Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 968 Mencintainya Tetapi Tidak Bisa

Setelah memasuki lift, aku berbalik dan melihat Aiko membelakangiku, seolah-olah dia tidak bermaksud untuk masuk bersamaku. Pada saat pintu akan tertutup, aku bergegas keluar, aku menggepalkan tinjuku, dan meraih tangannya, dia berbalik perlahan, aku berkata: "Ayo kita pergi untuk melihat putri kita."

Aiko terus menatapku seperti itu, dia membiarkanku menariknya ke dalam lift. Setelah pintu lift tetutup, aku menatap Aiko, tidak tahu apakah karena tadi lepas kendali, dia merasa sedikit malu, atau karena ia marah karena aku terus menyembunyikan sesuatu darinya, dia terus membuang muka dan menolak untuk menghadapku.

Aku bertanya kepadanya: "Bagaimana kamu tahu bahwa aku ... bahwa itu adalah aku?"

Aiko melirikku, dan terlihat kembali rasa keterasingan yang sebelumnya dia tunjukan juga padaku, dia berkata: "Cecilia yang mengatakannya."

Aku tersenyum pahit dan berkata: "Aku tahu bahwa menyuruh anak kecil untuk menjaga rahasia adalah suatu hal yang salah."

Aiko sedikit mengernyit dan ia tiba-tiba bertanya dengan marah: "Apakah kamu begitu takut aku mengetahuinya? Kamu takut aku akan mengganggumu, jadi kamu tidak berani memberi tahuku?"

Aku bergegas berkata: "Kamu sudah salah paham padaku, aku hanya takut kamu akan khawatir. Lagi pula, aku sekarang seperti ini, keadaan ini ... semakin banyak orang yang mengenalku, semakin banyak orang yang akan mengkhawatirkanku, aku tidak ingin kalian khawatir, jadi aku pikir aku akan memberi tahu kalian setelah semuanya selesai, aku benar-benar bukan takut kamu mengganguku atau apa pun, aku sangat memahami siapa kamu. "

Aiko menatapku dengan seksama, setelah beberapa saat ia menghela napas, dan berkata: "Cecilia bukan sengaja mengatakannya. Beberapa hari terakhir ini, aku melihatnya terlihat sangat bahagia, tampaknya ia menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya. Dia masih kecil, jadi begitu aku menanyakannya ia langsung mengatakannya, dia bilang kata ayah dia akan segera kembali. "

Aku tidak menyangka Cecilia akan begitu bahagia setelah video call denganku, ia bahagia sampai membuat Aiko menyadarinya, seharusnya aku harus bilang dia ini terlalu mencintai ayahnya yang tidak kompeten ini, atau karena hatinya terhubung dengan Aiko.

Aku berkata: "Kamu benar-benar ibu yang baik, jadi kamu dapat dengan mudahnya menyadari emosi anakmu."

Ketika aku menyebutkan tentang Cecilia, ekspresi Aiko menjadi jauh lebih lembut, kedua matanya penuh dengan cinta. Dia berkata: "Tidak ada ibu yang tidak bisa merasakan perubahan anaknya, hanya saja aku tidak pernah menyangka dia yang masih kecil seperti itu, setelah kamu mengubah wajahmu, ia tetap masih bisa mengenalimu. Pada saat itu, aku pikir dia salah mengenali orang, dan berpikir kamu kebetulan menyukai anak-anak, jadi kamu memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi aku tidak tahu bahwa kalian berdua sebenarnya tidak berakting. "

Aku tersenyum pahit dan berkata: "Maaf, aku berbohong kepadamu waktu itu. Aku benar-benar takut kamu akan mengenaliku jadi aku tidak berani mengatakannya. Aiko, aku harap kamu jangan salah paham padaku..."

Aiko tertawa kecil, matanya penuh dengan ejekan dan dia bertanya balik: "Memangnya kenapa jika aku salah paham padamu? Aku ... juga tidak begitu penting bukan."

Hatiku terasa sakit. Jika itu diletakkan pada masa lalu, dia tidak akan mengatakan itu kepadaku, tetapi sekarang dia telah berubah, aku tidak tahu apakah 'kematian' ku yang kedua kali yang membuatnya berubah atau bukan, bagaimanapun, setelah seseorang mengalami dua kali pukulan seperti itu, pemikiran mereka akan berbeda.

Aku menatap Aiko dan berkata dengan serius: "Bagiku, kamu selamanya akan menjadi keluargaku dan ibu dari putri kesayanganku."

Aiko menyipitkan matanya, ia menatapku dengan tatapan ejekan dan berkata: "Kamu memiliki lebih banyak anggota keluarga."

Setelah mengatakannya, dia membuka lift dan berjalan keluar. Aku melihat bagian belakangnya yang langsing, aku merasa sedikit tidak berdaya dan merasa sedikit bersalah, bahkan aku merasa sedikit takut, aku takut dia akan tiba-tiba memberitahuku apa yang dia inginkan, dan mungkin itu adalah sesuatu yang tidak bisa aku berikan kepadanya.

Pada saat ini, Aiko, yang berjalan di depan, tampaknya ia tahu apa yang sedang aku pikirkan. Dia perlahan-lahan memalingkan wajahnya dan berkata dengan acuh tak acuh: "Jangan khawatir, aku sebelumnya tidak berpikir ingin bersama denganmu, sekarang juga tidak akan, bahkan kelak pun juga tidak akan, bahkan jika aku ... "

Dia tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi aku seperti bisa menebaknya, aku berjalan perlahan keluar, Aiko tersenyum pahit dan berkata: "Meskipun di antara kita sudah ada belenggu, tetapi aku tidak akan pernah melupakan kamu dan aku dihubungkan oleh apa."

Aku tidak akan pernah melupakan kamu dan aku dihubungi oleh apa.

Kalimat ini seperti batu besar yang jatuh dari langit, menghancurkan semua kekhawatiranku menjadi bertubi-tubi, tetapi hatiku malah tidak merasa lega, sebaliknya malah menjadi lebih berat, aku berkata: "Aku pikir kamu akan melepaskan hal itu, aku tidak menyangka ... "

Aiko tersenyum pahit dan berkata: "Dendam karena kematian ayahku sangatlah dalam, bagaimana aku bisa melupakan itu?"

"Apakah kamu ingin anak kita tahu bahwa kakeknya dibunuh oleh kakeknya sendiri ketika dia dewasa?"

Aiko menghentikan langkahnya dan berkata dengan dingin: "Aku pikir kamu telah salah paham akan suatu hal, yaitu, meskipun aku membiarkan Cecilia menganggapmu sebagai ayahnya, dan ibumu sebagai neneknya, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan ayahmu. Aku harap kamu dapat memahami hal ini, dan aku tidak akan pernah menyebutkan tentang masalah leluhur kepadanya. Jika kamu benar-benar mencintainya, aku harap kamu dapat memikirkannya, dan jangan mengatakan hal-hal ini padanya. Aku tidak ingin dendam generasi kita dan generasi sebelumnya menodai dunianya yang polos. "

Aku masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi teringat setiap kali kami menyebutkan topik ini, hubungan kami akan selalu turun sampai ke titik beku, aku tidak ingin mengatakan hal-hal ini lagi, aku mengangguk, seolah-olah aku setuju dengannya, karena aku sama sepertinya, tidak berharap dunia Cecilia sama seperti dunia kami yang penuh dengan kotoran dan darah.

Kemudian, Aiko berjalan di depan dan aku berjalan di belakang, kami pergi ke ruang latihan Darren. Begitu Aiko masuk, Cecilia langsung menyambutnya, ia membuka kedua tangannya, dan berkata dengan manja: "Ibu peluk."

Darren berkata dengan hormat: "Bibi Aiko."

Aku berdiri di pintu, aku melihat Aiko membungkuk dan memeluk Cecilia, Cecilia mengikat rambutnya menjadi dua bundelan kecil dan ia mengenakan cheongsam yang sama dengan Aiko, pakaiannya berwarna merah, ia terlihat seperti dewi kecil yang turun dari langit, dan matanya tidak sebulat seperti ketika dia masih kecil, matanya perlahan menjadi lebih sipit, seperti mata ibunya yang menawan.

Aku perlahan berjalan masuk, ketika Darren melihatku, ia berjalan mendekatiku dan berteriak dengan gembira: "Paman Alwi, kamu sudah kembali?"

Setelah dia mengatakan itu, dia datang padaku dan berkata dengan cemas: "Apakah paman terluka? Apakah paman baik-baik saja?"

Aku menggelengkan kepala, dan menyentuh kepalanya yang kecil itu, aku berkata sambil tersenyum: "Jangan khawatir, paman baik-baik saja, bocah bodoh, mengapa kamu sudah kembali, kamu telah mengabaikan kebaikan pamanmu ini."

Darren berkata dengan sangat keras kepala: "Aku tahu paman ingin kami tinggal di Huaxia demi keselamatan kami, tetapi aku sudah besar, aku sudah bisa melindungi ibuku dan membantu paman Alwi. Paman Alwi biarkan aku tinggal di sisimu. "

Aku menatapnya, dia masih belum berusia 12 tahun, meskipun dia lebih dewasa dan stabil daripada teman-teman seumurannya, tetapi bagaimanapun dia hanya anak-anak, apa yang bisa ia bantu? Aku menggelengkan kepala dan ingin menolaknya, tetapi dia memegangi tanganku dan tidak melepaskannya, dia berkata: "Jika paman tidak percaya, aku dan ibuku akan pindah dari sini, dan kami akan kembali ke kota asal kami."

Aku measa sedikit tertekan dan mengerutkan keningku, aku berkata dengan sedih: "Bocah tengik, kapan kamu belajar mengancam orang lain?"

Wajah Darren memerah dan ia tidak mengatakan apa-apa. Sepasang matanya tersirat kekeraskepalaan. Aku menghela napas dan berkata: "Kalian sudah kembali, bagaimana aku bisa mengusir kalian? Sudahlah, turun sana, ibumu sudah selesai memasak, pergi cuci tangan dan makan. "

Darren mengangguk, ia melihat ke Aiko, dan berkata: "Bibi Aiko, kalau begitu aku turun dulu. Nanti bibi dan adik kecil turun juga, ibuku sudah memasak banyak makanan hari ini, bibi harus mencicipi masakannya."

Aiko tersenyum padanya dan berkata: "Oke."

Setelah Darren pergi, aku melihat ke Cecilia, aku baru sadar dia sudah tertidur. Tidak heran sejak aku masuk, aku tidak mendengar dia mengatakan apa pun lagi kecuali "Ibu peluk".

Aiko berkata dengan ringan: "Biasanya ketika dia mengantuk, dia akan begitu, meletakkan kepalanya dan langsung tertidur, terutama dipelukanku."

Aku tersenyum, aku berjalan mendekatinya dan menatap Cecilia dengan penuh kasih sayang, aku mengulurkan tangan dan menusuk-nusuh pipinya, dia bahkan tidak mengerutkan keningnya sedikitpun, mungkin dia sudah tertidur pulas. Aku tersenyum sedikit dan berkata: "Dia tertidur dengan sangat lelap. "

"Perjalanannya terlalu melelahkan." Ujar Aiko dengan ringan, dia mendongak dan menatapku, lalu bertanya: “Apakah kamu ingin memeluknya?”

Aku menatapnya dan berkata dengan ragu: "Bolehkah?"

Dia berkata dengan ringan: "Perkataanmu ini bisa sangat mudah membuat orang lain salah paham padaku, seolah-olah aku melarang seorang ayah untuk mendekati putrinya."

Aku bergegas berkata maksudku bukan itu, kemudian aku mengambil Cecilia dari pelukan Aiko dengan berhati-hati, dan berkata dengan lembut: "Sayang, ayah sudah pulang."

Cecilia mencibirkan mulutnya, tangan kecilnya yang gemuk itu meraih kerahku dengan erat, dan ia membenamkan wajahnya di pelukanku, keterikatannya itu membuatku merasa senang, aku pikir, mungkin dia dalam mimpi sudah tahu bahwa ayahnya sudah datang, dan ayahnya memeluknya.

Aku berkata: "Aku akan menjaganya di sini, kamu pergi makan saja."

Aiko menggelengkan kepalanya dan berkata: "Kamu sekarang sedang terluka, dan kamu seharusnya berbaring di kamar. Sini, berikan Cecilia padaku, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya."

Apakah dia sedang mengkhawatirkan aku?

Aku menatap Aiko, dan menyerahkan Cecilia kepadanya, aku berkata dengan lembut: "Aku baik-baik saja."

Tatapan mata Aiko mengenai mataku, dia menurunkan kelopak matanya, menyampingkan wajahnya, dan berkata dengan ringan: "Aku bukan sedang mengkhawatirkanmu, hanya saja wajahmu terlihat pucat, jangan sampai kamu mengejutkannya ketika dia terbangun."

Aku tahu dia sedang berbohong, tetapi aku tidak membongkarnya, aku mendengarkan perkataannya dengan patuh dan berkata: "Baiklah kalau begitu ... tetapi, kamu dan Cecilia ingin tinggal di kamar mana, dan kalian berencana tinggal di sini berasa lama?"

Aiko berkata dengan ringan: "Aku tahu kamu takut kami tinggal di sini dan diketahui oleh orang-orang yang berniat buruk, jadi aku tidak berencana untuk tinggal terlalu lama, besok malam aku akan membawa Cecilia pergi bersamaku."

Aku menatap ke Cecilia yang berada di pelukannya, aku merasa tidak rela, dengan tidak mudahnya aku bisa bertemu dengannya, tetapi dia sudah mau pergi lagi dalam sekejap mata. Perasaan ini benar-benar terasa lebih sakit daripada ditusuk pisau, aku merasa sepertinya selama beberapa tahun ini, aku selalu harus berpisah dengan orang-orang yang aku sayangi, kemudian reunian, berpisah, reunian lagi, tetapi waktu berpisah selalu begitu lama, waktu untuk reunian selalu sangat singkat, dan aku malah tidak dapat mengubah keadaannya, aku hanya bisa membiarkan Tuhan mempermainkanku sesukanya seperti ini dan membuat lelucon yang selalu saja membuatku sedih.

Aku berkata: "Besok aku akan berusaha untuk tidak keluar. Lagi pula, aku sedang terluka, dan aku ada alasan untuk tidak keluar ... Aku akan tinggal di rumah untuk menemani kalian berdua."

Aiko mengangguk dan berkata: "Baiklah."

"Letakkan Cecilia di sisiku, dan kamu pergi makan sana." Aku menepuk tempat tidur di sampingku sambil tersenyum, melihatnya ragu-ragu, aku berkata: "Apakah kamu takut dia akan tiba-tiba bangun dan merepotkanku? Tidak perlu khawatir, dia tertidur dengan sangat lelap, tampaknya dia tidak akan bangun untuk sementara waktu ini, dan bahkan jika dia bangun, aku akan menemaninya bermain, itu tidak akan bermasalah dengan cederaku. "

Setelah mendengar ini, Aiko terpaksa menempatkan Cecilia di sisiku. Aku memeluk Cecilia dan dia secara otomatis berguling ke arahku. Aku melihat ke Aiko dan berkata: "Kamu pergi makan sana."

Aiko berkata dengan ringan: "Aku akan membawakanmu sedikit makan."

Setelah mengatakannya dia berbalik dan berjalan pergi, aku melihat bagian belakangnya, hatiku terasa hangat, aku tahu jelas aku tidak boleh menginginkan kelembutannya, tetapi ketika dia mengkhawatirkanku, aku masih saja akan merasa bahagia.

Aku ini memang benar-benar bajingan ...

Aku menggelengkan kepalaku, aku tidak ingin memikirkannya lagi, aku memegangi tangan Cecilia yang putih, lembut, dan gemuk itu, aku bergumam sendiri, setelah beberapa saat, Aiko datang dengan membawakanku makanan, dia meletakkan makanannya di atas tempat tidur, aku menggeser Cecilia ke dalam dan berkata kepada Aiko: "Terima kasih, Aiko, kamu pergi makan sana."

Aiko bertanya: "Apakah kamu benar-benar tidak membutuhkan bantuanku?"

Aku tersenyum dan berkata: "Tidak perlu."

Matanya sedikit menjadi muram, dia mengangguk dan berkata: "Baiklah, kalau begitu aku akan turun, panggil aku jika kamu membutuhkan sesuatu."

Aku menyaksikan Aiko pergi dengan sedikit kecewa, hatiku langsung merasa sedikit sedih. Mungkin karena sudah terlalu lama tidak bertemu dengannya, aku merasa sepertinya aku tidak bisa memahaminya lagi, aku merasa dia ingin dekat denganku, tetapi selalu mengasingkanku, perasaan ini sepertinya sama seperti yang dia rasakan tentang sikapku padanya.

Mungkin, kami berdua saling menahan satu sama lain, karena aku tidak bisa mengecewakan Jessi, dan dia tidak bisa melupakan dendam ayahnya yang terbunuh, mungkin, kami sudah ditakdirkan untuk tidak memiliki akhiran seperti itu ...

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu