Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 409 Tidak butuh uang, butuh nyawa

Sampai aku tersadar, seluruh tubuhku seperti terpisah, sangat sakit. Aku membuka mataku, merasa seluruh tubuhku dipenuhi dengan lumpur, awalnya tidak bisa menggerakkan pistol. Aku memandang sekeliling, sadar disini adalah sebuah tempat yang sangat tandus, jauh disana terdengar suara tembakan, aku memandang jauh disana, hanya melihat gunung berdiri diseberang sana, seharusnya itu adalah gunung lingyin.

Berpikir keadaan disaat aku pingsan, aku menebak aku dibawa arus air hingga kesini, mungkin air disini lebih dangkal, nyawaku lebih besar, rupanya aku hanya pingsan sejenak, tapi tidak mati. Aku mengelus punggungku, aku menyadari tas gunung dan senapan sniperku masih adam tapi hp di kantongku sudah hilang. Hp hilang, itu berarti tidak ada orang yang bisa melacak posisiku, aku berpikir mungkin ini alasan kenapa tidak ada orang yang mencariku.

Aku sekuat tenaga naik ke tepian, melepaskan jaket dan topeng, meletakkannya di tempat yang lebih tinggi, lalu mundur lebih jauh. Sekilas terlihat, seperti ada orang yang terbaring disana.

Semalam semua ini, aku mengecek biskuit di dalam tas, sambil makan sambil berjalan kedepan.

Jam tangan yang aku pakai anti air, jadi sampai sekarang masih bisa dipakai. Dilihat dari waktu, aku sudah pingsan dua jam, sedangkan dari gunung sana sampai sekarang masih terdengar suara tembakan, berpikir mungkin teddy chen dan alwi palsu masih bertempur dan belum damai, sedangkan aku tidak berencana untuk kembali.

Dalam sekali hembusan nafas aku sudah memakan 3 bongkah biskuit, meminum air di dalam botol, setelah mengembalikan tenaga, dengan cepat berjalan lewat jalan kecil.

Dijalan, aku sadar dijalan tidak ada orang sama sekali, di mana-mana ada polisi lalu lintas dan polisi yang sedang menjaga ketertiban , memeriksa orang yang lewat, aku bersembunyi di sebuah jalan kecil, melihat di bawah gunung berbaris mobil polisi, masih ada beberapa mobil militer, berpikir kejadian ini sangat besar, pemimpin Hangzhou mengirim polisi bersenjata dan polisi khusus, ingin menangkap “teroris”.

Pada saat ini, banyak polisi khusus sedang memegang senjata berjaga di sana, dan sekelompok orang berjongkok disana, di atas kepala membawa barang, terlihat adalah orang yang ditangkap. Aku teringat suara tembakan di atas gunung, berpikir pertarungan pribadi antara teddy chen dengan alwi palsu telah berakhir, sekarang suara tembakan, sepertinya itu adalah polisi khusus dan polisi bersenjata sedang menangkap penjahat.

Satu barid mobil ambulance terus berbunyi, tidak henti-hentinya ada korban yang terluka, kebanyakkan rakyat biasa, beberapa orang didalam sana, ada yang masih bisa diselamatkan, ada yang dibawa dengan yang sudah ditutupi kain putih. Melihat kejadian ini, aku dengan erat mengepalkan tanganku, mengigit gigi dan berpikir, jika teddy chen tidak mati, bagaimana aku bisa menghadapi orang-orang yang terluka karenaku, dan rakyat biasa yang kehilangan nyawa?

Hanya, teddy chen tidak boleh mati begitu mudah, itulah alasanku kenapa tidak membunuhnya saat diatas gunung. Jika dia sekarang mati, bagaimana dengan kak nody? Teringat dengan kak nody, aku teringat aiko yang bertempur bersamaku, tidak tahu bagaimana dia sekarang?

Saat ini aku sangat berharap bisa mengetahui kabar mereka, maka dari itu aku tidak menghabiskan waktu disini, dengan cepat pergi dari jalan kecil lainnya, sepanjang perjalanan, menghindari seluruh polisi pelacak, aku sampai disebuah bar. Di bar itu sangat berisik, seperti dunia luar yng tidak ada hubungannya dengan kepanikkan dan kekacauan.

Aku meletakkan pisau kecil di jariku, pelan-pelan berjalan memasuki bar, satpam langsung menuju ke arahku, menghalangiku masuk, aku dengan datar berkata: “Alasannya.”

Pihak lawan melihatku dengan sombong dan berkata: “kamu terlalu jelek, kalau masuk bisa menakuti pelanggan kami.”

Saat itu, aku melihat orang lain yang ingin menelepon, takut dia memanggil polisi, dengan cepat maju kedepan, dengan cepat bergerak, satu tinju melayang di wajahnya, aku melemparkan kepalanya ke tembok, kesadarannya belum kembali, aku sudah menusuknya dengan pisau kecil, dia terjatuh dengan pelan.

Aku membalikkan badan, orang yang sebelumnya menghalangiku kaget menatapku, melihatku menatap kearah mereka, langsung ingin berteriak, aku langsung menuju kesana, satu tinju melayang di perutnya. Saat itu, ada tamu yang keluar, satu tendangan membuatnya terhempas di rumput, aku menarik yang satunya lagi ke tembok dan berdiri, aku menarik pundak orang itu, berpura-pura seperti mengobrol dengannya.

Tamu yang kelaur tidak melihat ada yang aneh, melewati kami begitu saja, sampai orang-orang itu pergi, dengan cepat melepaskan bajunya, dan melepaskan bajuku yang basah, setelah berganti pakaian, aku mengambil dompet dan hpnya pergi.

Berjalan kedepan, sampai disebuah toko pakaian, aku membuka kunci, dan memilih ulang pakaian baru, topi, syal, topi puncak, kacamata hitam dan masker, setelah semuanya cocok, meletakkan uang di kasir, lalu mengunci pintu dan pergi.

Setelah ulang berdandan, aku sampai di sebuah ATM, setelah menutup pintu, memastikan sekeliling tidak ada orang akhirnya menelepon aiko. Hp dengan cepat tersambung, tidak menunggu aku berbicara, aiko bertanya dengan yakin: “Reino?”

Hatiku seketika merasa hangat, berpikir dia pasti menunggu kabar aku tidak apa-apa. Saat itu, semua kabar yang membuatku khawatir menghilang, dan terganti oleh perasaan yang bahagia, tidak dapat menahan nada suara berubah menjadi lembut dan berkata: “ini aku.”

Aiko bertanya: “kamu dimana?”

Aku berkata: “di sebuah ATM, lokasi pasti aku kurang jelas, aku kurang mengenal jalan disini.”

Suara Aiko merendah: “kamu tunggu, aku menyuruh orang untuk mengecek lokasimu, nanti pergi menjemputmu.”

Aku sangat ingin melihat mereka, tapi aku tidak bisa, karena aku tahu terlalu dekat dengan mereka, hanya membuat mereka tambah curiga padaku, aku tidak boleh terbongkar, maka dari itu au berkata: “tidak perlu, aku meneleponmu, hanya memastikan apa kamu ada pulang. Kalau kamu sudah pulang, tolong kamu sampaikan pada kak nody, kalau dia masih ingin hidup, bersembunyi. Jangan percaya pada Teddy chen, dan jangan percaya pada alwi.”

“bukankah kamu terlalu khawatir pada kami?” suara aiko merendah.

Aku tahu sekali curiga padaku, aku tidak akan dengan mudah lepas dari rasa curiga, dengan datar berkata: “aku ingin melewati alwi, memangnya ada cara lebih baik lagi dari meminta bantuan dari kalian?”

Aiko tidak berbicara, aku seketika mematikan telepon, lalu mematikan hp, dan pergi meninggalkan ATM, mencari satu hotel yang sangat jelek, memakai hotel untuk melindungi status sendiri dan membuka satu kamar. Membuka kamar, dikamar aku berendam air hangat, dan minum air hangat, setelah itu pergi tidur.

Keesokan paginya, aku pergi ke tempat yang lebih baik untuk sarapan saat itu, orang-orang yang mengenakan baju sangat menonjol sudah berkumpul makan disana. Aku memesan sarapan, dan mengambil tisue, berpura-pura terlihat santai. Kejadian kemarin malam terlalu heboh, tidak mungkin dengan cepat tenang, pasti akan ada berita.

Rupanya, seluruh koran dan berita mengabarkan kejadian kemarin malam, aku melihat sebentar, media masaa melaporkan kejadian ini diakibatkan dari dua geng bertarung di atas gunung, hanya di sana tidak menuliskan nama teddy chen dan alwi palsu, bukan hanya itu, 1000 kata dari berita, 800 kata menyebutkan betapa berani dan betapa hebatnya polisi bersenjata dan polisi khusus.

Dari awal aku tahu teedy chen dan alwi palsu tidak mungkin karena masalah ini mendapatkan kesulitan, terlihat dari berita hanya untuk mengabarkan sebuah kepastian, hanya memudahkan aku bertindak saja. Meletakkan koran, aku menaikkan telinga, mendengar beberapa orang sedang membahas masalah ini, mendengar sebentar, aku sadar tidak ada kabr yang berguna, bersiap untuk pergi, terdengar suara orang yang sangat kecil berbicara: “aih, Yusby, aku dengar dewimu siska yan itu ditahan? Ada apa?”

Siska yan? Hatiku tergerak, mendengar orang yang bernama yusby itu berbicara: “peh, sudah bergabung begitu lama, masih tidak memperhatikan cara bicara? Kalau teddy chen tahu kamu dibelakangnya masih bersama anaknya yang bernama “siska yan”, lihat bagaimana dia menghabisimu.”

Orang yang sebelumnya berbicara langsung berkata: “maaf, aku salah, aku salah, Cindy. Menurut kalian, kenapa cindy ditahan?”

“alasannya aku kurang jelas, tapi aku dengar dari ayahku, menyuruhku menjauh dari cindy, dia mengatakan kejadian semalam ada hubungannya dengan teddy chen, bisa saja teddy chen karena masalah ini mencari kambing hitam.....” yang bernama yusby itu sepertinya tahu lumayan banyak, ucapannya ini membuatku seketika tertarik pada kelanjutan kata-katanya.

Beberapa orang yang mendengar, seketika terkejut dan menarik napas terus menerus, orang yang sebelumnya berbicara dia mengecilkan suara dan berkata: “benarkah? kalau memang benar ada hubungan dengannya, masalah besar ini, kenapa dia tidak ada masalah sedikitpun?”

Yusby tidak rama berkata: “teddy chen di Hangzhou kita, seperti dewa tanah tidak ada bedanya, kamu berpikir meninggal beberapa orang biasa, dimatanya adalah hal yang besar? Sudahlah, janan katakan lagi, hati-hati ada yang menguping. Dan juga, aku sudah menganggap kalian sebagai saudara barulah memberitahu kalian masalah ini, jangan sampai terkena masalah, kalian akhir-akhir ini harus lincah sedikit, jangan berhubungan terlalu dekat dengan keluar chen.”

“sudah tahu. Cuma, sepertinya kamu sudah mau meninggalkan dewimu?”

Yusby tertawa sangat dingin dan berkata: “jika dia berguna untukku barulah dia dewiku, tidak ada guna, dewi apanya?”

Selesai berbicara, kelompok mereka tertawa terbahak-bahak.

Saat itu, aku melihat yusby berdiri, dan berkata: “aku sudah membuat janji dengan lili kepala fortune garden pergi ke Lijiang, bro, nanti ketemu lagi.”

Semuanya segera berteriak.

Aku melihat yusby pergi, pelan-pelan berdiri dari tempatku, tidak buru-buru dan lambat aku mengikutinya. Ini sebabnya kenapa aku memilih sarapan ditempat yang kaya, karena kau tahu banyak orang kaya yang makan disini, hanya aku benar-benar tidak menyangka, rupanya beruntung bisa menemuka orang yang sangat berguna untukku.

Aku mengikuti yusby sampai di samping mobilnya, seperti tidak ada masalah apapun melewati dia, dia tidak tahu sama sekali, membuka pintu dan duduk di tempat pengemudi, sedangkan saat dia ingin menutup pintu, dengan cepat tanganku menghalangi pintu, pisau di tangan yang terletak di sudut, dengan cepat mengarah kelehernya, seluruh tubuhnya kaget, aku dengan dingin berkata: “jangan bergerak, kalau tidak aku tidak yakin akan menggunakan pisau untuk memutuskan urat nadimu, atau menggunakan tangan memecahkan kepalamu.”

Yusbymendengar ucapanku, seketika gugup, menjilati bibirnya, dengan gugup bertanya: “kamu siapa? Apa yang kamu inginkan? Kamu mau uang? Kalau mau uang, aku ada banyak.

Aku dengan datar berkata: “aku tidak mau uang, yanng aku mau adalah nyawa, Cuma kamu tidak perlu khawatir, aku tidak menginginkan nyawamu.”

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu