Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 303 Aku Ingin Membantumu

Aku mengatakan bahwa suatu hari nanti aku menginginkan nyawa Chandra dan melaporkan penghinaan atas kebencian terhadap ayahku, setelah selesai berbicara, aku melepaskan tanganku dan tidak ada lagi tangan yang menopang tubuh Chandra, seketika itu dia jatuh terguling di tanah dengan beberapa kali putaran sampai akhirnya terbaring disana dan tidak lagi bergerak, kelihatannya dia jatuh pingsan akibat terguling dan jatuh.

Aku terengah-engah sambil mengelap pisau tajamku sampai bersih dan mengubahnya kembali menjadi sebuah cincin biasa, mengusapnya dengan lembut seakan-akan tidak ingin berpisah darinya, sama seperti ketika aku membelai wajah Jessi. Aku tidak tahu keberadaannya sekarang, apakah dia aman? Jika dia tahu aku menyelesaikan masalah ini menggunakan cara yang sedemikian kasar, apakah dia merasa bahwa aku telah salah berbuat?

Manusia ketika dalam keadaan yang semakin membuatnya lemah lunglai, mereka malah semakin merindukan orang yang ada didalam hatinya.

Aku menarik napas panjang dan mengembalikan pikiranku semula, mengambil selembar kertas yang diberikan oleh Mondy, menyeka bekas darah yang menempel di wajahku dan berkata: “Kalian telah bekerja keras.”

Sejak dari awal aku sudah tau bahwa Mondy dan teman-temannya akan datang menyelamatkanku, bisa juga dikatakan sejak aku dijebak dan dipenjarakan saat itu, aku yakin pasti mereka akan berjaga disekitar pusat penahanan, karena tugas utama mereka adalah melindungiku. Dan saat aku menyuruh kepala penjara menyiapkan mobil, juga bukan karena ingin kabur menggunakan mobil mereka, aku hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk membocorkan sebuah informasi kepada Mondy yang kemudian membuatku aku terkena masalah, ini semua demi membiarkan mereka bersiap-siap untuk menyelamatkanku.

Fakta telah membuktikan, aku tidak meremehkan kemampuan Mondy dan teman-temannya, oleh karena satu pertanda mereka bisa memastikan bahwa aku dalam masalah, dan dengan sigap segera menentukan rencana penyelamatan, keakuratan mereka telah memenuhi syarat yang dinamai ‘pasukan elit’.

Mondy kali ini bertanya padaku apakah cederaku serius? Aku menggelengkan kepala berkata itu tidak masalah, sebenarnya, tubuhku sudah lama membentuk kekebalan terhadap cedera ini, meskipun terkadang masih terasa sakit, tapi sudah sejak awal aku tidak berani menggerakkannya, dan sampai sekarang aku sudah bisa memegang pistol dengan stabil.

Setelah berpikir sampai disini, aku merasa kalau aku sudah banyak berubah, tidak peduli daya tahan tubuhku ataupun sifat lapang dada dari hatiku, aku merasa diriku seperti dicambuk orang dari belakang yang kemudian dengan cepat bertumbuh dewasa, melewati tingkat kedewasaan seperti ini membuat diriku pun terkejut, tapi saat melihat pertumbuhanku sendiri, selain merasa bahagia,aku juga merasa sedikit sedih.

Mondy berkata padaku: “Alwi, sebelum aku datang menyelamatkanmu aku telah menghubungi Wolf Wang, dia telah mengatur suatu tempat tersembunyi untuk kami, kamu ikutlah dengan kami untuk merawat lukamu dulu.”

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, mengumpulkan kembali semangatku dan tiba-tiba aku teringat satu hal, dan dengan segera aku memasukkan tanganku kedalam kantong celana, dari celana dalam dua lapis itu aku mendapatkan handphoneku, saat aku mengeluarkan handphoneku aku terkejut dan baru sadar bahwa saudara laki-laki Mondy lainnya sedang menatapku, saudara laki-lakinya tidak terlalu peduli dengan hal ini, akan tetapi Mondy adalah seorang perempuan, perbuatan barusan yang telah kulakukan dihadapannya sangatlah tidak sopan, seketika aku canggung untuk melihatnya sekilas dan sekarang wajahnya terkejut melihatku, aku tertawa terkikik dan berkata: “Demi menghindari pemeriksaan badan, aku sering menyimpan handphoneku di celana dalam dua lapis itu, cara ini sangatlah efektif, mungkin lain kali kamu bisa mencobanya?”

Muka tidak serius Mondy yang jarang berubah menjadi kemerahan pun berkata: “Kamu tidak perlu menjelaskan kepadaku sedetail itu. Oh satu lagi, apakah kamu tidak merasa bahwa menyuruh seorang perempuan menyimpan handphonenya dengan cara seperti itu adalah sebuah tindakan yang kurang bersahaja?”

Mendengar perkataan seperti ini membuatku semakin canggung dan terus menerus meminta maaf padanya.

Mondy menatapku tidak tahu harus berbuat apalagi dan berkata: “Kamu sebenarnya masih seperti kanak-kanak.”

Aku menggosok-gosok hidungku, berpikir bahwa sialnya aku hampir berkepala tiga, jika dibilang masih seperti kanak-kanak, tidakkah aku berubah menjadi pria yang bertingkah seperti bayi? Sembari berpikir aku sembari menekan tombol telepon segera menelepon Wolf Wang. Teleponku dengan cepat tersambung, aku berkata: “Paman Wang, di penjara ada tahanan yang bernama ‘anjing’, dia telah dicekik mati oleh Chandra si penjahat curang itu, tapi sebelum dia mati mereka pasti membicarakan percakapan penting, percakapan ini direkam dari dalam celana miliknya. Aku pikir Chandra belum mengetahui hal ini, dan dengan cepat meminta pihak keluarganya untuk segera mengambil mayatnya, pada saat itulah suruhlah orang-orangmu bagaimanapun caranya untuk mendapatkan rekaman tersebut.”

Wolf Wang menjawabku: “Kamu tenanglah, paman Wang pasti akan membantumu membereskan dengan baik masalah ini, dua hari ini kamu tinggalah sementara di rumah yang kusiapkan dan jangan keluar, tunggu kami selesai berdiskusi tentang strategi baru mengabarimu lagi.”

Aku berkata baiklah, lalu bertanya padanya apakah Aiko berada bersamanya? Dia menyuruhku untuk menununggu sesaat dan dengan cepat telepon itu sudah berpindah ke tangan Aiko yang berbicara dengan nada khawatir, katanya: “Alwi, apakah kamu terluka?”

Aku samar-samar berkata: “Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir, dua hari ini pasti akan ada orang yang mengikutimu, demi mencegahnya, kamu tidak boleh menemuiku dulu, dan satu lagi, suruhlah Nody dan Dony Yun pulang ke Nanjin, sejak musuhku sudah berulah terhadapku, kemungkinan besar aku memakai kesempatan ini untuk tidak berulah dengan Sulistio, aku takut dia tidak bisa membayarnya seorang diri.”

Kata Aiko kepadaku: “Mereka berdua telah pulang ke Nanjin.”

Aku terkejut dan bertanya padanya: “Musuh sudah bergerak?”

Aiko “mengiyakan” pertanyaanku, menyuruhku untuk tidak khawatir, musuh belum sempat berbuat sesuatu, Dony Yun dan mereka semua sudah berhasil pulang, karena disaat mereka tepat pulang, musuh juga tidak memberikan kerugian apapun.

Mendengar hal ini aku langsung lega, aku rasa Dony Yun dan Nody pasti sudah menebak hal ini, makanya mereka tergesa-gesa untuk kembali pulang, aku sangat bersyukur mempunyai saudara laki-laki sepintar mereka untuk membantuku, kalau tidak aku pasti telah dihabisi oleh Salim.

Aku bertanya apakah dia mendapatkan informasi tentang Martin? Dia bilang bahwa tidak ada informasi apapun, Wolf Wang sudah melacak informasi tentang Martin, tapi anehnya di Beijing pun juga tidak terdengar informasi tentang dia, katanya dia sendiri juga tidak pergi kesana, tapi seharusnya malam itu dia sudah sampai.

Mendengar hal ini, kekhawatiran dalam hatiku semakin banyak, sebelumnya aku pun juga terus menebak-nebak, sejak Salim berulah denganku, apakah dia sudah bisa melihat ‘kamuflase’ ku dan Martin, tahu bahwa aku dan dia telah berkoalisi, memanfaatkan keadaan ketika dia tidak berada di Yancheng lalu menyingkirkannya?

Aiko tidak mendengarku berbicara lagi, kemudian bertanya apakah aku sangat khawatir?

Dengan suara rendah aku berkata: “Bagaimana aku tidak khawatir? Aku sekarang mulai mencurigai, Chris bersedia untuk membantu Salim, karena Salim berjanji padanya untuk membantu menghapus semua bukti dari tanganku, dan dia mungkin sudah bisa menebak bahwa Martin pergi ke Beijing bukan untuk berdinas, tapi dengan sendirinya melaporkan bukti itu, jadi dia ingin menghancurkan semua bukti itu, kecuali mencari hubungan yang bisa memperkuat rekaman itu dan juga menyingkirkan semua saksi mata, Martin termasuk dalam saksi mata itu, juga dua kekasih Chris itu.”

Jika situasinya seperti yang aku pikirkan ini, maka aku bisa memahami semua mengapa Chris bersedia dipenjarakan dan membantu Salim, itu karena dia sendiri tahu bahwa sejak semua bukti telah terbongkar, dia pasti tidak bisa menghindari keputusan akhir hukuman matinya, bahkan penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan swasta juga tidak bisa menyelamatkan nyawanya, maka dia memilih untuk bekerjasama dengan Salim.

Selama ada kehidupan, disitu juga ada harapan, orang seperti Chris, asalkan dia dengan orang yang tepat, asalkan dia bisa bertahan hidup, akan ada hari dimana ada pembalasan dendam, kasus seperti ini di jaman sekarang juga tidak sedikit.

Melihat seperti ini, Martin sudah pasti berada dalam bahaya besar.

Aku sembari memikirkan hal ini, sembari mempertimbangkan bagaiman cara menemukan Martin, Aiko tiba-tiba berkata: “Aku tau, kamu tenanglah, asalkan Martin masih hidup, aku pasti akan membantumu membawa dia kembali.”

Mendengar hal ini, hatiku mendadak ada sedikit kekhawatiran, aku bertanya: “Kak, apa yang hendak kamu lakukan? Kamu tidak perlu mengurus semua hal ini, bersantailah dirumah paman Wang, tunggu aku pulang kembali, mengerti?”

Aiko samar-samar berkata: “Kamu tenanglah, aku tidak akan terkena masalah.”

Aku masih ingin berkata sesuatu, tapi Aiko kemudian menjawab dengan suara rendah: “Alwi, aku ingin membantumu.”

Satu kalimat itu, menghambat semua kata-kata yang ingin aku ucapkan, mendadak aku benar-benar tidak tau bagaimana harus memberi jawab, aku mengerti, ketika seorang wanita ingin membantu pria kesayangannya melakukan sesuatu, siapapun juga tidak akan bisa menghentikannya.

Satupun dari kami tidak ada yang angkat bicara, tapi dalam hati kami saling mengerti, ini adalah cara kami menghadapi satu sama lain dalam diam, kalau aku menang, dia akan dengan patuh tinggal diam, jika aku kalah, aku tidak bisa menghalangi dia.

Setelah terdiam cukup lama, aku menyalakan sebatang rokok, menahannya di mulutku, dengan sedikit lesu berkata: “Apakah kamu bisa menjamin dirimu aman dan baik-baik saja?”

Aiko berkata: “Bisa.”

Aku pun berkata padanya: “Kamu harus kembali ke sisiku dengan baik-baik saja.”

Aiko tertawa, dia terdengar sangat senang, aku berpikir jika saat ini dia berada didepanku, mungkin aku sudah mengelus ringan hidungnya yang mungil dan berkata: “Kak, maafkan aku, sampai sekarang aku masih memintamu menghadapi bahaya untuk membantuku.”

Aiko dengan ringan ‘mengiyakan’ kata-kataku, mengatakan bahwa aku salah, dia memang suka perasaan dimana saat-saat aku membutuhkannya, sepertinya hanya dengan cara ini, dia menemukan arti untuk selalu berada di sisiku. Mendengar perkataan ini, aku tidak dapat mengelak lagi, aku tau bagaimanapun aku berbuat baik padanya, bahkan sampai memberinya alam semesta ini, dia sangat paham akan satu hal, yaitu orang nomor satu yang ada di hatiku bukanlah dirinya, hanya bukan karena dirinya, maka cintanya sangat lemah, bahkan disaat dia bangga akan dirinya, harusnya dia tidak perlu selemah ini.

Setelah mengakhiri telepon, aku mengambil handphoneku, hatiku penuh dengan perasaan bersalah. Aku memandang kosong pemandangan diluar jendela, pada titik ini mobil kami sudah dibawah penutup mobil yang sama persis dengan kami, bahkan dengan pelat lisensi yang sama, melaju di jalan utama, masuk ke sebuah jalan kecil, melewati beberapa kali belokan, akhirnya mobil kami berhenti di depan sebuah bangunan bobrok dan tidak layak untuk dipandang mata.

Kami semua turun dari mobil, dari dalam bangunan itu tampaklah seorang bapak tua berjalan keluar, bapak tua itu dengan rasa hormat memanggilku “Tuan Alwi”, kemudian kami masuk ke dalam kamar, dia menerima kunci mobil Mondy dan menyerahkan kunci itu kepada seorang pemuda, lalu menyuruh pemuda itu untuk menyetir mobilnya menjauhi kami.

Aku melihat-lihat sekeliling, bangunan ini dari luar terlihat sangat bobrok dan tidak layak huni, tapi dekorasi didalamnya sangat mewah, meskipun penginapan ini tidak besar, tapi penginapan ini dirawat dengan sangat baik dan indah, ada taman bunga, juga ada kolam yang memang tidak cukup besar, dan ketika memasuki ruang tamunya, dekorasi gaya baru yang elegan dan tidak hilang dari gaya tren saat ini, dan ada juga seorang bibi yang tengah bersih-bersih.

Bapak tua itu berkata: “Tuan Alwi, namaku Richard, dan ini adalah istriku Gwen, kami berdua bertanggung jawab untuk membereskan rumah ini, dan juga membantu anda mencuci baju dan memasak untuk anda, kamar di lantai atas sudah selesai dibereskan, apakah sekarang kalian mau pergi melihatnya?”

Aku menganggukkan kepalaku dan berkata: “Paman Richard, Bibi Gwen, kalian tidak perlu sungkan padaku, panggil saja aku Alwi.”

Bapak tua itu tersenyum dan berkata baiklah, aku meminta dia memasakkanku sedikit cemilan malam, lalu berkata kepada Mondy dan yang lainnya bahwa aku ada di kamar untuk memikirkan sesuatu hal, menyuruh mereka agar tidak ada satupun yang menggangguku.

Selesai berbicara aku segera naik ke lantai atas, mencari sembarang kamar dan masuk, seusai mandi aku langsung berbaring diatas tempat tidur dan mulai memikirkan suatu hal, dua hari ini hal-hal yang baru saja terjadi dengan mudahnya membuatku tidak sanggup untuk menghadapinya satu per satu, aku harus menimbang-nimbang dengan teliti baru mendapatkan kesempatan untuk memutar balikkan keadaan.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu