dilihat kalau mereka sangat kagum kepadaku dan benar benar ingin berteman denganku. namun hanya dapat dikatakan kalau kenyataan selalu tidak sesuai harapan.

disaat ini, David memberi sebuah amplop surat kepadaku. aku menerimanya dan bertanya :" ini apa? bukanlah selembar cek kan?"

David tersenyum dan berkata :" tidak salah, itu adalah selembar cek. terimalah dan anggap sebagai tanda permohonan maaf ku kepadamu."

aku tidak membukanya dan tidak menolaknya. aku pun menyimpan barang itu kedalam kantongku karena itu seharusnya aku dapatkan. aku tersenyum dan berkata :" kalau begitu aku tidak akan segan untuk menyimpannya."

David berkata :" pastilah, aku sudah sangat bahagia jika kamu menerimanya."

aku tersenyum dan berkata :" kalau begitu ayuk kita makan."

" baiklah, ayuk makan."

kami pun tidak lagi membahas masalah tentang kerja sama karena itu merupakan hal yang tidak mungkin terjadi lagi. kami sekarang hanya saling membahas hobi kami. meskipun diawali dengan hal yang tidak begitu baik, namun akhir dari semua ini dapat dibilang sempurna.

setelah makan, aku pun berpamitan dengan David dan Joko. sebelum pergi, Joko pun mengantarku kedepan. dia pun menundukkan kepala dan berkata :" Alwi, aku tahu kalau kamu merasa tidak senang. aku minta maaf kepadamu. meskipun itu tidak ada gunanya, namun aku tidak tahu harus berkata apa lagi."

aku tersenyum dan berkata :" kalau tahu tidak ada gunanya, tidak usah dikatakan lagi. pikirkan saja apa yang harus kalian lakukan selanjutnya. Joko, aku bukanlah orang yang suka berpura pura. oleh karena itu, aku benar benar tidak marah. namun kamu harus ingat, aku mengerti kalian, namun jika suatu hari terjadi perebutan sesuatu diantara kita, pastilah karena memiliki alasan tertentu. aku harap kalian juga mengerti aku."

mungkin gaya berbicaraku terlalu sadis, ekspresi wajah Joko berubah drastis dan tatapannya seperti sedang menatap seorang musuh yang besar. dia pun berkata :" tenang saja, ayahku sudah berkata. kami berhutang budi padamu. jikalau suatu hari kamu meminta sesuatu dari keluarga Chu, kami juga harus memberinya padamu."

aku tersenyum dan berkata :" tenanglag, aku hanya akan meminta apa yang seharusnya."

setelah mengatakan itu, aku pun masuk kedalam mobbil dan Joko hanya menatap kepergian kami. dari kaca mobil, dapat dilihat kalau Joko masih berdiri diam disana meskipun kami sudah sangat jauh.

Samuel mengendarai mobil tanpa berkata apapyn, mungkin dia khawatir kalau suasana hatiku buruk. dia pun membuka radio dan radio itu sedang memutar lagu ciptaan Felicia. suara Felicia sangatlah enak didengar. seolah olah bisa memulihkan luka pada hati seseorang. aku bersandar di mobil dan memejamkan mataku sambil mendengar lagu ini. aku merasa rileks sekarang.

setelah istirahat beberapa saat, Samuel pun bertanya :" bang Alwi, bagaimana kita pulang? naik pesawat kah?"

" iya, suruhlah orang untuk memindahkan pesawat pribadi itu diam diam. ingat, jangan pindahkan kearah NanJin." kataku dengan datar.

Samuel pun berkata :" baiklah, kalau begitu sekarang kita akan beres beres ke bandara? soalnya penerbangan akan berlangsung satu jam kemudian."

aku membuka mataku perlahan dan berkata :" iya, namun sebelum pergi, aku ingin menjumpai seseorang."

" siapa?"

" Widya. sekarang mungkin keluarga Yang merasa kacau. disaat ini, hanya sedikit orang yang memperhatikannya. dia tinggal di TianJin karena aku dan aku seharusnya lebih banyak memperhatikannya."

tidak lama kemudian, kami pun sampai di hotel dan dari kejauhan aku melihat seorang wanita berbaju hitan yang memakai sebuah topi sedang berdiri didepan hotel. melihat kedatanganku, dia menaikkan kepalanya perlahan dan tatapan yang tak asing itu membuat diriku merasa nyaman.

aku membuka pintu mobil dam menghampirinya sambil berkata :" nona widya , apakah sudah lama menunggu?"

Widya hanya menjawabku dengan datar :" jangan terus memanggilku 'nona widya ', aku punya nama kan?"

" baiklah, Widya." aku tersenyum dan mengajaknya naik keatas.

Widya mengerutkan kening dan berkata dengan nada suara yang tidak begitu baik :" kamu terlalu dekat, hubungan kita tidak seakrab itu."

" iyakah? tapi aku merasa hubungan diantara kita sangatlah akrab. bukan merupakan saudara namun melebihi saudara." kataku sambil tersenyum nakal.

Widya mengerutkan kening dan dia tidak menghiraukanku. aku membawanya masuk kedalam kamar, namun dia tidak masuk dan hanya berdiri diluar sambil melipat kedua tangannya. dia menatapku dengan sadis dan seram.

dia melepaskan topinya dan terlihat ikatan rambut yang indah. karena rambutnya berwana ungu dan lebih menggoda dibanding sebelumnya.

aku membuka kulkas kecil didalam kamar dan mengambil seporsi bebek yang dikukus garam. dia sedikit terkejut dan aku berkata :" ini dibeli dari toko kesukaanmu. hanya saja sudah disimpan sehari dan mungkin mempengaruhi tekstur dagingnya."

Widya merasa lucu dan bertanya :" kamu menyuruhku kesini hanya untuk ini saja?"

aku berkata :" kalau tidak?"

dia memejamkan mata dan tidak lama kemudian dia kembali berkata :" baiklah, aku akui kamu sangat lihai untuk membuat orang lain baper. aku hampir terjebak padamu."

aku pun mulai memberesi koperku sambil berkata :" kamu boleh terjebak, asal jangan jatuh cinta padaku."

Widya pun bertanya :" sepertinya suasana hatimu sangat bahagia. ada apa? apakah berhasil bekerja sama dengan keluarga Chu?"

meskipun aku tidak memberitahu Widya apa yang terjadi, namun aku rasa dia sudah tahu semua yang terjadi pada keluarga Chu dari Wilsen. mungkin dia juga tahu kalau dalang dari masalah ini adalah aku dan dia juga akan tahu tujuanku kesini kali ini.

aku menghela nafas dan berkata :" bukan, tidak semudah itu loh. jika diingat tahun itu, aku begitu baik padamu dan bukankah kamu tetap saja ingin mencelakaiku? sekarang aku hanya membantu keluarga Chu sekali saja, bagaimana mungkin mereka ingin mengambil resiko yang besar demi aku?"

Widya memandang bebek itu dan berkata dengan nada suara yang buruk :" maksudmu aku tidak tahu malu?"

" bagaimana mungkin aku berani? lagipula adakah orang yang tidak tahu malu secantik kamu?" kataku sambil tertawa.

Widya menghela nafas dan berkata :" kenapa kamu masih sebahagia itu padahal kerjasamamu dengan keluarga Chu tidaklah berhasil?"

" hal itu tidak akan berubah lagi, apa gunanya jika aku sedih? sekarang aku dan keluarga Chu tidak bisa bekerja sama, bukan berarti kedepannya kami tidak bisa juga. oh iya, apakah Galvin masih menghubungimu?"

Widya berkata :" tidak lagi, namun aku berencana untuk menghubunginya dan memberitahunya kalau aku ingin bekerja sama dengannya. bagaimanapun, jika dilihat kondisi sekarang, keluarga Yang seharusnya tidak akan tahan lebih lama lagi. aku akan bergantung pada Galvin sekarang. dengan begitu semua masalah ini tidak akan berhubungan dan menyusahkanku. aku juga akan mulai membagun sebuah substation untukmu."

Widya mengatakan ini dengan sangat serius dan aku sangat terharu. akhirnya dia memikirkanku sekarang.

aku pun berkata :" tetap kata yang sama, jagalah keselamatanmu, itu lebih penting."

sambil mengatakan itu, aku pun menaikkan kepalaku dan sadar tidak tahu sejak kapan dia menatapku dan itu membuatku terkejut.

Widya langsung mengalihkan pandangannya dan berkata :" tenanglah dan juga kamu jangan salah paham. aku hanya merencanakan masa depan yang baik untuk diriku sendiri. bukan demi kamu. oleh karena itu tidak usah terlalu senang."

cahaya bulan malam ini sangatlah indah.cahaya didalam kamar tidak begitu terang dan cahaya bulan pun menembusi kaca jendela dan membawakan sebuah aura romantis yang kental. aku menundukkan kepala dan ingin berkata :" sepertinya kata kata itu sudah aku dengar sebanyak dua ratus kali lebih." namun aku menahannya dan hanya berkata :" tenang saja, aku tahu diri kok."

setelah membereskan koper, kami pun turun bersama dan sebelum naik kedalam mobil, Widya berkata :" tunggu sebentar."

aku menatapnya dengan penasaran dan dia berkata :" terimakasih atas bebek yang kamu bawa. jikalau kamu datang lagi, ingat bawakan untukku."

aku tersenyum dan berkata :" itu masalah keccil. kalau kamu mengizinkannya, aku akan menyuruh orang mengantarnya setiap hari."

" lupakan saja, itu akan membocorkan identitasku." aku melihat kekecewaan pada wajah Widya dan dia berkata dengan tidak berdaya.

suasana hati wanita ini sangat sulit untuk dipahami.

aku pun tersenyum dan berkata :" baiklah."

mobil pun mulai jalan dan aku menatap WIdya melalui kaca mobil. meskipun dia memakai sebuah topi besar yang menutup hampir setengah dari wajahnya, namun aku masih bisa melihat unsur kesepian dari dalam matanya.

Samuel tiba tiba berkata :" bang Alwi, kenapa aku merasa dia sangat kecewa? jangan jangan dia mulai menyukaimu?"

aku terkejut dan langsung bertanya sambil tersenyum :" menyukaiku? kenapa? karena seporsi bebek kukus?"

aku pun terhibur ketika mengatakan itu, begitu juga dengan Samuel. aku berkata :" dendam diantara kami tidak akan musnah. meskipun dia tidak begitu membenciku, namun dia juga tidak sanggup mencintaiku. aku bukanlah artis yang disukai oleh setiap orang. aku masih tahu diri."

Samuel membuka mulut namun dia tidak mengatakan apapun.

ditengah malam, kami pun selamat mendarat di NanJin. Dony Yun pun menjemput kami dibandara. sepanjang perjalanan, aku menceritakan keadaan yang ada dan baru ingat kalau surat berisi cek itu belum aku buka. Samuel pun mengeluarkannya dari kantong dan membukanya. dia lalu memberikan cek itu padaku dan berkata :" bang Alwi, dapat dikatakan kalau keluarga Chu sangatlah murah hati."

aku tersenyum dan berkata :" berapa banyak?"

sambil mengatakan itu, aku pun menerima cek itu dan ternyata diatas cek itu tertulis nominal sebesar 1.2 triliun. aku pun berkata :" aku berusaha selama ini dan tabunganku baru mencapai 200 miliar. namun orang kaya ini malah memberikannya begitu saja. dunia orang kaya memanglah berbeda."

setelah aku mengatakan itu, Samuel dan Dony pun melototiku. Dony berkata :" sudah berapa lama keluarga mereka mengumpulkan harta? kamu? kalau orang miskin mendengar perkataanmu tadi, mungkin kamu akan dibunuh."

mendengar ini, aku merasa malu dan tersenyum sambil berkata :" jujur saja, ini seperti mimpi."

setelah mengatakan itu, aku pun berkata kepada Samuel :" Samuel, besok ikuti aku untuk menarik semua uang ini dan menabungnya direkeningku. selanjutnya aku akan menyuruh bang Su untuk membelikan dua rumah mewah di Beijing untukku. aku juga ingin membeli sebuah rumah di ShangHai. dan juga membeli dua buah villa di NanJin....."

tidak menungguku selesai berbicara, Dony langsung berkata :" uangmu akan habis jika kamu membelinya lagi."

aku tertawa dan berkata :" tidak beli lagi, aku takut miskin kembali. takut menjadi tunawisma dan terlantar. waktu itu aku hanya ingin memiliki sebuah tempat tinggal milik sendiri. sekarang aku sudah bisa membeli beberapa rumah dan menggapai mimpiku."

setelah beberapa saat, aku berkata :" aku ingin pulang kerumah dulu."

Samuel dan Dony bertanya kerumah yang mana aku ingin pulang?

aku berkata dengan datar :" pulang kerumah orang tua ku. meskipun aku merasa tidak pantas untuk menjumpai kedua orang tuaku. namun aku harus tetap kembali kerumah agar mereka tidak kecewa. aku pengen kembali. membenarkan jalan di kampung dan mengubah semua nama jalan disana menjadi nama ayahku, ibuku dan juga adikku. agar mereka dihormati oleh seluruh rakyat dikampung itu. agar mereka tidak lagi dihina oleh setiap orang yang memanggil nama mereka......"

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu