Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 272 Kebiasaan itu Menakutkan

Setelah aku membicarakan masalah ini, hubunganku dengan keluarga Tanteku berakhir, tanpa berpikir, Tanteku langsung mengangguk. “Baik, lagipula kami juga tidak menginginkan saudara yang seperti dirimu.”

Sepertinya Tanteku sangat membenci diriku. Aku memandang wajahnya, meskipun sudah terbiasa dengan kata-kata dinginnya, tapi perasaanku masih saja sakit. Aku menyesap bibirku dan berkata, “Kak Mondy, siapkan kamar untuk mereka berdua.”

Tante dan Pamanku keluar bersama Mondy dari kantor. Setelah kepergian mereka, aku terduduk diatas sofa. Meskipun diriku mengatakan berakhir hubunganku dengan mereka, tapi aku hanya berharap menggunakan cara ini untuk melindungi mereka. Tapi bagaimana mereka mengetahui pikiran dalam hatiku? Didalam hati mereka, aku adalah orang terjahat di dunia ini.

Aiko memijat kepalaku pelan sambil berkata, “Alwi, kasih tahu kalau kamu tidak enak, jangan disimpan.”

Aku tertawa dan berkata, “Tidak kuat? Jika dibanding dengan kehilangan adik, rasa ini masih biasa saja. Aku masih bisa menahan rasa ini.”

Nody mereka keluar dari kamar dengan tenang, seketika hanya tersisa Aiko dan diriku didalam ruangan. Ia melepaskan tangannya lalu memelukku dari belakang dan menempelkan wajahnya ke wajahku. Rambut panjangnya tida sengaja menyentuh wajahku. Kulitnya yang lembut terasa enak diwajahku. Aku tidak tahan untuk merasakan wajahnya. Aku melihat matanya yang penuh kesakitan. Ia bilang, “Kamu benar-benar berubah, seperti pahlawan yang tidak takut dengan apapun.”

Aku hanya tertawa dan berkata, “Jika aku takut, bagaimana aku melindungi kalian semua? Lagipula, ada beberapa masalah, jika sudah pernah dilewati akan menjadi kebiasaan. Rasa sedih dan rasa sakit bukan lagi pisau, paling hanya membuatku sedikit kecewa.”

Aiko mengangguk dan berkata, “Benar. Kebiasaan itu memang hal yang menakutkan. Saat sudah terbiasa dengan dikhianati, kesakitan dan kekecewaan, orang sudah pasti bisa menerima semua masalah.”

Ia berkata dengan lembut sambil memegang wajahku, “Kalau begitu aku tenang...”

Melihat dirinya yang seperti ini, aku sedikit panik. Aku memegang tangannya dan berkata dengan lembut, “Kak...”

Aiko meninggalkan sebuah ciuman di dahiku. “Jangan berbicara, berbaringlah disana, aku akan memijatmu.”

Aku mengangguk, lalu berlari ke sofa untuk berbaring. Aiko memijatku, karena ia sangat mengetahui bagian tubuh orang. Aku merasa tubuh diriku menjadi santai setelah tangannya memijatku. Tanpa kuketahui, aku masuk dalam mimpi.

Didepan mataku muncul sebuah lapangan yang kosong dan terdengar suara rantai. Aku memandang kearah sana dan melihat seorang tersangka atas tahanan dua orang polisi, berjalan menuju ke depan. Wajahnya penuh dengan ketakutan, ia menangis didalam sana. Awalnya sekitar yang kosong, pelan-pelan dipenuhi oleh banyak orang. Aku melihat Bapak Eko yang membunuh babi, melihat Ibu Citra yang suka mencari laki-laki, melihat anak muda yang sering menggertakku, melihat guru sekolah dasarku...

Seluruh lapangan hijau itu dikelilingi oleh banyak orang yang kukenal, tetapi orang itu sama sekali tidak menaruh perhatian kepada tersangka, melainkan diriku. Mereka membicarakanku, mengomeili diriku tidak berhati, menyumpahi aku cepat mati. Aku sangat bingung, mengapa mereka harus mengomeliku? Siapakah tersangka itu?

Tiba-tiba, tersangka berlari kearahku. Ia berlutut dan menangis dihadapanku sambil memeluk kakiku. “Kak Alwi!”

Melihat orang yang sedang menangis ini, aku baru teringat bahwa ia ternyata adalah adik sepupuku yang suka berjudi, Lucas.

Aku memandangnya datar dan berkata, “Aku bukan lagi sepupumu. Hubunganku dengan keluargamu sudah berakhir.”

Lucas menangis dengan kencang, sedangkan entah kapan disampingnya ada Tanteku dan Pamanku. Mereka berdua berlutut di lantai sampai ke tanah sehingga dahinya berdarah. Mereka bermohon kepadaku untuk menolong Lucas. Tapi aku sudah memastikan niatku, bilang ini semua hasil perbuatan Lucas, aku tidak akan membantunya.

Lalu aku melihat Lucas langsung dibawa pergi oleh polisi. Ia memandangku dengan wajah seramnya. “Alwi, aku akan menghantuimu setelah aku mati.”

Setelah itu, aku langsung mendengar suara tembakan. Di dahi Lucas terdapat sebuah lubang dan ia terbaring tegak. Mulutnya seperti masih mengulangi kata itu. Sedangkan semua orang membuang ludah kearahku sambil menyumpahi diriku...

Aku segera terbangun dan mengeluarkan banyak keringat. Mataku langsung melihat sebuah kamar yang gelap. Disebrang sofa sana terdapat Aiko yang sedang tidur sambil menopang dagunya. Aku menghela nafasku, ternyata itu hanyalah sebuah mimpi, tapi mengapa aku bisa mimpi seperti itu?

Sambil berpikir, aku sambil berjalan ke depan jendela dan membukanya. Angin yang dingin langsung menerpa diriku, dikarenakan keringat dingin yang keluar dari tubuhku, aku menjadi lebih sadar.

Terlihat meskipun diriku bilang niatku kuat, tapi hatiku masih saja memikirkannya dan ingin menolong Lucas.

Aku menghela nafasku dan berjalan kedepan Aiko. Aku menggendong Aiko dan membawahnya ke sofa panjang. Aku mencium dahinya, lalu berbalik badan meninggalkan kantor dan turun ke lantai bawah. Tiba dibawah, disana ada Sulistio, Mondy, Dony dan Nody. Melihat aku turun, pandangan mereka langsung tertuju kepadaku.

Aku berkata, “Aku mau pergi bertemu Chris.”

“Sudah begitu malam?” tanya Sulistio dengan nada kaget. “Jam...segini, ia pasti sudah tidur.”

Aku menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak, malam ini ia tidak akan bisa tidur. Musuhnya sudah mati, ia pasti harus berpesta semalam, bagaimana mungkin tidur?”

Sulistio tidak berbicara, sedangkan Nody dan Dony berdiri sambil berkata, “Kita menemanimu pergi.”

Aku mengangguk dan memandang kearah Mondy. Ia bilang, “Aku akan menyuruh orang menyiapkan semuanya.”

Sulistio berkata, “Setahuku, Chris memiliki banyak rumah. Kak Alwi, apakah kita harus memeriksa keberadaanya?”

Aku menggelengkan kepala dan berkata, “Tidak perlu, aku sudah tahu dimana orang itu.”

Chris memiliki banyak rumah, selain rumah yang berada di daerah ramai, ia juga memiliki empat villa. Salah satu villanya berada di jalan Country Garden. Alamat Country Garden itu sangat susah ditemukan. Villa itu digunakan untuk merawat wanitanya. Meskipun malam ini ia sangat senang, tapi ia masih saja pemimpin kedua Nanjin. Pemimpin pertama saja baru mati, jika ketahuan orang lain ia langsung berpesta, ia akan dibicarakan oleh orang-orang, jadi ia akan menyari rumah yang agak jauh. Kalau berpesta, pasti harus ditemani oleh perempuan, jadi aku dapat memastikan ia berada di villa Country Garden.

Kita berempat dengan cepat tiba di Country Garden dan memberhentikan mobil di salah satu jalan Country Garden yang agak jauh. Dony dan Sulistio bertuga untuk mengawas, sedangkan aku dan Nody memegang dinding, lalu merusaki kamera pengawas dan tiba di villa Chris.

Villa Chris terdapat empat pengawal. Setelah kita menyelesaikan para pengawal ini, aku langsung masuk kedalam villa. Baru saja aku masuk, aku terdengar suara yang bahagia dari lantai dua. Nody berkata, “Tebakanmu memang benar.”

Kita berdua sambil mendengar dan aku bertanya, “Sepertinya ada suara dua orang wanita?”

Nody memegang dagunya, bilang ia juga mendengarnya. Terlihat Chris juga hebat bermain.

Aku bilang di negara ini, orang yang seperti Chris lebih hebat main dari siapapun.

Saat mereka berbicara, kita berdua diam-diam sudah tiba di luar kamar lantai dua. Agar tidak menganggu kegiatan mereka, aku menyuruh Nody untuk menunggu diluar kamar, sedangkan aku lompat dari balkon kamar sebelah ke kamar mereka berada. Saat ini tirai jendela kamar mereka sudah terbuka setengah, sehingga aku bisa melihat jelas Chris sedang bermain dengan seorang wanita, sedangkan wanita yang satu lagi sedang tertawa. Salah satu dari kedua wanita ini genit, satunya lagi terlihat mudah dan energik.

Aku mengeluarkan teleponku dan mengambil sebuah gambar. Seketika aku mendengar wanita yang lebih muda memanggil wanita tua dengan panggilan ‘Ibu’, teleponku hampir saja jatuh. Hebat sekali kedua orang itu.

Wanita yang dipanggil ‘Ibu’ itu tertawa dan menyuruh anaknya tunggu sebentar, bilang Chris sebentar lagi. Chris tertawa dan mempercepat kecepatannya. Saat Chris sudah hampir menuju puncaknya, aku mengetuk kencang jendelanya...

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu