Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 958 Peraturan Baru

“Siapa lagi yang ingin menantangku?”

Dalam satu kalimat, tiba-tiba seluruh perhatian orang-orang yang sedang terpaku di sana tertuju padanya, seketika suasana restoran langsung campur acuk. Jika barusan masih ada orang yang tidak mengerti apa yang ku maksud, mungkin sekarang semua orang sudah mengerti dan mengetahui satu masalah, yaitu, aku adalah Alwi yang ingin mereka bunuh!

Jinkang disamping bertepuk tangan sembari mengirim pesan teks diam-diam. Sepertinya dia takut sekelompok orang ini akan menghantam kami, karena melihat pasukannya tidak memadai , sehingga mereka dengan cepat pindah ke tempat penyelamatan.

Di dalam restoran, semua orang menatap kami dengan perasaan marah, ada orang yang bertanya, “Kamu adalah Alwi?”

Aku menganggukkan kepala, lalu berkata: “Kenapa? Tidak mengerti bahasa manusia? Apa perlu aku memperkenalkan diriku sekali lagi? Baiklah, kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi. Namaku ada Alwi, aku adalah pemimpin kota kita ini, orang yang bertanggung jawab atas arena ini dan juga orang yang menjadi penyelenggara dalam pertarungan ini.”

Mereka saling berpandang, aku menunjuk ke arah daging busuk di tanah, dan berkata: “Sekarang, dia sudah mati. Bagaimana dengan taruhan kalian tadi?”

Tidak ada yang bersuara untuk menjawab, aku tidak sabar dan menendang bangku di belakangku, lalu perlahan duduk dan Jinkang memukul bahuku. Aku mengeluarkan sebatang rokok, dan lanjut berbicara: “Apa maksud kalian tidak berbicara? Mau menyangkal hutang? Bisa bertaruh tapi tidak bisa mempertanggung jawabkan kekalahan?”

Selesai berbicara, aku menyeringai dan berkata kepada Jinkang: “Duh, mengapa kamu tidak memeriksa identitas dan karakter mereka terlebih dahulu sebelum memasukkan orang-orang yang suka menyangkal hutang dan tidak menguntungkan seperti mereka ini. Bahkan jika pemain kita menang dari mereka pun, aku tidak ingin mempertahankan mereka disini.”

Jinkang segera berkata: “Maaf, Tuan Alwi, ini adalah salahku. Awalnya aku berpikir orang-orang yang berani datang ke arena ini adalah para petaruh yang tak terkalahkan, tak diduga ternyata mereka tidak ada gunanya.. Ah, kalau saja aku tau dari awal, aku pasti akan langsung mengusir dan melarang mereka datang jika untuk membuat malu saja.”

Aku bernyanyi berirama dengan Jinkang, dan berhasil membuat amarah orang-orang itu semakin berkobar. Walaupun sebagian besar dari mereka tidak mengerti bahasa mandarin, tetapi ada juga beberapa yang memahaminya dan terus ada disana untuk mereka sebagai penerjemah, sehingga membuat orang-orang itu sangat marah, mereka menatap kami dengan mata-mata yang besar menyerupai lonceng, dan tidak sabar untuk segera datang dan merobek-robek kami.

Seorang pria jangkung berkulit putih keluar, dengan wajah marah menunjukku dan berkata: “Jangan menghina prajurit itu! Alwi, jangan pikir kalau kamu berhasil mengalahkan mereka, kamu bisa mengabaikan kami. Aku katakan padamu, mereka bukanlah yang paling kuat diantara kita. Mungkin kamu bisa saja memenangkannya, tetapi kamu tidak bisa memenangkan kami.”

Dia berbicara, menendang meja yang ada di hadapannya, lalu melambaikan tangannya padaku dan berkata: “Hari ini aku akan menunjukkan padamu bagaimana jagoan yang sesungguhnya! Orang kulit kuning seperti kalian tidak akan pernah memiliki fisik kami, dan tidak akan pernah bisa lebih hebat dari kami!”

Wajahku tenggelam dalam sekejap. Sebenarnya, sebelum aku membunuh orang itu barusan, apa yang ingin aku lakukan hanyalah membunuh satu orang itu saja dan menakut-nakuti sekelompok orang yang tidak berbicara itu, dan juga tidak bermaksud membuat masalah menjadi terlalu besar. Tetapi, sekarang orang ini dengan beraninya memandang rendah kelompok ras kuning, oh, aku benar-benar tidak mengerti mengapa orang bodoh dan rasis seperti dia bisa hidup di dunia ini.

Aku membiarkan Jinkang mundur, dan dengan santai berkata: “Baiklah, jika memang begitu, aku ingin lihat seberapa hebat kekuatanmu.”

Kesantaianku membuatnya merasa terhina, dia marah lalu berteriak dan bergegas ke arahku, aku mengulurkan tangan dan berkata: “Berhenti!”

Mendengar perkataanku, amarah orang asing itu seketika reda, tetapi yang lainnya malah kesal dan menatapku dengan sinis, dia mengertakkan giginya dan berkata: “Mengapa? Apakah kamu takut?”

Aku dengan santai menjawab: “Kami adalah ras yang sangat memperhatikan etiket, sehingga sebelum pertarungan dimulai, biasanya kami akan menyebutkan nama terlebih dahulu, ini adalah cara bermain yang adil.”

Dia terheran, lalu berkata dengan nada mencemooh, “Orang-orang lemah seperti kalian sangat senang menggunakan cara-cara yang tidak masuk akal. Baiklah, dengarkan, namaku adalah Jones.”

Aku dengan santai berkata: “Jones? Kamu cukup miskin ya.”

Dia sangat marah dibuat olehku, dan dengan marah berkata: “Cari mati! Rasakan pukulanku!”

Selesai berbicara, dia bergegas menghantam dan berlari ke arahku, aku terus berkata: “Tunggu sebentar!”

Tubuhnya sontak berhenti, para penonton yang awalnya khawatir, kembali menghela nafas, dan berteriak dengan kesal.

“Ada apa? Apakah lebih baik tidak bertarung?”

“Kalau penakut, jangan berpura-pura seperti itu!”

“Katakan saja langsung jika memang tidak berani, jangan selalu saja berteriak untuk meminta berhenti. Menyebalkan!”

Jinkang menatapku dengan sangat khawatir. Karakterku yang arogan membuatku sama sekali tidak memperdulikan perkataannya, aku dengan santai berkata: “Bukankah kalian yang mengatakan ingin bertaruh? Barusan kalian tidak memberiku uang. Oke anggap saja yang barusan adalah pertarungan persahabatan, sekarang adalah pertarungan yang kedua, dan aku tidak akan menerima kalau kalian tidak memberikanku uang lagi.”

Mendengar perkataanku, semua orang merasa malu dan hampir terjatuh. Jones pun terdiam, menatapku seperti tatapan orang miskin, dan dengan pelit berkata, “Kamu.. benar-benar membuat prajurit kami malu.”

Aku tersenyum dingin dan berkata: “Bagaimana aku bisa malu, kalian sendiri yang mencari taruhan ini, bagaimana? Jika takut kekalahan, maka jangan bertaruh. Aku katakan pada kalian, aku memandang rendah kalian.”

Jinkang kemudian mengeluarkan kartu banknya dan berkata: “Aku bertaruh, dan yakin Tuan Alwi akan menang!”

Setelah dia selesai berbicara, orang-orang yang tadinya tidak puas kepadaku mengambil semua uang tunai di dompet mereka dan berkata bahwa mereka akan bertaruh, dan dengan yakin Jones akan menang.

Aku meminta Jinkang untuk mengumpulkan uangnya terlebih dahulu, menghindari mereka akan berhutang. Rata-rata mereka sudah mengetahui karakterku, sehingga jika aku kembali mengatakannya, mereka sudah pasti tidak akan memperdulikannya. Mereka satu persatu menyerahkan uangnya kepada Jinkang dengan penuh semangat sehingga pertarunganku dan Jones dapat dimulai lebih cepat.

Ketika uang sudah ditangan, aku pun berkata datar: “Hal yang seharusnya dilakukan sudah aku lakukan, sekarang, mulailah.”

Jones menatapku penuh amarah dan ketidak puasan dan berujar dingin, “Tak peduli seberapa Panjang kamu mengulur waktu, hari ini, kamu akan mati!”

Ternyata barang membuatku barusan seolah-olah ketakutan, dan sedang mengulur-ulur waktu, kalau begitu biarkan saja dia tetap salah paham.

Dia berlari untuk menyerangku, dan aku tetap diam tak bergerak, menunggu sampai dia dekat denganku, baru aku membuka mulut, tangan dan kakinya bergerak dan setelah itu menyerang dengan agresif yang pada akhirnya ditepis. Ini karena aku sebelumnya sudah menyuruhnya untuk berhenti, dia sudah tertipu dan percaya bahwa aku takut denganya. Ketika aku membuka mulut bahkan aku belum bersuara, dia tetap dengan otomatis ingin menghentikan langkahnya.Sedangkan perang ini yang awalnya sangat menguras tenaga dan melelahkan. Dengan kata lain kemampuanya sudah tidak selihai dulu, ditambah lagi setelah dihajar olehku, sekarang dia hanya bisa bergerak dan tak bertenaga.

Aku bergerak cepat, dia sudah menyadari bahwa dia telah dibodohi, dan menyumpahi aku beberapa saat, dan pada saat bersamaan juga berusaha melindungi dirinya sendiri. Aku sudah tidak peduli dengan Gerakan pelindunganya, dan aku mengangkat kaki mengarahkanya ke jantungnya, dia yang awalnya akan menahan Gerakan kakiku, tetapi karena tenagaku terlalu kuat, tangan lemahnya hanya memegang kakiku bahkan tidak menyentuh ujung celanaku, dan bahkan sudah aku tendang jauh tanganya. Aku bahkan tidak berhenti sama sekali dan semakin mengarahkan kaki-ku kearahnya, satu kaki menginjak leher, lehernya yang rapuh sudah ku injak tanpa ampun, tetapi dia tidak menronta, dan bernapas tersenggal-senggal.

Pada detik ini, seluruh orang yang ada direstoran terdiam.

Diatas tubuhnya aku menepuk-nepukan tanganku dan berkata: “Kamu masih mengira aku hanya mengulur waktu, tetapi kamu tidak tahu, aku hanya membiarkanmu hidup beberapa menit lagi.”

Untuk hal ini, aku melirik sekumpulan orang yang menonton. Pada saat ini mereka sudah tidak arogan. Mereka menatapku dengan pandangan ketakutan, pada saat pandangan mata mereka bertemu denganku mereka langsung berpaling.

Aku berkata: “Selanjutnya siapa? Ayo mari bertaruh.”

Jinkang meminta satu kotak kepada Bos, uang yang tadi diterima semua dimasukan ke kotak tersebut, lalu berkata: “Sini sini sini, ayo bertaruh!”

Aku ingin tertawa, mengapa perkataan ini seolah sangat familiar?

Tidak ada yang bergerak.

Semua orang memandang Jinkang, dan memegang erat dompet mereka.

Aku duduk disana, berteriak: “Bos, antarkan satu tahu telur, satu Aloevera milk, satu porsi ayam pot, satu Lobster Mala, satu tumis tomat telur, satu porsi Kuah Sapi Ala Xihu, dan dua mangkok nasi.”

Setelah mengatakan hal itu, aku mengarah ke Jinkang dan melambaikan tangan, agar dia ikut duduk, Bos menerima pesananku dan menyuruhku menunggu sebentar lalu memerintahkan koki untuk memasakannya.

Masakan restoran ini sungguh enak, orang yang memasak adalah orang Chinese, dan sudah lama tinggal di Thailand, siapa yang sangka dia sudah ditendang oleh invincible Empire, tetapi bos sangat baik, yang hanya membuka restoran sendiri tanpa memperdulikan apa yang terjadi diluar sana, dan hany melakukan yang terbaik, ditambah lagi dalam beberapa tahun ini bisnisnya juga berjalan dengan lancar, hanya saja terkadang dia bisa berdiri diluar restoran dan termenung menghadap ke arah China, ingin rasanya bertanya padanya, apakah ada penyesalan yang tertinggal ketika meninggalkan kampung halamannya.

Bos langsung menghidangkan beberapa hidangan pembuka yang gratis, dan aku memesan satu pitcher bir padanya, lalu mulai minum sembari mengobrol dengan Jinkang. Dan orang orang itu masih berdiri disana, dan tidak ada yang berani bergerak, dan menunggu sampai ketika aku tidak menyadarinya, mereka mengangkat mayatnya satu per satu dan berlari keluar dari pintu belakang restoran.

Aku mengangkat sumpit, dan semua orang berhenti, dan aku bertanya dengan nada datar: “Tidak mau bertarung lagi?”

Mereka memandang satu sama lain, dan mukanya memerah, walaupun aku akan bersikap arogan kembali, mereka tidak akan berani macam-macam denganku. Aku rasa ini karena begitu aku datang mereka langsung menyaksikan kehebatan kemampuanku, dan kedua orang yang aku bunuh adalah yang terkuat dari mereka. Orang yang begitu hebat walaupun aku hanya menggunakan sedikit trik dan belum menunjukan semua kemampuanku, tapi juga tidak seharusnya membunuh orang semudah itu,jadi mereka tidak berani menantangku, jika iya pun mereka hanya bunuh diri mereka saja.

Jinkang kembali berkata: “Yang Mulia Kak Alwi, semua orang ini takut padamu.”

Aku berdeham, dan berkata dengan nada datar: “Kalau kalian sudah tidak mau berkelahi lagi, cepat pergi lah, beritahu semua orang di Invincible Empire, belakangan lebih baik jujur padaku, siapa yang sudah membunuh petarungku, lebih baik keluar sekarang, jika tidak, kalian hitung sudah berapa orangku yang mati, aku ingin kalian membayarnya 10 kali lipat! Lalu, dan satu lagi, lusa, underground boxing arena kami akan membuka tantangan. Tiap hari akan ada 2 tantangan, dan di setiap tantangan akan mengeluarkan 10 orang, tetapi peraturan berubah.”

Setelah beberapa saat, aku meminum birku, dan menghisap rokokku, pada saat mereka memandang dengan takut aku berkata: “Peraturan dulu itu jika kalian menang, maka arena kami akan menjadi hak kalian, sekarang berubah, kalian hanya bisa menang atau mati!”

Mendengar perkataan ini, ada yang berkata: “Kamu tidak memiliki hak untuk membunuh kamu, kami punya hak hidup.”

Aku berkata datar: “Siapa yang bilang kalian tidak bernyawa? Disamping itu, petarung dalam arena tersebut juga sering dihadapkan dengan hidup atau mati, jika kalian berani maka tetap tinggal disini, jika tidak berani pulanglah, jangan mempermalukan diri kamu sendiri!”

Setelah mengatakan itu, melihat mereka masih berdiri disana aku mengerutkan wajah dan berkata: “ENYAH!”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu