Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 408 Berjuang bersama

Aiko tiba-tiba menolongku, lalu tiba-tiba mengambil senapan mengarahkan padaku, membuatku seketika merasa kaget dan gelisah, tidak tahu sebenarnya apa yang dia pikirkan. Sedangkan di dalam pertarungan, yang paling tabu adalah tertegun, karena pertarungan para ahli, kalah atau menang ditentukan di saat terakhir, sangat terlihat, di antara “pertarungan kami berdua, aku telah kalah.

Melihat aiko menarik pelatuknya, aku menutup mata, berpikir jika endingnya aku mati ditangannya, mungkin akhir seperti ini lumayan bagus.

Peluru melewati telingaku, meleset begitu saja, dibelakangku seketika terdengar suara “Push”, dengan cepat aku membuka mata, membalikkan wajah, hanya melihat pohon yang tidak jauh dariku, seseorang terjatuh disana, darah yang mengalir dari otaknya terus mengalir keluar, terlihat orang itu sudah meninggal.

Hatiku tertegun, baru tahu aiko sedang menyelamatkanku, seketika merasa sangat bahagia, aku membalikkan wajah melihat kearah aiko, melihat dia melompat kebawah dengan cepat, sebuah peluru melewati atas kepalanya, hatiku terjatuh, aku tahu sekarang bukan saatnya untuk berpikir sembarangan, seketika aku mengumpulkan kembali konsentrasiku, bersiap dengan baik.

Beberapa peluru berurut melewati atas kepalaku, aku mendengar suara claura dari balik headset, dia menanyakanku dimana, menyuruhku untuk mundur.

Aku berkata dengan dingin: “lindungi alwi dengan baik, tidak perlu pedulikan aku!”

“suamiku.....”

Tidak menunggu claura selesai berbicara, aku langsung mematikan headset. Tadi peristiwa ini tiba-tiba terjadi, reaksi claura pertama kali bukan menuju padaku, sedangkan menuju pada alwi palsu, ini berarti apa? Ini berarti dimatanya, alwi paslu dimatanya lebih penting dibandingkan aku suaminya, aku tidak merasa dia menyukai alwi palsu, tapi ada satu hal yang tidak dapat diragukan lagi, dia dibandingkan aku, lebih mementingkan tugas, dia mengerti pentingnya posisi alwi palsu bagi ricardo song dan yang lain, posisinya untuk seluruh rencana, oleh sebab itu reaksi pertama adalah melindungi alwi palsu.

Aku tidak marah karena masalah ini, tapi aku sengaja mengeluarkan reaksi marahku, kalau tidak aku tanpa sebab mematikan headset, apa mungkin dia tidak curiga?

Berpikir sampai disini, aku melihat kearah aiko, posisi penembak tadi sudah mengetahui posisinya, jika penembak itu terus menembak kearah yang sama, itu hanya membocorkan posisinya, dan memberikan pihak lawan kesempatan untuk menembak tepat, seperti aku sekarang.

Aku melihat sekitar, aku tidak melihat aiko, hatiku sedikit khawatir, lagian dia sedang hamil, aku takut jika dia tidak berhati-hati akan terjadi sesuatu.

Aku sambil berpikir, aku mengambil batu yang ada di kantongku, disaat bersamaan melemparkan beberapa batu kearah tidak jauh dari sana, seketika tembakan mengarah ke arah batu tersebut, aku dengan cepat berdiri, melihat ada 3 orang yang bersembunyi di balik pohon yang tidak begitu jauh, mengarahkan tembakan ke posisi 3 orang, aku langsung menembak ke 2 orang, tidak terlihat ada orang yang tertembak mati, langsung membalikkan badan terbaring ke arah depan, disaat bersamaan, beberapa peluru melewati punggungku.

Aku terguling di tanah, pindah ke bukit satunya untuk bersembunyi, dengan cepat terlihat ada seorang lelaki yang tidak jauh dari sana sedang membelakangiku, sangat berkonsentrasi mengarahkan tembakan ke orang didepannya, aku merangkak di tanah, dan menyembunyikan diri di balik rumput, melihat ke arah depannya, ternyata terlihat aiko sedang berburu ke beberapa orang, melihat orang tersebut hampir menarik pelatuknya, aku langsung menembak ke jantungnya, tembakan berbunyi, orang tersebut mengikuti suara tembakan terjatuh di tanah, tapi pelatuk pistol ditangannya masih tetap ditarik, peluru meleset ke arah aiko, hatiku juga gugup.

Kedua tangan aiko menahan tanah, dan membalikkan badan, langsung menghindari peluru tersebut, di dalam kegelapan, kecantikannya di balik topeng benar-benar menarik perhatian orang, baju merah yang dikenakan juga begitu, dibandingkan dengannya, warna bajuku dengan hutan disini hampir sama.

Hatiku tergerak, berpikir aiko tidak mungkin tahu ada pertempuran tembakan, malah mengenakan warna baju yang begitu norak, memangnya...dia sengaja menarik agar ditembak? Berpikir kemungkinan ini, hatiku terkejut, kenapa? Apakah karena dia ingin menolongku?

Saat berpikir, aiko sudah memberesi posisi dua orang yang menyerangku, dengan cepat sampai di sampingku, berkata dengan rendah: “perperangan seperti pertempuran mematikan, jangan sampai terbengong!”

Aku merasa bersalah dan berkata: “maaf, hanya....”

Aku berhati-hati mengeluarkan kepalaku, tidak jauh dari sana rupanya masih terus melawan, sedangkan pohon ditempat kami terlihat sangat tenang, aku merasa dengan jelas beberapa tarikan nafas, asal menghitung, takutnya lebih dari 10 orang, sedangkan 10 orang ini tidak termasuk 2 orang yang aku bunuh tadi, dan tidak dapat dibedakan pihak alwi palsu atau pihak teddy chen, sepertinya semuanya ada.

Aku merasa sangat repotm berkata pada aiko: “tidak disangka teddy chen disaat seperti ini berubah, sepertinya aku salah melihat dia.”

Aiko berkata dengan datar: “dia berniat membunuh alwi, tidak memperdulikan nyawa orang yang tidak bersalah, perilakunya buruk, berdarah dingin, acuh tak acuh, kak nody mengikuti dia, sepertinya bukan tindakan yang baik.”

Aku menganggukan kepala, menggigiit gigi dan berkata: “yang kamu katakan benar, aku berpikir terlalu mudah, kak nody tentu saja tidak bisa mengikuti dia, jika nody ingin terus hidup, cara yang paling baik adalah menghabiskan teddy chen dan pengikut setianya, lalau menguasai sarangnya, membuat kak nody dengan cepat merampas posisi teddy chen! Dan orang-orang yang ingin membunuhku, ada orang-orang teddy chen, dan juga orang-orangnya alwi, aku sekarang menjadi pusat yang dilihat, kamu mengikutiku tidak akan ada akhir yang baik, aku melindungimu, kamu pergi dahulu.”

Berkata sampai disini, aku menyadari lagi aiko dari tadi tidak berbicara, aku membalikkan wajah, melihat dia menatapku dengan lurus, dan bertanya: “kenapa?”

Aiko berkata dengan datar: “kamu baru saja memanggil kak nody dengan sebutan “nody?”

Hatiku langsung terkejur, tidak berbicara, didalam hati berkata kenapa begitu ceroboh, aku tadi di dalam otakku hanya dipenuhi bagaimana cara kabur dari pertempuran ini, malah membocorkan panggilan ini. Kami berdua tidak akrab, mau bicara bagaimanapun, aku tidak seharusnya memanggilnya seperti itu. Sedang berpikir agaimana cara membohonginya, tiba-tiba melihat tidak jauh di belakang aiko, rumput disana sedikit bergetar.

Walaupun sangat pelan, tapi rumput disekitar juga sedang bergoyang ditiup angin, tapi aku bisa merasakan, posisi rumput yang bergoyang, dengan rumput yang lain tidak sama, aku berpikir apakah ada orang disana.

Tidak peduli ada atau tidak, yang paling penting adalah keselamatan aku dengan aiko, tanpa ragu aku menembak posisi tersebut, segumpalan darah memenuhi rumput, aku tahu aku sudah menembak tepat orang itu, hatiku sangat gembira.

Karena kehebatanku, orang-orang yang bersembunyi di balik pohon tambah berhati-hati, seketika, seluruh hutan kembali tenang seperti di kuburan, mungkin mereka terkejut karena kehebatan menembak aku dengan aiko, mungkin dalam waktu dekat tidak akan bertindak.

Aku memegang tangn aiko dan berkata: “cepat pergi! Beberapa orang ini sebentr lagi akan menggunakan cara bom untuk melawan kita.”

Aiko malah memegang tanganku dengan erat dan berkata: “kalau mau pergi, pergi bersama!”

Hatiku bergetar, melihat dia, dia dengan melihatku dengan keyakinan, aku merasa aku sudah benar-benar ketahuan olehnya, aku berpura-pura dengan kejam melepaskan tangannya, mengerutkan kening dan berkata: “aku tidak ingin pergi denganmu! Kamu hanya akan menjadi masalah untukku.”

Aiko mengerutkan kening melihatku, aku melihat dia tidak bergerak, berpikir orang-orang ini sebentar lagi akan bertindak, hatiku tergerak, langsung memeluknya, memindahkan tubuhnya kedalam pelukanku. Dia melihatku dengan aneh, aku melepaskan topeng diwajahnya, memasukkan kedalam tas gunungku, lalu dengan cepat melepaskan bajunya, dia memegang tanganku tidak mengizinkanku bergerak, aku berkata: “kamu dengar, aku bawa bajumu pergi, mereka akan berpikir aku membawamu pergi, aku akan menarik perhatian mereka, kamu sembunyi disini jangan keluar.”

Wajah aiko memerah dan berkata: “aku pernah berkata akan menolongmu, pasti akan menolongmu sampai akhir.”

“kamu adalah seorang ibu!” aku melihat kearah perutnya, berkata dengan suara yang rendah.

Seluruh tubuh aiko bergetar, membiarkan aku melepaskan pakaiannya dan menutupi pundakku, aku melihat baju dalamnya hanya memakai sebuah sweter leher tipis, berpikir malam hari sangat dingin dan berkata: “kamu lebih baik segera pulang memakai baju, kalau tidak jika kamu sampai mati kedinginan, aku tidak peduli!”

Selesai berbicara, aku mengganti senapan sniperku, memegang sisa batu di kantongku, melempar ke sisi kiri dan kanan.

Suara tembakan berbunyi, aku menggunakan kesempatan ini, bergegas menuju ke gunung belakang, peluru dengan cepat meluncur mengikuti pandangan mata menuju ke arahku, untungnya aku sangat cepat, mungkin aku sudah tertembak seperti saringan. Walaupun begitu, kejaran maut masih tetap membuatku bulu kudukku berdiri, belakang tubuhku sudah dipenuhi dengan keringat dingin, mulai berlari, angin dingin memasuki tubuhku, bersatu dengan keringat dingin, perasaan dingin hingga ke tlang membuat orang gila.

Dengan cepat aku belari sampai di gunung belakang, aku melihat hutan dari ujung ke ujung, ketinggiannya sepertinya ada 10 meter, karena peluru yang menuju kemari seperti suara serangan tawon, jika tidak melompat akhirnya hanya mati, jika melompat kebawah, mungkin masih ada harapan.

Berpikir sampai disini, aku memandang sungai yang mengalir dibawah, sungai disebelah hutan, tidak lebar, tapi sangat dekat dengan tebing, melompat kebawah walaupun terluka, sepertinya tidak akan sampai mati. Aku melihat peluru yang terus mengarah padaku, aku berusaha lompat, tidak tahu apakah karena keinginan untuk hidup, bisa mengeluarkan kemampuan yang begitu kuat, aku merasa aku memiliki sayap, melompat tidak begitu jauh, di udara berhenti sejenak, baru dengan cepat jatuh kebawah.

“Plung!” aku merasa badanku seperti sebongkah batu, dengan kuat tenggelam di dalam air, otakku seketika berhenti bergerak, aku merasa seluruh tubuhku tidak ada tenaga sedikitpun, hanya bisa pasrah mengikuti arus air membawaku....

Terdengar suara samar-sama dari dalam hutan, aku terdengar ada orang mengatakn cepat pergi ke pinggir sungai, melihat apakah aku sudah tenggelam, masih mengatakan alwi yang menurunkan perintah untuk membunuh, malam ini tidak peduli bagaimanapun harus membunuhku sampai mati.....

Memikirkan alwi palsu, hatiku mulai terbakar rasa benci, aku merasa seluruh tubuhku terisi sedikit tenaga, melepaskan baju yang tergantung di badanku, menggantungkan di sebuah pohon di pinggir sungai, dan membuang belati ke tepi sungai, lalu aku menarik dan menghembuskan nafas dalam-dalam, dan aku masuk ke dalam air, berusaha berenang ke depan sana. Saat aku sudah berenang ada sedikit jarak, dibelakangku terdengar suara tembakan, aku tahu, ada orang yang mengira baju itu adalah aku, sedang menembak ke arahnya.

Beberapa orang dengan cepat menyadari belati yang terjatuh di rumput, saat itu mereka menyadari aku menggunakan baju untuk mengecohkan mereka, tapi sebenarnya sudah lari ke arah lain. Aku menghembuskan nafas, seluruh tubuhku telah habis setengah tenaga, aku jatuh pingsan tidak tahu apa-apa lagi.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu