Cinta Dibawah Sinar Rembulan - bab 123 terburu membuatnya berkembang

Membaca pesan ini, hatiku seketika tenggelam dasar jurang.

Jessi diculik? Tapi, dia begitu hebat, bagaimana mungkin di culik?

Tidak peduli alasannya apa, aku sekarang harus memastikan informasi ini asli atau palsu, kalau benar, aku harus pergi menyelamatkan dia.

Aku langsung membalas pesan tersebut, bertanya padanya bagaimana cara dia membuktikkan kalau dia tidak sedang menipuku?

Setelah menunggu sejenak, dari pihak sana mengirimiku sebuah foto, didalam foto, wajah jessi sangat pucat, pipinya ada merah yang menunjukkan sakit, dilihat saja sudah tahu kalau keadaannya sangat tidak baik.

Aku tidak pernah melihat keadaan jessi yang seperti ini, diingatanku dia selalu ceria dan tenang, seperti dia melihat masalah selalu tenang, selalu merasa ada kemenangan di tangannya, tapi sekarang, aku melihat penampilannya sangat kasihan, membuat hatiku merasa sangat sakit.

Saat dulu berpisah, kita sudah sepakat akan bertemu lagi, sejak dari itu, aku selalu berharap bisa berdiri di puncak Nanjing, dengan bangga bertemu dengannya, lalu pergi ke dunia dia berada. Siapa yang bisa menyangka, dia menggunakan cara ini untuk memaksa masuk ke duniaku.

Melihat wajahnya yang kesakitan, walaupun wajahnya menampilkan keadaannya tidak baik, tapi dia masih tetap terlihat cantik. Aku melihat foto begitu lama, menarik nafas dalam-dalam, membalas pesan pada nomor asing ini, menanyakan dia dimana? Dan bilanng asalkan dia tidak menyakiti jessi, mau menyuruhku melakukan apapun boleh.

Dari pihak sana dengan cepat mengirimiku sebuah alamat, dan mengingatkanku jangan lapor polisi, bilang kalau tidak dia akan langsung menghabisi semua.

Aku menyetujuinya, lalu bersiap memanggil taksi pergi kesana. Sambil menunggu taksi datang, si toba meneleponku, menanyakan aku dimana, apa ada masalah? Aku bilang tidak ada masalah, menanyakan padanyak klub sebenarnya ada apa? Dia dengan marah mengatakan dia dibohongi, lalu mengatakan dengan jujur semua masalah yang ada.

Rupanya, saat aku meninggalkan bar entrance setengah jam yang lalu, si toba mendapatkan kabar tentang claura, menyuruhnya membawa beberapa orang untuk menyelamatkanku, dan memberikan foto aku diculik, foto itu difoto di pabrik tua yang sudah ditutup, didalam foto, aku dikelilingi oleh 30 orang, claura juga mengatakan, dia ingin mengakhiri ini semua denganku, menyuruh si toba membawa beberapa orang untuk bertanding dengan beberapa orangnya, kalau menang, kedepannya tidak akan mencari masalah denganku.

Hati si toba untuk menyelamatkanku sangat terburu-buru, di setiap tempat meninggalkan 4 orang, dan mengajak semua sisanya untuk pergi ke pabrik bekas untuk menyelamatkanku, sedangkan di pabrik itu memang banyak orang yang menunggu dia, dengan begitu, dia dengan saudara lainnya berjuang melawan sekelompok orang, akhirnya dengan usaha yang tidak mudah dia memasuki pabrik, dan baru naydar ternyata orang yang diculik bukanlah aku.

Berbicara sampai disini, si toba menggertakkan gigi dan berkataa: “claura terlalu kejam, dia agar aku tidak menyadari masalahnya, dia menutupi wajah orang yang berpura-pura menyamarkan aku, dengan begitu, aku tidak dapat mengetahui apakah orang itu kamu atau bukan, karena baju kalian, dan postur tubuh kalian hampir sama.”

Aku sudah menduga dari awal si toba akan kena jebakan claura yang menyuruhnya untuk meninggalkan pos jaga, jadi tidak begitu terkejut, Cuma mengatakan dengan sedikit bersalah: “si toba, bro, maaf, kalau bukan karena aku yang terlalu berambisius, pasti tidak akan merepotkanmu, sekarang, bar yang ditangan kita sudah diserang, aku tidak tahu harus bagaimana....”

si toba melihat masalah sangat terbuka, dia bilang: “alwi, kamu jangan menyalahkan diri sendiri, kalau mau menyalahkan salahkan claura yang terlalu licik, konon katanya “asalkan masih hidup, masih ada masa depan dan harapan”, kamu tenang saja, masalah ini sebentar saja akan lewat, sampai saat itu, bisnis bar kita akan kembali lagi, sekarang, bisnis sepi yasudah sepi saja dulu, saudara yang lain tidak akan sampai mati kelaparan.

Seketika hatiku sangat sedih, aku tahu si toba sedang membujukku, bagaimanapun masalah ini berbeda dari masalah lainnya, dia membawakan bahaya untuk bar terlalu besar, dan tidak dapat diukur, dan lebih penting, kita baru saja sukses sebentar, malah tiba-tiba dipukul hingga jatuh ke dasar jurang kepercayaan para saudara yang lain akan terpukul.

si toba menanyakanku sekarang dimana, ada luka tidak? Aku menceritakan keadaanku, dia menggertakkan gigi dan berkata: “lebih baik suruh kakak aiko membunuhnya langsung, sampai saatnya ada perlindungan dari dony yun dan johan, kak aiko tidak akan ada masalah, wanita ini hidup, akan menjadi bom waktu yang kapanpun bisa meledak.”

Aku bilang: “tidak, kak aiko sudah melakukan untukku banyak hal, ada beberapa bahaya yang dia boleh melibatkan dia. kalau dia ada apa-apa, aku matipun akan merasa bersalah.”

Sejenak, aku bertanya padanya: “kamu sekarang dimana?”

si toba bilang dia baru dari kantor polisi, sekarang sedang bersama saudara yang lain membereskan bar entrace.

Aku menyuruhnya untuk meninggalkan masalah itu dulu, lalu bawa beberapa orang yang jago kesini, aku mau pergi ke suatu tempat. Selesai berbicara, aku memberi tahu alamatku, suruh mereka cepat datang.

Setelah menutup telepon, aku masuk ke satu toko terdekat, mencari tempat yang tersembunyi, tapi tempat yang tetap masih bisa melihat bagian luar, lalu diam-diam melihat ke arah rumah sakit, otakku berpikir tentang keadaan jessi.

Awalnya aku ingin pergi menyelamati jessi sendiri, tapi ucapan si toba mengingatkanku, orang yang memberiku pesan hanya mengirimkan foto saja, foto itu bisa saja diedit, tujuannya agar menarikku kesana. Sedangkan aku adalah orang yang banyak musuhnya, rupanya claura sudah mulai bergerak, musuh-musuhku juga pasti sudah bergerak, orang dibelakang yang menarikku kesana, mungkin saja musuhku.

Berpikir sampai disini, aku mengirimi si toba sebuah pesan, menyuruhnya membawa beberapa botol asam sulfat.

Selesai mengirimi pesan, aku melihat aiko yang terburu-buru keluar dari rumah sakit, dia melihat sekitar, saat ini mulai mengambil hp dan menelepon, lalu, hp ku berbunyi, aku dengan tenang mendengar nada dering ponselku, tapi tidak mengangkat. Nada dering di hp ku benar-benar serasi dengan perasaanku hari ini.

“Aku tidak ada hokki yang seperti itu, dia tidak ada alasan untuk mencintaiku, pahlawan dengan wanita cantik, itu satu negara, hanya menyalahkan terlalu sedikit mencintai orang, lawannya terlalu mudah, mengingatkan diri sendiri jangan bodoh....”

Aku juga tau, dibandingkan dengan dony yun, aku tidak ada apa-apanya, saat dia menggendongku rasanya begitu hangat, awalnya aku mengira dia menawan hanya saat dia membantu aku membunuh orang, ternyata dihari-hari biasa dia juga menawan atau apa karena bulan malam ini terlalu menawan, sehingga aku mengatakan kata-kata menyukainya, jelas-jelas....aku awalnya berniat untuk menyembunyikan niat ini.

Nada dering telpon ku akhirnya berhenti, aku bersender disana, melihat aiko masuk ke mobil, hatiku sangat sedih.

Saat itu, ponselku tiba-tiba menyala lagi, Cuma kal ini pesan masuk, aku melihat pesannya, hanya tertulis: “alwi, aku selama ini selalu menganggapmu sebagai adik kandungku, dan aku sangat menghargai perasaan kita berdua, kalau kejujuranku membuatmu sedih, aku minta maaf, aku harap besok, tidak terjadi apa-apa, dan lagi, saat kamu membutuhkanku, tidak peduli aku dimana, aku akan kembali kesampingmu.”

Pesan dikirim oleh “aiko”.

Hatiku seketika merasa kacau, aku sebenarnya merasa ditolak olehnya bukanlah hal yang memalukan, karena ini bukan diluar dugaanku, aku hanya tidak ingin membuatnya terlihat aku begitu kasihan, aku menunggu hingga sukses barulah kembali ke sampingnya.

Menekankan pikiran, menunggu si toba dan teman lainnya datang, aku langsung mengikuti alamat di pesan itu.

Setelah sampai, aku baru tahu tempat yang diajak oleh lawan adalah sebuah villa. Aku menyuruh si toba melihat dari luar villa jauh-jauh, lalu memidahkan no telpon ke toba, ini agar memudahkan menelepon dia saat dalam kondisi berbahaya.

Dengan begitu, aku membawa satu botol asam sulfat, dengan percaya diri berjalan menuju villa.

Baru tiba di depan pagar villa, pintu pelan-pelan terbuka, aku melihat, di pintu tidak ada orang, pos satpam juga kosong, rumput di villa sangat panjang dan tidak terurus, seluruh villa terlihat seperti rumah hantu. Aku merasa sedikit menyeramkan, tapi masih tetap memberanikan diri masuk kedalam.

Aku berjalan disepanjang halaman, pelan-pelan sampai di pintu depan villa, mengetok pntu dan berteriak: “ada orang tidak?”

Dari dalam ada seseorang yang membukakan pintu, seorang laki-laki yang mengenakan topeng duduk di atas sofa, walaupun aku tidak kelihatan matanya, tapi aku merasa dia sedang melihatku, aku berdiri di depan pintu tidak masuk, satu tangan dimasukkan kedalam kantong, dan bertanya: “jessi?”

Orang itu bilang: “kalau ini adalah jebakan yang aku atur, jessi tidak ada ditanganku, apa kamu menyesal datang kesini?”

Aku mengerutkan kening, dengan suara yang berat mengatakan: “tidak menyesal, walaupun ada kemungkinan yang sangat kecilpun, aku harus melihat dengan mataku sendiri apakah orang yang aku peduli benar-benar dalam bahaya.”

Saat mengatakan kata-kata ini, aku sudah menelepon si toba untuk meminta pertolongan.

Setelah menelepon, aku bertanya: “kalau boleh tahu kamu suruhan siapa?”

Orang itu bertanya aku berharap dia suruhan siapa? Aku bilang sama saja, semuanya adalah musuh.

Orang itu tiba-tiba tertawa, dan berkata: “tau musuhmu, dan tidak takut sama sekali, kamu benar-benar memiliki keberanian.”

Dia baru selesai bicara, di dalam kamar tiba-tiba terdengar sebuah suara, dia berkata: “paman lei, kamu jangan mengerjain alwi lagi.”

Suara ini, memang suara jessi!

Hatiku sedikit bahagia, dan berkata: “jessi?”

Orang itu tiba-tiba melepaskan topeng, ternyata paman Lei, dia adalah pria saat di pesta claura, yang di sanjung dan dihormati oleh banyak orang.

Paman lei langsung mengatakan padaku: “jangan cari lagi, nona muda tidak disini, dia ada di dalam video.”

Sambil berbicara, dia memindahkan tablet didepannya ke arahku, lalu aku melihat jessi di video itu, wajahnya sangat pucat, dan pipinya sangat merah.

Rupanya saat bertemu dengan paman lei, aku berpikir hanyalah tes sekali untukku, melihat jessi di dalam telepon, aku langsung terkejut.

“jessi, kamu kenapa?” aku segera bertanya.

Dia langsung menjawab: “alwi, waktuku sudah tidak banyak lagi, kali ini aku mau kamu cepat berkembang!

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu