Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 981 Minta Ampun

Orang-orang di lapangan tinju bawah tanah mengatakan bahwa mereka akan sepenuhnya bekerja sama denganku. Aku pun memberi tahu mereka rencanaku, lalu menepuk tangan, dimana memberi mereka isyarat untuk segera bertindak. Saat mereka bertindak, dari luar terdengar suara kegaduhan. Aku pun tahu bahwa beberapa kelompok penantang itu telah datang kemari.

Aku perlahan-lahan berjalan keluar. Ketika aku keluar, aku melihat bahwa kelompok tantangan disana sedang berdebat dengan Jinkang pada saat ini. Tetapi saat aku berjalan kesana, keadaan yang awalnya berisik itu seketika menjadi tenang. Orang-orang itu menatapku dengan agak ketakutan. Bahkan ketika aku mendekati mereka, mereka pun tanpa sadar serentak mundur selangkah kebelakang.

Aku dengan ringan berkata, “Kenapa kalian ribut? Aku lah yang meminta Jinkang untuk memanggil kalian kemari. Jika kalian memiliki keluhan, kalian boleh mengatakannya kepadaku.”

Sekarang di mata orang-orang ini, aku seperti seorang algojo yang kejam dan sadis. Bahkan jika mereka kadang-kadang akan mengorbankan nyawa mereka demi uang, mereka pun tetap akan takut denganku. Saat ini, aku dengan tenang dan jelas mengatakan kepada mereka. Raut mereka pun berubah menjadi sangat tegang, seakan-akan takut aku seketika akan menghajar mereka sampai mati.

Aku mengangkat alisku dan berkata, "Kenapa kalian tidak berkata apa-apa? Mungkinkah takut aku akan menggigit kalian?"

Mereka kemungkinan merasa bahwa mereka sedang dalam keadaan yang tidak menjanjikan, makanya satu per satu dari mereka tersenyum canggung. Akhirnya, ada seorang pria tinggi, bertubuh kokoh dan berkulit hitam berkata dalam bahasa Inggris, “Tuan Alwi, kita tidak ada maksud lain, hanya saja mengapa kalian memperlakukan kami seperti ini ketika kami hanya menuruti persetujuan kami dengan kalian?”

Aku balik bertanya, " Kami memperlakukan kalian seperti apa?"

Dia menunjuk ke orang yang diikat dan berlutut disana sambil berkata, “Bukankah ini berarti bahwa kalian sama sekali tidak menghormati lawan kalian dengan mempermalukan mereka seperti ini? Tuan Alwi, aku tahu bahwa kalian sangat kuat, tetapi seorang pendekar terkuat bagiku adalah mereka yang menghormati lawannya.”

Setelah aku mendengarkannya, aku pun berpikir dalam dan berkata, "Yang kamu katakan sangat masuk akal.”

Melihat bahwa aku mendengarkan perkataannya, dia pun menjadi sangat gembira tapi masih tidak ingin berbicara. Aku mengangkat tanganku untuk memberi isyarat tunggu sebentar, perataanku belum selesai. Aku pun berbalik dan menunjuk orang-orang yang sedang berlutut di sana sambil berkata, "Aku menghormati kalian, tapi aku tidak menghormati mereka karena mereka adalah ‘pelarian' dan saya paling benci orang yang mengabaikan tugas mereka seperti mereka itu."

Wajah orang hitam itu langsung menjadi murung. Dia jelas tahu bahwa orang-orang ini sedang bersiap-siap untuk kabur. Hatinya delapan persen pun merasa mereka memalukan, tapi dia masih membantu mereka berbicara. Karena pertama, mereka sekarang adalah sekutu. Kedua, jika aku beneran tergerak hatiku dan melepaskan dua petinju di lapangan tinju bawah tanah ini, maka nanti akan ada beberapa orang yang juga akan mencontohi mereka.

Terus terang saja, melanjutkan tujuh babak pembantaian ini telah menghancurkan kepercayaan dan keberanian semua orang ini. Delapan puluh persen dari mereka pada saat ini ingin mengabaikan tugas mereka. Hanya saja mereka merasa tidak enak untuk menunjukkannya. Selain itu, karena kedua pasukan ini mengambil langkah duluan, selama mereka berdua bisa berhasil, tentu saja yang lainnya juga tidak akan rela melepaskan kesempatan untuk “pelarian” ini .

Wajah Brandon sedikitpun tidak memerah. Tentu saja ada kemungkinan aku tidak dapat melihatnya bahkan ketika wajahnya memerah. Dia berkata, "Aku merasa kamu seharusnya telah membuat sebuah kesalahan. Meskipun kamu mengatakan bahwa kita harus mematuhi aturan perlombaan dan menandatangani kontrak antara hidup dan mati ini saat kami berpartisipasi dalam perlombaan ini, tapi kamu tidak bilang bahwa kita harus berpartisipasi. Kami pun juga tidak bilang bahwa kita akan berpartisipasi dalam perlombaan ini. "

Setelah dia selesai mengatakannya, semua orang pun mengangguk kepala mereka dan suara mereka ikut bergema. "Betul sekali, kami pun juga tidak bilang bahwa kami akan pergi menantang. Apakah kami tidak diperbolehkan untuk menolak tantangan ini? Kamu juga tidak membuat aturan bahwa kami tidak boleh tidak ikut serta."

Tampaknya beberapa orang-orang ini telah siap bermuka tebal untuk tidak ikut serta. Aku pun tersenyum menatap mereka dan suara mereka perlahan-lahan mengecil. Brandon tanpa ragu berkata, "Tuan Alwi, kamu seharus menghormati pendapat kamu, bukan?"

“Untuk alasan apa?” kataku dengan lembut. Aku pun menyalakan sebatang rokok, menghisap dalam-dalam, menghembuskan sebuah lingkaran asap dan tersenyum sambil menatapnya.

Semua orang pun menghirupnya. Wajahnya Brandon seketika terlihat takut. Dia pun bergumam, "Kalau tidak... apakah kamu akan memaksa kita untuk berlomba? Jika benar-benar terjadi sesuatu pada kami yang begitu banyak ini, aku pun yakin bahwa PBB tidak akan melepaskan kalian. Tindakan kalian ini akan menyentuh garis bawah moral umat manusia, dimana itu akan menjadi sasaran kritikan para publik."

Mataku pun ikut tersenyum dan aku dengan tenang berkata, "Kamu saat ini sedang mengancamku, bukan?"

Dia segera menggelengkan kepalanya dan dengan sungguh-sungguh berkata, "Aku hanya berharap bahwa kamu dapat mempertimbangkan sekelilingmu. Jangan sampai karena tindakan gegabah ini, kamu sampai membuat kesalahan yang tidak akan mudah untul diperbaiki.

Aku dengan tenang berkata, "Numpang tanya, apakah aku meminta kalian datang kemari untuk menantang?"

Wajah Brandon menjadi lebih murung, dan yang lainnya pun merasa sedikit malu. Aku lanjut berkata, "Apa yang kalian lakukan ketika orang-orang kami tidak bersedia untuk melawan kalian? Diam-diam merencanakan sesuatu, membunuh, bertetap di sini dan tidak mau pergi, bahkan warga kami pun kalian ganggu."

Mereka pun semakin merasa malu. Aku berkata dengan ringan, “Menurutku kalian tidak perlu cemas mengenai apakah kematian kalian akan menyebabkan sanksi internasional terhadapku. Namun, aku akan membawakan sukses pada perlombaan ini demi orang-orang kelas atas itu. Kemungkinan mereka masih akan bersedia membantuku. "

Begitu seseorang membangun martabatnya di tengah kerumunan orang-orang, maka itu akan memiliki pengaruhnya. Bahkan jika dia membual, kamu juga akan merasa bahwa yang dikatakannya itu benar, contohnya aku yang saat ini. Jelas - jelas perkataanku ini banyak mengandung omong kosong, tetapi begitu aku mengatakannya, semua orang pun akan menatapku dengan ketakutan dan pandangan mata mereka menunjukkan kekaguman terhadapku. Aku tersenyum sinis sambil memandang mereka dengan tenang.

Kadang-kadang terdiam itu lebih memberikan tekanan dibanding berbicara, karena kamu tidak akan tahu apa maksud dari terdiam ini.

Banyak orang tidak berani menatapku. Ada yang menunjukkan perasaan pasrah, malah ada yang tidak bersedia dan melotot dengan ganas.

“Intinya ini sudah melanggar hukum!” Ada orang dengan amarah berkata, "Bagaimana jika kita mau mengundurkan diri? Si sialan ingin kita berlomba dengan mengancam nyawa kita? Aku juga tidak akan percaya bahwa kamu masih bisa menghentikan kami saat ratusan hingga ribuan orang kami disini ingin beneran pergi, kan? Kami juga bukan orang vegetarian, jadi untuk apa bergantug dengan puluhan senjata rusak ini untuk menakuti kami, kan? "

Hanya dengan perkataan itu saja, ada orang yang segera menggema, "Betul sekali. saudara-saudaraku, kita tidak perlu takut pada mereka. Kita tidak boleh takut karena akan ada jalan kematian di depan kita. Karena demikian, maka kita mengesampingkan semuanya dan berjuang untuk hidup sekali lagi. Aku juga tudak percaya bahwa dia memiliki keberanian dan kemampuan untuk membunuh kita semua."

Semakin banyak orang ikut menggema. Ini sangat jelas menunjukkan bahwa orang-orang ini telah menjadi gila oleh perlombaan pada setengah bulan ini. Mereka dari awal sudah tidak ingin berlomba lagi. Makanya saat mereka menyadari bahwa aku tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja, mereka pun sepenuhnya akan meledak. Tampaknya mereka telah bersiap-siap untuk membunuh kita dan kemudian melarikan diri.

Sambil berdiri aku menghisap sebatang rokok, tanpa takut aku tersenyum dan berkata,"Apa maksud kalian?"

Seseorang menunjuk dan berteriak, “Apa maksudnya ini? Aku sekarang akan memberitahumu apa maksud semuanya ini! Kami berkumpul disini, untuk mengambil nyawa kalian! Ada apa dengan senjata kalian? Peluru kalian ada batasnya, jika ingin melawan, satu-satunya jalan kalian adalah kematian! Kemenangan adalah milik kami!"

Aku menatapnya dengan tatapan sinis mematikan, dengan nada bicara yang tenang berkata,"Bagaimana ya, kamu tidak takut pada senjata kami?"

Dengan mata yang menatap tajam, orang itu akhirnya memberanikan diri berkata, " Tidak takut!"

Aku tersenyum dan berkata, “Baguslah kalau tidak takut. Kalau begitu, biarkan aku melihat kemampuan kalian."

Setelah itu, aku menepuk tanganku. Tiba-tiba segerombolan orang menerobos masuk pintu dan jendela lantai dua, inilah pasukan Invincible Empire. Mereka masing-masing menodongkan senjatanya dan terlihat seperti pembunuh profesional yang sangat dingin.

Kemunculan mereka, membuat sekelompok orang-orang sombong itu terkejut, wajah mereka menjadi pucat dan tidak bisa berkata-kata. Aku tersenyum dan berkata, “Bukannya kalian bilang tidak akan takut? Biarkanlah aku lihat kehebatan kalian, ayo majulah."

Disaat aku berteriak"ayo maju", mereka seketika menjadi takut dan terduduk diposisi ketiga, ekspresi mereka terlihat sangat buruk, dan beberapa orang sombong tadi menjadi ketakutan sampai tidak berani maju. Hanya si Brandon itu yang memberanikan diri berbincang sebagai orang menengah dengan kami. Dia bilang ada hal baik yang mau disampaikan dan kami bisa diajak berdiskusi kapan saja.

Aku menganggukkan kepala dan berkata, “Ini baru benar. Bisa diajak berdikusi itu lebih baik kan, jadi untuk apa kita harus berteriak memukul dan membunuh? Menurut kalian benar tidak?”

Brandon mereka orang pun tertawa lepas.

Dia khawatir dan menunjuk kearah beberapa ‘pelarian’ itu, dengan berhati-hati bertanya. “Kalau begitu tuan Alwi... apa yang akan kamu lakukan pada pelarian ini?

Dengan tenang aku berkata, "bagaimana menangani mereka, itu kembali lagi ke mereka masing-masing. Masa depan mereka diatur oleh mereka sendiri."

Setelah itu, aku menatap kearah Jinkang dan berkata, "Jinkang, keluarkan semua barang yang ada dimulut mereka."

Jinkang mengangguk dan segera mengambil kain yang ada dimulut mereka. Mereka pun mengambil nafas yang dalam, memohon ampun padaku.

Aku mengangkat tangan mengisyaratkan untuk terdiam dan berkata, “Aku tahu kalian pasti takut sekali. Banyak sekali senjata yang mengarah ke kalian, cuma beberapa kali ‘dor dor dor’, kalian sudah habis ditempat. Tetapi aku ini orang yang sangatlah baik dan pengasih. Aku rela memberikan kalian hak hidup lagi.”

Begitu mereka mendengar bahwa aku tidak menginginkan nyawa mereka, mereka pun dengan girang berkata, “Terima kasih tuan Alwi!”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Kamu tidak perlu berterima kasih, aku hanya mengatakan bahwa aku tidak rela. Tetapi aku masih harus menghormati pendapat kalian. Apa gunanya dengan pendapatku sendiri, bukan? Aku tidak bisa sembarangan mengambil kekuasaan, kalian menyetujuinya kan?"

Perkataanku yang awalnya untuk memberi harapan kepada orang-orang malah terkesan pasrah. hampir muntah darah. Jinkang tahu aku sengaja mengatakannya dan tidak bisa menahan diri untuk tertawa. Aku pun sekilas melototnya dan dia segera kembali menjadi serius. Aku pun melanjutkan, "Tetapi berdasarkan perikemanusiaan, aku akan memberi sebuah kesempatan pada kalian. Jika kalian bisa mengeluarkan rencana yang dapat memuaskan semua orang dan membiarkan mereka setuju untuk melepaskan kalian, maka aku juga akan melepaskan kalian. Bagaimana?”

Perkataan ini telah memberikan mereka harapan baru. Mereka pun saling berbisik, dan di sisi lain, aku dapat melihat para penantang lapangan tinju bawah tanah yang lainnya terlihat cemas dan gelisah. Aku tahu bahwa mereka pasti sangat cemas. Mereka rindu untuk menemukan titik terobosan pada dua lapangan tinju bawah tanah ini, dimana sebuah titik terobosan yang memungkinkan mereka untuk hidup.

Aku dengan lembut berkata, “Karena kalian semua telah dating kemari, lebih baik kita bersama-sama memikirkan idenya. Selain itu, aku memperingati kalian semua jangan berpikir untuk mengabaikan pekerjaan kalian. Kali ini, aku akan ingat mereka sebagai pemberontak pertama dan tidak menginginkan nyawa mereka. Tetapi jika kalian berani mencontohi mereka, maaf ya, kalian tidak akan bias kabur karena aku akan membunuh kalian.”

Suaraku tidak keras, tetapi aura keagunganku ini membuat semua orang terasa tertekan. Aku dengan sabar menunggu dan merasa bahwa orang-orang ini akan dapat memberi jawaban yang kuinginkan.

Seorang wakil dari kedua tim yang tertangkap itu segera berjalan kedepan, memberi hormat dan berkata, “Tuan Chen, masalah yang sebelumnya terjadi karena kami yang tidak baik-baik mengatasi bawahan kami, dimana telah membiarkan mereka membuat kerugian atas Invicible Boxing Field mu. Tetapi, kita saat ini juga telah membayari biaya yang sangat besar. Kamu juga telah membalas dendam demi mereka. Lihatlah apakah kamu mengubah aturan permainnya?"

Aku mengangkat alis dan berkata, "Kamu ingin mengubah aturannya dan baru melanjutkan permainannya lagi?"

Dia mengangguk kepalanya dan berkata, "Aturan yang kamu tetapkan sebelumnya itu karena kami kira kami bisa menang darimu dan lapangan tinju bawah tanah inipun akan menjadi milik kami. Tetapi kami malah kalah. Maka kami akan tinggal disini dan rela membuat kompromi atas peraturan ini denganmu.”

Aku mengisyaratkan dia untuk melanjutkannya. Saat dia melihatku masih sabar mendengarnya, dia pun tahu dia telah delapan puluh persen berhasil dan dengan mata berbinar-binar berkata, “Jika kami menang, kami juga tidak akan menginginkan lapangan tinju bawah tanah ini dan anggap saja ini sebagai pertandingan persahabatan. Jika kami kalah, kami bersedia untuk tinggal dan melayanimu dan juga lapangan tinju bawah tanah ini.”

Setelah dia selesai membicarakannya, dua puluhan petinju yang lainnya pun menunjukkan dan berkata bahwa mereka juga rela melakukannya.

Aku dengan tenang berkata, "Apakah kalian termasuk sedang membuat kompromi denganku? Jelas-jelas kalian tidak akan menang dan tidak ada guna untuk mengatakannya.”

Setelah aku selesai mengatakannya, wajah mereka semua menjadi canggung dan takut aku tidak akan menyetujuinya. Aku paling suka melihat wajah ketakutan mereka ini, makanya aku tidak langsung menyetujui atau menolak mereka, melainkan pelan-pelan pada Jinkang, " Jinkang, bagaimana menurutmu?”

Hatinya Jinkang dari awal sudah sangat gembira, tetapi dia malah dengan tenang berkata, “Begini saja, kami kan orang yang berperikemanusiaan, jadi kami langsung menyetujuinya ya."

Aku mengangguk kepalaku dan berkata, "Baiklah, kalau begitu kita menyepakatinya ya. Mulai dari sekarang, peraturannya akan diubah dan perlombaannya masih berlanjutkan. Ayo, beri mereka merasa tenang dan tolong kalian jangan mengambil risiko untuk kabur lagi. Mari kita semua sama-sama pulang kembali ke pelukan ibu masing-masing ya.”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu