Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 136 Salah Paham

Mawar membuka mulutnya.

Aku merasa terpana, aku merasa akal sehatku sedikit demi sedikit melemah, ditambah dengan efek obat yang semakin kuat, dengan cepat seluruh benakku dipenuhi dengan tubuh Mawar yang cantik dan lembut bagai batu giok putih, ditambah perasaan yang menyegarkan yang berdatangan tiada henti, aku benar-benar kehilangan akal sehat, memegang kepalanya dengan telapak tangan besar.

Kegilaan sepanjang malam, membuatku merasa seluruh tubuhku terjepit dan lelah bukan main, tapi ketika aku bangun, wanita cantik seperti batu giok putih tergeletak dalam dekapanku bersinar terang, seolah-olah telah menyerap nutrisi baik.

Aku sedikit kesal, meskipun aku memiliki niat tersembunyi pada Mawar, tapi karena perbedaan usia di antara kita, aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk melangkah sampai pada tahap hari ini. Terlebih lagi, dia sangat membenci diriku, ketika dia bangun, melihat dirinya telah ternodai olehku, mungkin dia akan semakin membenciku, apa yang harus dilakukan jika dia melakukan suatu hal yang gegabah? Dan, jika dia ingin aku bertanggung jawab padanya? Aku tidak bisa menikahinya kan?

Aku yang sambil memikirkannya sambil melihat sisi kamar, dan menyadari ini adalah kamar tidur yang di desain sangat sederhana, Ada sebuah foto di samping tempat tidur, seorang wanita yang menawan mengenakan cheongsam duduk di kursi memeluk sebuah patung anak kecil.

Sekilas aku sudah bisa mengenali wanita ini adalah Mawar ketika masih muda, tapi aku sedikit terkejut dan bertanya-tanya apakah ini kamar Mawar?

Ketika sedang memikirkannya, wanita dalam dekapanku tiba-tiba membuka mata, kita saling bertatap-tatapan, Mawar tampak bengong lalu berteriak, dia ingin menarik selimut. Tapi, malah menyentuh area itu ku, membuatku merasa canggung, dia menarik tangannya dengan takut, duduk ditempat tidur dan menyadari tidak ada selimut sama sekali, dengan cepat dia meraih rok dilantai untuk menutupi dirinya.

Tapi roknya sudah sobek hingga tidak berbentuk, sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa malunya, tapi ada semacam perasaan untuk menolak.

Mawar berbalik dan duduk menggigil di sana.

Melihat bahu kecil Mawar, tiba-tiba aku merasa sedikit mengasihaninya, mencari kemeja untuknya dan berkata: “Jika tidak keberatan, kamu bisa memakai kemejaku.”

Mawar tidak mengambil kemejaku, dia segera turun dari tempat tidur berlari ke depan dapur mencari celemek dan memakainya, saat ini seluruh tubuhnya masih gemetar, terutama kedua kakinya yang terlihat lemas tidak bertenaga.

Aku melirik wajahnya, dan menyadari dia meneteskan air mata.

Aku berkata: “Bi Mawar, kita berdua kemarin malam diberi obat. Awalnya aku ingin mendorongmu, tapi kamu tidak mengontrol dirimu, kamu yang begitu cantik ditambah dengan efek obat, membuatku juga tidak bisa menahannya.”

Mawar sedikit terkejut, menggigit bibirnya, tiba-tiba wajahnya memerah, sepertinya dia ingat kejadian tadi malam dan merasa malu.

Melihat wajah Mawar yang malu dan mengerutkan kening, aku menelan ludah, aku yang barusan menikmati rasa seorang wanita. Seluruh tubuhku seperti serangga serakah, berteriak-teriak menginginkannya sekali lagi.

Mungkin tatapan mataku terlalu panas, Mawar mengerutkan kening, menatapku penuh ketakutan, wajahnya memerah dan berkata: “Kamu kamu jangan melihatku seperti itu.”

Aku yang melihat bibir Mawar merah bengkak dicium olehku dan bekas cupang diseluruh lehernya, kegilaan semalam terus muncul tiada henti dalam benakku. Tubuhku memanas, aku berusaha menahan hasrat ini, aku memalingkan mata dari tubuhnya dan bertanya: “Sangat sakitkah?”

Mawar tidak berbicara, aku diam-diam meliriknya dan menyadari wajahnya sudah sangat merah, tapi dia memang seorang wanita kuat, dengan cepat bisa mengendalikan emosi sendiri: “Alwi, aku tidak tahu siapa yang ingin mencelakai kita berdua, terserah itu kamu atau musuhmu, aku harap masalah ini sampai disini, kamu tenang saja aku tidak akan meminta pertanggungjawaban mu, setelah meninggalkan tempat ini, kita berdua jangan pernah bertemu lagi.”

Setelah itu, dia berbalik menatapku dan berkata: “Dan, tidak peduli bagaimana Claura memperlakukanmu, kamu tidak seharusnya begitu keterlaluan! Bagaimanapun dia hanya seorang wanita, setelah diusir keluar dari Nanjing olehmu, bagaimana dia hidup?”

Setelah selesai mengatakannya, Mawar perlahan-lahan mulai marah, matanya memerah, seolah sedang memikirkan putrinya yang ku paksa meninggalkan Nanjing.

Jantungku berdegup kencang dan bertanya padanya apa arti dari pertanyaan ini? Apakah dia mengira aku yang memberikan obat padanya? Apakah dia mengira karena aku membenci Claura, marah dan ingin membalas dendam padanya. Terus berhubungan dengannya? Dimata dia apakah aku begitu murahan? Tidak tahu karena apa, hatiku sangat sangat kecewa.

Mawar menoleh menatapku dengan sedih dan berkata: “Jika bukan kamu, siapa yang akan menjebakku? Siapa yang akan membuat kita berdua berhubungan? Apa untungnya lawan melakukan itu? Tidak! Hanya kamu. Dengan kamu menyetubuhiku akan ada rasa kesenangan balas dendam! Dan jika ada orang yang ingin mencelakai kita, bagaimana mungkin datang kerumah ku?”

Aku tertegun, karena ucapan Mawar ini membuatku sadar, jika ada orang yang ingin memberi kita berdua obat. Membuat kita berhubungan pasti memiliki tujuan, tapi seperti yang dikatakan Mawar, sekalipun kita berdua benar-benar tidur bersama, juga tidak ada masalah besar. Seorang pria lajang dengan seorang janda yang sudah ditinggal mati bertahun-tahun oleh suaminya, pihak lawan sama sekali tidak mendapat keuntungan.

Mengingat ini, aku bisa mengerti kenapa Mawar mengira ini semua adalah rencanaku, aku berkata dengan tidak berdaya: “Bi Mawar, aku tahu kamu sulit mempercayainya. Tapi masalah ini benar bukan aku yang melakukannya.”

Setelah itu, aku melihat bahuku sendiri, ada beberapa bekas memar dan berkata: “Kamu lihat luka di bahuku, ini adalah luka yang ditinggalkan oleh orang yang menyerangku tadi malam.”

Mawar melirik tubuhku dengan cepat, wajahnya memerah dan berkata: “Tubuhmu ada berapa banyak luka, kamu juga tidak tahu! Kamu hanya sekalian mencari luka ingin mengelabuiku kan? Apakah kamu kira aku begitu bodoh?”

Setelah mengatakannya dia berjalan menuju pintu, aku menyadari kedua kakinya terkangkang lebar, aku merasa dia yang keluar dengan keadaan begitu, semua orang pasti tahu apa yang dia lakukan tadi malam.

Mawar membuka pintu dan menatapku. Berkata dengan galak: “Pergilah.”

Aku berkata apa, matanya merah, menangis dan berteriak: “Keluar!”

Aku hanya memakai kemeja berjalan keluar, sebelum keluar tiba-tiba aku mengingat satu hal dan berbalik menatap Mawar. Dia memegang kerah bajunya dengan kencang dan bertanya padaku ingin melakukan apa?

Melihat tatapannya yang takut padaku, membuatku sedikit kesal, tampaknya dia sudah menetapkan aku sebagai pelakunya.

Aku berkata: “Bi Mawar, jangan lupa minum obat kontrasepsi.”

Setelah mawar mendengarnya, ekspresi diwajahnya berubah drastis, dia mengambil vas bunga yang ada di rak TV dan melemparkannya ke arahku dengan keras, aku tidak menghindar, vas bunga menghantam dahiku dengan keras, lalu ada darah mengalir perlahan-lahan.

Mawar marah: “Keluar kamu! Aku tidak ingin melihatmu lagi!”

Aku pergi tanpa menoleh kebelakang, setelah keluar. Aku segera menelepon kak Toba, kemarin dia dan teman-teman yang lain mengira aku pulang untuk istirahat, jika bukan karena itu, mungkin kemarin malam aku juga tidak perlu kesepian sampai terjadi hal seperti ini.

Mengingat ini, hatiku tergerak dan bertanya-tanya mengapa begitu kebetulan? Beberapa hari ini aku kesepian terus dan di tangkap? Apakah orang itu dari awal sudah mempunyai rencana dan hanya menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak? Terlebih, aku tidak mengerti kenapa orang itu ingin aku bercinta dengan Mawar, tapi aku tahu, dia melakukan ini pasti ada maksud tersembunyi.

Dari situasi saat ini. Mawar tidak akan memberikan dampak buruk padaku, jika begitu mungkin masalah ini muncul pada diri Mawar sendiri. Jangan-jangan tubuh Mawar ada sebuah rahasia, jika aku menyetubuhinya akan mendorong diriku ke dalam jurang? Semakin aku memikirkannya semakin besar kemungkinan ini. Aku segera menyelidiki latar belakang Mawar.

Saat ini, teleponku berdering, Kak Toba bertanya dimana aku? Kak Toba mengatakan dia berada di Mission Hills International, aku terkejut, karena Mission Hills International berada di daerah ini, kenapa Kak Toba bisa berada disini?

Aku yang sedang berpikir, tiba-tiba mendengar Kak Toba berkata: “Kak Jessi menyuruhku menjemputmu disini.”

Mendengar ucapan ini, kepalaku hampir pecah, apa artinya ini? Jessi tahu aku ada disini? Apakah dia juga tahu aku dan Mawar berhubungan? Jika iya bagaimana aku bertemu dengannya?

Mengingat wanita giok putih tanpa cacat itu, aku panik, aku merasa diriku tidak lagi memenuhi syarat untuk berfantasi tentangnya, dan tidak lagi memenuhi syarat untuk memilikinya.

Kak Toba berkata diujung telepon: “Alwi, kamu jujur, sebenarnya kamu dan wanita tua itu ada berhubungan tidak?”

Aku yang ditanya begitu membuat wajahku merah, melakukan apa? Bisa dikatakan pose yang bisa kita berdua lakukan kemarin malam sudah kita lakukan semuanya.

Kak Toba yang tidak mendapat jawabanku, berkata: “Tidak mengatakannya? Artinya mengakuinya? A*jir, hebat kamu! Alwi, wanita tua ini sangat menarik, ku bilang padamu, jika bukan karena dia menyukaimu, aku sudah sangat ingin berhubungan dengannya, dan terlebih dia adalah ibu Claura, setelah berhubungan dengannya, aku pasti akan menyuruh Claura memanggilku ayah! Tentu saja, kamu sekarang juga bisa menyuruh Claura memanggilmu ayah, hahahahah”

Mendengar perkataan Kak Toba yang tidak berperasaan, kepalaku pusing dan berkata: “Aku dicekoki obat oleh orang lain.”

Kak Toba tiba-tiba berhenti tertawa, dan bertanya padaku apa yang terjadi? Aku tidak menjawab pertanyaannya dan bertanya: “Ketika Jessi menyuruhmu menjemputku, ada mengatakan sesuatu tidak?”

Bagaimana Jessi bisa mengetahui aku ada disini? Mesikpun dia sangat baik padaku, tapi informasi dia terlalu cepat, aku tidak bisa tidak mencurigainya, dan aku ingat Paman Lei pernah mengatakan dia mencari orang untuk mengikutiku diam-diam, aku tidak mengerti, jika itu benar, kenapa orang itu tidak menolongku?

Dulu dia ingin melatihku, tidak menolongku masih bisa dimaklumi, tapi sekarang?

Kak Toba berkata Jessi tidak mengatakan apa-apa, dan jantungku berdetak kencang.

Dengan cepat, Kak Toba tiba, aku segera naik kemobil, menyuruhnya mengantarku bertemu Jessi, mungkin dia juga bisa menebak sesuatu, tanpa basa-basi dia langsung menginjak gas.

Setelah dua puluh menint berlalu, aku bertemu dengan Jessi di sebuah cafe, dia yang melihatku langsung mengangkat alis dan berkata: “Ingin tanya bagaimana aku tahu kamu ada di Mission Hills International?”

Tatapan matanya tidak goyah, tiba-tiba aku merasa tidak puas, dan membenamkan kepalaku dalam-dalam, mengatakan ya.

Jessi menyerahkan teleponnya padaku dan berkata: “Buka lihatlah.”

Aku mengambil telepon itu dan melihat sebuah pesan singkat, dibawah pesan singkat itu ada sebuah video.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu