Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1079 Jangan Berharap Lagi...

Aku harus mengakui kalau aku khawatir dengan kesehatan Ficky Chen, hal ini membuatnya cukup tertekan, dia tersenyum pahit dan berkata dia tahu.

Melihat dia yang sangat menyesal, aku memalingkan wajah, dan tidak lagi menatapnya, aku khawatir kalau aku memandangnya lebih lama, hatiku akan melunak.

Setelah selesai makan, Ficky Chen bertanya dengan khawatir: "Alwi, apa rencanamu selanjutnya?"

Aku berkata dengan santai: "Apa hubungannya denganmu?"

Dia melirikku dan berkata: "Kakek tahu kalau kamu membenciku, ya sudah abaikan saja, aku hanya ingin mengingatkanmu kalau Jay telah melarikan diri dan kamu tidak lagi berada di Invincible Empire, aku takut dia akan menghubungi orang-orang di Invincible Empire dan membongkar identitasmu, kalau sampai hal itu terjadi, akan berbahaya bagi kamu untuk pergi ke Invincible Empire, kamu harus merencanakan langkahmu yang selanjutnya."

Ficky Chen adalah orang tua, dia memiliki pemikiran yang lebih dalam dibandingan denganku, aku tidak pernah berpikir kalau Jay akan menghubungi Invincible Empire, dan juga, daerah sana juga sudah berada dalam kekuasaanku, tapi beberapa Daerah Misterius tidak bisa masuki sembarangan, jadi di sana bukan daerah yang bisa aku atur, saat memikirkannya, aku merasa agak khawatir.

Aku berkata: "Aku mengerti."

Aku bergumam sebentar, lalu aku melihat orang tua itu, dia terlihat seperti tidak punya tenaga sama sekali, aku berkata: "Kamu memberiku ide baru, sebagai gantinya, aku akan memberitahumu apa yang aku rencanakan selanjutnya. Aku berencana untuk pergi pada sore hari dan menjemput mayat adik perempuanku lalu kembali ke Nanjin, dan mengubur dia, kemudian kembali ke Invincible Empire, dan memikirkan rencana untuk membuat orang-orang di Invincible Empire menyerah kepada Huaxia. Jika saat itu Jay belum tertangkap, aku Aku pergi ke luar negeri untuk menangkapnya secara langsung, dan setelah menangkapnya, aku akan membantu Ayah untuk membereskan masalahnya."

Setelah diam sebentar, aku bertanya: "Oh iya, hari itu saat kamu ditinggalkan sendiri, apa yang kalian bicarakan?"

Ficky Chen berkata: "Tidak ada yang dibicarakan, hanya bertanya padaku tentang bagaimana pendapatku dalam masalah ini, dan bertanya bagaimana cara mengurus Govy."

Aku bergumam dalam hati lalu bertanya: "Apa yang kamu katakan?"

Ficky Chen berkata: "Kamu tenang saja, Govy bukan hanya muridku, tapi juga adalah saudaramu, dan yang lebih penting lagi, dia adalah orang yang baik dan berbakat, dan juga sangat berambisi dan hebat, jadi baik dari luar maupun dalam, aku akan melindunginya, tapi pengaruhku sudah tidak sekuat dulu lagi, meskipun dia adalah orang yang sangat baik, dan sangat menghargai identitasku, tapi tidak banyak yang bisa dia lakukan."

Saat mendengar kata-kata Ficky Chen, aku merasa lebih tenang, aku berkata: "Aku tahu, aku akan bekerja keras. Selain itu, karena orang itu menanyakan pendapatmu,aku rasa dia tidak ingin mempermalukan Kak Govy, karena kamu pasti akan membela Kak Govy, tidak mungkin dia tidak tahu, jika identitasnya terkuak, dia pastiakan repot menjelaskannnya kepada orang-orang, dan juga sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghabisi Keluarga Su, banyak orang yang ingin mencari kesempatan untuk merusak masa depan Kak Govy, jika dia ingin menjaga Kak Govy, dia harus mencari orang lain dan menjadikannya sebagai alasan."

Ficky Chen mengangguk dan berkata: "Kamu benar, Alwi, kalau kamu bisa melihat hal ini, maka aku tidak perlu khawatir tentang kerugian lagi saat kamu berurusan dengan orang-orang itu di masa depan."

Aku mendengar seperti ada nada mengejek dan berkata: "Aku tidak berencana berurusan dengan orang-orang itu sejak awal, jadi kenapa aku harus dirugikan?"

Lucu, aku adalah orang yang berkuasa di dunia bawah tanah, bagaimana mungkin aku mengambil jalur hukum?

Kakek menatapku dengan penuh arti dan berkata: "Siapa yang bisa memprediksi masa depan?"

Aku berkata dengan santai: "Aku benci orang-orang ini, bukan hanya karena mereka sangat licik, suka berpura-pura baik, sama sekali tidak berperasaan, dan juga karena aku sangat membenci kehidupan yang terkekang seperti itu."

Ficky Chen mengerutkan kening, dan berkata dengan muram: "Alwi, kamu berada di posisi yang penting, kamu harus memikul tanggung jawab yang besar, dan kamu adalah orang yang memiliki kemampuan hebat, kamu tidak bisa terus melangkah di jalan yang sangat rumit."

Apa dia sedang meremehkan kemampuanku saat ini? Aku mendengus dan tertawa: "Apa kamu pikir aku tidak mampu, dan akan membuatmu malu? Kamu tenang saja, selama kamu tidak mengatakannya, tidak akan ada yang tahu kalau kamu adalah Kakekku, meskipun aku adalah orang yang tidak berguna, aku tetap tidak akan mempermalukanmu."

Mendengar hal ini, Ficky Chen menatapku pasrah, dan terdiam beberapa saat.

Saat ini, cairan infusnya sudah akan habis, aku khawatir kalau kami berbicara lagi, kami berdua akan bertengkar, aku benar-benar takut membuatnya marah, jadi aku mengalihkan topik pembicaraan dan berkata: "Aku akan membantumu melepas jarum infus."

"Baiklah."

Aku membantu Ficky Chen melepaskan jarum, dan membereskan kotak makan, lalu berkata: "Tubuhmu masih lemah, supaya Ibu tidak khawatir, kamu harus pindah untuk tinggal bersamaku dalam beberapa hari, setelah kejadian itu, Ibu terus menyalahkan dirinya sendiri."

Setelah diam beberapa saat, aku berkata: "Ibuku adalah orang yang baik, kalau kamu menggantinya dengan wanita lain, aku akan membencimu."

Ficky Chen berkata dengan lembut: "Ibumu memang wanita yang baik."

"Bagus kalau kamu tahu." Kataku, aku lalu berjongkok dan berkata: "Naik, kamu belum sehat sepenuhnya, jalanmu sangat pelan, mebuang-buang waktuku."

Ficky Chen tidak mengatakan apa-apa, dia dengan patuh naik ke punggungku, aku lalu menggengdongnya keluar dari rumah sakit, dan kami berangkat ke rumah Paman.

Saat ini, Ibu sudah selesai makan, dan sedang duduk mengobrol, saat dia melihatku menggendong Ficky Chen, Ibu langsung berdiri dan bertanya dengan khawatir: "Ayah, kamu kenapa?"

Ficky Chen tersenyum dan berkata: "Orang sudah tua dan memiliki banyak penyakit, kadang-kadang aku pilek dan demam, tadi aku tidak bisa bangun di tempat tidur, untungnya, Alwi datang menemuiku, kalau tidak, aku rasa aku akan berbaring di kasur dan tidak sadarkan diri."

Ibu dengan cepat membantu Ficky Chen untuk duduk dan berkata dengan cemas: "Tubuhmu selama ini selalu kuat, seberapa parah penyakitmu sampai kamu tidak bisa bangun dari kasur? Apa kamu sudah pergike rumah sakit? Apa kamu sudah memeriksanya? Apa yang dikatakan dokter? Apa kamu sudah tidak ada masalah lagi? "

Ficky Chen menggelengkan kepalanya dan berkata: "Kamu tenang saja, kalau tidak percaya, tanya saja pada Alwi."

Aku menyerahkan kotak makan kepada pelayan dan berkata: "Iya, Kakek tidak mengidap penyakit yang serius, tadi dia sudah diinfus, dan suhu tubuhnya juga sudah turun, kalau tidak percaya kamu mencoba pegang dahinya, dia sudah tidak panas lagi."

Ibu mengangkat tangannya untuk mengukur suhu dahi Ficky Chen, setelah yakin kalau Kakek tidak apa-apa, Ibu baru tenang, kemudian dia menuangkan secangkir air hangat untuk Kakek, dan berkata: "Kalau kamu demam dan pilek, minum lebih banyak air hangat, Ayah, cepat minum ini."

Ficky Chen mengangguk, wajahnya terlihat puas.

Kakek(pihak ibu) lalu berkata: "Tuan Chen, kenapa kamu tidak mengabariku saat kamu sakit? Kamu tinggal sendirian, bagaiman kalau muncul masalah? Orang tua ini, kenapa kamu sangat kaku? Biarku beri tahu, jangan tinggal di sana lagi, sebaiknya, beberapa hari ini kamu tinggal denganku saja di tempat George Wei."

Paman melirikku, dan aku berkata dengan ringan: "Kakek(pihak ibu) dan aku memiliki pemikiran yang sama, maksudku juga begitu, jadi aku membawa Kakek ke sini, Paman, aku minta tolong untuk lebih memperhatikan Kakek dan Kakek(pihak ibu)."

Paman berkata dengan santai: "Bukan masalah, kamu terlalu sungkan padaku, lagipula, aku hanya menjaga Ayahku sendiri, untuk apa kamu meminta tolong? Apa aku terlihat sangat buruk di matamu?"

Setelah dia selesai berbicara, semua orang tertawa, aku dengan sibuk berkata: "Eh, aku salah berbicara, aku akan memukul wajahku."

Paman dengan buru-buru mengatakan: "Ahh, tolong maafkan aku, kalau kamu memukul wajahmu, aku pasti akan dimarahi oleh orang-orang di sini, semua orang yang duduk di sini,tidak ada satupun yang tidak memihak padamu, padahal ini adalah rumahku."

Semua orang tertawa lagi, aku juga tertawa, pemikiran tenatng Paman yang sangat serius langsung menghilang, kemampuan seperti apa yang dimiliki Bibi sampai bisa membuat Paman sangat bersemangat?

Aku melihat sekeliling dan bertanya: "Bagaimana dengan Cecilia dan Aiko?"

Jessi dengan lembut berkata: "Cecilia sedang tidur siang, dan Aiko sedang menjaganya di kamar."

"Oh."Kkataku, "Anak itu pasti mengantuk."

Jessi mengelus rambutku pelan, lalu tersenyum dan bertanya: "Bukankah kamu mau kembali ke Nanjin untuk mengubur adik perempuanmu? Kapan kamu akan berangkat?"

Aku berkata: "Nanti sore aku akan berangkat."

Jessi berkata: "Kalau begitu kamu naik dan temani Cecilia, dari tadi dia terus mengakatan ingin bermain denganmu, kalau dia bangun dan tahu kamu sudah pergi lagi, dia pasti akan sangat sedih, kan?"

Aku menatapnya, aku tahu kenapa dia menyuruhku naik, bukan hanya aku untuk menemani Cecilia saja, tapi juga memberiku kesempatan untuk berbicara berdua dengan Aiko, aku mengangguk, dan berterima kasih padanya karena dia sangat pengertian, dengan lembut aku memegang tangannya, dan mencium tangannya, lalu berkata: "Kalau begitu aku akan naik, tunggu aku turun."

Wajah Jessi terlihat merah, dan air matanya mengalir, dia lalu tersenyum dan berkata: "Pergilah."

Pamanku berdecak lalu berkata: "Menunjukkan kasih sayang di depan umum, apa kamu pernah memikirkan bagaimana perasaan orang tua yang kesepian di sini?"

Saat dia selesai berbicara, Kakek(pihak ibu) mengetuk kepalanya dengan keras, dan berkata: "Bocah ini, bukannya kamu juga bahagia setiap hari? Apa menaggpak aku dan Tuan Chen itu sebagai‘orang yang terbuang’, apa kamu sengaja menyinggung aku dan Tuan Chen? Apa kamu sedang menertawakan kami? Atau kamu ingin aku mencarikanmu seorang ibu tiri? Biarku beri tahu, jika itu masalahnya, Ibumu mungkin akan kembali malam ini untuk membakar anaknya yang tidak berbakti ini!"

Setelah mendengar hal itu Paman bergidik dan berkata: "Ayah, kenapa kamu harus menakutiku?"

Aku tertawa, melihat Paman yang sedang diejek, aku merasa sangat senang.

Paman menendang kaki aku dengan kesal, lalu Kakek(pihak ibu) memukulnya lagi, aku lalu meninggalkan medan perang antara ayah dan anak itu dengan senang dan naik ke lantai dua.

Setelah aku menemukan kamar Aiko, aku membuka pintu dan berjalan masuk, Saat ini, Aiko sedang berbaring di sisi tempat tidur, memegang kepalanya dan menatap lembut pada Cecilia yang sedang tertidur, aku sangat menyukai sifatnya yang keibuan, melihatnya, hatiku menghangat.

Melihat aku masuk, dia berkata dengan ringan: "Kenapa kamu di sini?"

Aku berkata: "Aku datang mencarimu."

Beberapa hari ini Aiko terlihat seperti mengabaikanku, sepertinya dalam hati dia merasa tidak senang, dan saat mendengar ucapanku, dia mengerutkan alisnya dan berkata dengan ringan: "Untuk apa kamu mencariku?"

Aku berjalan lalu duduk di sebelahnya, dan berkata dengan serius: "Aiko, aku ingin berbicara denganmu secara serius."

“Apa yang harus dibicarakan?” Dia bertanya dengan terus terang.

Aku menatap matanya dan berkata: "Aku ingin berbicara denganmu tentang masa depan kita."

Aiko sedikit bingung dan bergumam: "Masa depan kita?"

Aku mengangguk dengan serius dan berkata: "Ya, ini tentang masa depan kita. Aku rasa kamu sudah tahu keputusan dan sikap Jessi, bahkan, aku akan memperlakukannya sebagai kekasihku di masa depan,tapi, aku juga masih sangat serakah karena tetap menginginkanmu..."

Aiko duduk perlahan lalu menatapku dan berkata: "Alwi, jangan berbicara lagi, aku tahu apa maksudmu. Tapi, aku tidak butuh simpati dan belas kasihanmu, dan aku tidak butuh Jessi untuk memohon padaku, aku tidak bisa bersamamu lagi, kamu harus tahu, meskipun aku tidak mengatakannya, tapi aku tidak pernah menghilangkan dendamku padamu, aku adalah putri ayah aku, jadi aku tidak akan pernah menerima Keluarga Chen, dan menerima kamu."

Hatiku terasa sakit, aku memandangnya dan berkata: "Masalah itu sudah berakhir, kenapa kamu masih memendamnya dalam hati? Semua hutang Ayahku, aku akan membayarnya dalam kehidupan ini, dan kalau belum habis dalam kehidupan ini, aku akan membayarnya lagi di kehidupan selanjutnya sampai kamu memaafkanku."

Aiko menurunkan tatapannya dan tidak menatap mataku, dia berkata: "Jangan naïf, kalau saja Ayahmu meninggal saat itu, apa kamu masih akan berkata begitu?"

Apa lagi yang bisa aku katakan, dia lalu berbaring, memejamkan matanya, dan berkata dengan ringan: "Jangan membuang-buang napasmu lagi, aku tidak bisa berjanji padamu, lagipula..., kita tidak bisa mengubah masa lalu, kita tidak bisa mengubah kesalahan itu, dan juga, Alwi, kamu harus merasa puas, kamu sudah memiliki mereka, dan kamu seharusnya tidak mengharapkanku lagi..."

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu