Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 275 Keluarlah

Johan dibawa pergi begitu saja, tapi dia adalah orang yang menolak untuk menyerah, sehingga bahkan dia dibawa pergi dari depan aku yang sebagai musuhnya, dia tetap pergi dengan tingkahnya yang ego itu.

Aku duduk di sana, melihat bagian belakang Johan. Meskipun hati ini ada sedikit rasa yang kosong. Setelah melawan Gunawan dan juga Johan, berapa banyak orang lagi yang harus aku lawan? Aku tidak tahu, aku hanya tahu jalan di depan panjang, dan tidak ada akhir.

Aiko yang mengasihaniku bertanya,"apakah kamu lelah?" "

Aku berkata: "lelah, tetapi berpikir dengan menginjak orang-orang ini, maka aku akan selangkah lebih dekat untuk ke Beijing, yang artinya juga selangkah lebih mendekat kepada Ibuku. Ini membuatku semakin semangat. Aku sudah bilang, aku akan menjadi Alwi yang tidak terkalahkan. Tapi sebelum itu, aku tidak akan berkata yang tidak penting.”

Berbicara sampai sini, aku merasa sedikit bersalah dan memegang tangannya. Setelah itu, aku melihat Nody dan Sulistio, kemudian berkata, "Kalian telah bekerja keras!”

Nody tersenyum dan berkata,” Di dalam hubungan persaudaraan, tidak perlu berkata hal demikian.”

Setelah berkata, dia pun mengangkat gelas dan berkata,”Alwi, aku sakut padamu. Selamat atas keberhasilanmu yang melawan Johan!”

Sulistio juga mengangkat gelas, sambil tersenyum berkata,”Masih ada aku, Kak Alwi! Aku masih saja satu kalimat itu, kemanapun kamu pergi, aku akan ikut juga. Kalau kamu tidak bawa aku, maka aku akan tidak senang kepadamu.”

Aku dan Sulistio mengangkat gelas. Setelah menyentuh gelas mereka berdua, aku meminum seteguk. Aku kemudian menelepon Dony Yun dan berkata,” Donny Yun, hari ini bergantung padamu ya.”

Donny Yun berkata,”Aku tahu.”

Setelah mengakhiri telepon, aku menelepon lagi ke Chris dan memerintahkan beberapa hal padanya. Aku kemudian berdiri dan berkata,” Sekarang aku akan pergi menjenguk teman lamaku. Apakah dia akan menyalahkanku karena baru sekarang aku pergi melihatnya.”

Di saat ini, didepan mataku ada yang selalu memasang wajah tersenyum dan di seberang juga ada sedikit pemandangan yang tidak jelas.

Sulistio pun dengan suara rendah berkata,”Dia tidak akan menyalahkanmu. Tapi kalau kamu pergi melihatnya, hatinya akan merasa sangat senang.”

Aku tertawa, berbalik dan meninggalkan ruangan. Setelah naik ke mobil, aku mengemudi ke sebuah toko bunga dan membeli dua karangan bunga Krisan, dan juga pergi membeli sedikit buah, memasak sedikit sayur, dua botol bir, semua nya adalah sepasang. Kemudian aku beli kertas kuning sembahyang dan pergi ke kuburan.”

Kuburan di malam hari terasa sangat dingin. Di sini sangat hening, sampai-sampai bisa mendengar detak jantung sendiri. Sebuah makam yang dingin, sama seperti sebuah wajah yang marah tanpa ekspresi, yang diam-diam ‘mengawasi’ kita yang sebagai tamu sementara ini. Aku mengemudi dengan pelan dan sampai di depan sebuah makam dengan batu nisan yang tertulis ’makam almarhum Jondi’. Di bagian atas nisan tertempel selembar foto Kak Toba. Kak Toba yang di dalam foto terlihat bahagia dengan senyumannya yang ceria itu, ekspresinya seolah berkata bahwa di dunia ini sepertinya tidak ada hal yang dapat menyuruhnya untuk bersedih.”

Aku berdiri di depan makam sambil melihat foto tersebut. Kenangan masa lalu tiba-tiba terputar di kepala layaknya sebuah film bioskop. Aku tidak kuasa menahan air mata,aku setengah melutut dan meletakkan satu karangan bunga di depannya. Makam ini adalah makam milik adiknya, Jenny. Sewaktu Jenny meninggal, aku sama sekali tidak terpikir setelah kematiannya, akan banyak orang yang meninggal karena diriku. Siapa yang tahu bahwa yang di atas berkehendak seperti itu.

Sulistio dan Nody memantu menyusun sayuran yang telah dimasak tadi dan aku menuangkan sedikit bir masing-masing satu gelas kepada Jondi dan Jenny. Sulistio juga membantu membakar kertas untuk mereka. Aku berkata,” setelah datang ke Nanjin, aku selalu berpikir untuk datang menjenguk kamu. Tapi orang yang membuatmu seperti ini belum meninggal, aku benar-benar tidak ada muka untuk datang menemuimu. Kak Toba, aku sudah membalaskan dendammu, jadi kamu tenanglah di alam sana.”

Aku sambil berkata sambil mengangkat gelas berjalan ke depan makam dan berkata, “Segelas bir ini sebagai tanda aku menghormatimu yang dengan tulus baik kepadaku.”

Setelah berkata, aku menuang segelas lagi,”Gelas kedua ini sebagai tanda aku menghormatimu yang meninggalkan sanak keluarga demi aku.”

Aku menuangkan airnya ke lantai dan menuang gelas ketiga dan berkata,” segelas ini sebagai tanda permohonan maaf dari aku yang bodoh ini. Kamu menganggapku sebagai saudaramu, aku malah berpikir kamu adalah pencuri. Aku menyia-nyiakan kebaikanmu padaku dan juga kesusahanmu demi aku. Kak Toba, maaf! Benar-benar maaf! Kalau saja kamu masih hidup, itu akan sangat luar biasa.”

Setelah itu, aku menuangkan airnya dengan pelan kemudian menuangkan segelas lagi dan meletakkannya di depan makam dan berkata,”Kamu tunggu lagi sebentar, kalau tidak bisa membuatmu melihat si brengsek itu mati, aku pikir kamu juga tidak akan tenang dan aku juga tidak bisa memberimu sebuah jawaban. Jadi malam ini, aku berdiri di depanmu dan akan memberimu sebuah jawaban.”

Setelah selesai berkata, dari belakang terdengar suara mobil. Aku berlutut dengan satu kaki, sambil memadamkan api sambil bertanya,”Coba lihat apakah itu mobilnya Donny Yun?”

Sulistio berkata,”Ya, sudah lihat. Itu adalah mobil Donny Yun.”

Aku menganggukkan kepala. Di saat kehancuran Johan seperti ini, aku akan membuat Donny Yun muncul di depannya, menggunakan ‘hubungan persaudaraan’ yang dulu sebagai pancingan. DI satu sisi seolah ingin menolongnya. Demi membuat dia percaya, Donny Yun bahkan memberinya sebuah Kartu Bank Swiss dan juga sebuah tiket pesawat. Ini sebagai cara untuk mengantar Johan meninggalkan tempat ini dan membiarkannya memulai dari awal.

Jika di hari-hari biasa dulunya, Johan pasti tidak akan mempercayai Donny Yun. Akan tetapi, sekarang dia tidak ada tempat untuk besembunyi dan juga tahu bahwa aku tidak akan melepaskannya. Jadi, meskipun dia mengeluarkan bukti bahwa saraf otaknya terganggu pun, aku punya seribu cara untuk membuat dia di hokum mati. Saat Donny Yun bersedia keluar untuk membantunya, dia akan menerimanya. Lagipula Johan akan berpikir selain ada maksud tersembunyi padanya, Donny Yun tidak punya alasan lain untuk mengorbankan dirinya demi menolongnya, sehingga ini membuatnya tidak terlalu khawatir.

Sebenarnya meskipun tadinya Johan tidak mempercayai Donny Yun, aku bisa saja memerintah orang menggunakan segala cara untuk membawanya kemari. Tapi cara itu kurang memuaskan bagiku.

Yang masuk dugaan adalah, Johan benar-benar mempercayai Donny Yun.

Aku sudah membuat perjanjian dengan Donny Yun, jikalau Johan bersedia keluar dari penjara, Donny Yun harus membawanya kemari. Dan lagi di bagian penjara sana, akan segera kelaur perintah untuk pencarian, tinggal katakana saja kalau dia kabur dari penjara. Ini adalah tugas terakhir dariku.

Aku dengan fokus membakar kertas untuk Kak Toba dan juga adiknya. Dengan cepat, Donny Yun telah datang ke tempatku. Aku memutarkan kepalaku dengan pelan dan hanya terlihat Leo dan wajah yang asing yang menahan Johan di kedua sisi. Kaki dan tangan Johan diikat, mulutnya juga ditutup. Pandangannya penuh dengan aura kebencian yang ditujukan padaku. Dia tidak berhenti untuk memberontak.

Donny Yun dengan tenang berkata,” Alwi, aku sudah bawa orangnya ke sini.”

Aku perlahan berdiri, berjalan ke depannya Johan. Sambil melihat wajahnya yang penuh kekesakan, aku bertanya,”Apakah kamu berpikir kalau kamu masih ada cara lain untuk hidup? Dan ternyata kamu menyadari itu adalah kecerobohanmu sendiri, hatimu sekarang pasti sangat tidak enak bukan? Johan, aku ingin membuatmu merasakan bagaimana rasanya jatuh dari surga ke neraka, dari yang penuh harapan menjadi penuh keputusasaan!”

Sambil berkata, aku menarik kerah Johan, kemudian menghempasnya ke tanah. Dia tergeletak disana dan berusaha untuk berdiri. Aku menendang betisnya dengan kakiku, kemudian menekan bahunya yang membuatnya menjadi berlutut. Lalu, aku menarik rambutnya dan menokok kepalanya ke lantai hingga berbunyi sebanyak tiga kali. Setelah selesai, aku berkata,”Kak Toba, apakah kamu sudah lihat? Aku sudah membawa si brengsek ini. Aku tidak membual. Aku pernah bilang kalau aku akan membalaskan dendammu di depanmu!”

Di foto, Kak Toba masih saja mempertahankan senyumannya yang ceria itu. Aku berpikir kalau dia di alam sana tahu hal ini, hatinya pasti akan sangat bahagia.

Aku menghempas Johan ke lantai, kemudian memerintah orang untuk membuka semua ikatan kaki tangannya dan membuka isolasi di mulutnya. Dia dengan dingin berkata,”Alwi, kejahatan pasti aka nada akibatnya. Kamu tidak takut kejadian hari ini diketahui oleh orang lain?”

Aku dengan tertawa melihatnya dan berkata,”saat kamu membunuh sobatku, membunuh nyawa yang tak berdosa, mengapa di pikiranmu tidak terpikir akan kalimat itu?”

Johan tertawa keras berkata,”Kalo terpikir kenapa? Kalau tidak juga kenapa? Alwi, kalau aku mati, apakah saudaramu itu akan hidup kembali? Kamu membunuhku hanya untuk memenuhi kepuasan hatimu saja, bukan untuk saudaramu. Apakah aku yang membunuh Jondi? Bukan. Kamu lah yang membunuhnya. Karena ketidak percayaanmu dan kecurigaanmu yang membuatnya putus asa dan ingin mengakhiri hidup.”

Nody mengkhawatirkanku, Aiko juga menyuruhku untuk tidak mempercayainya. Dia mengatakan bahwa Kak Toba akan tahu apa yang aku perbuat dan akan merasa bangga padaku.

Aku dengan tenang berkata,”tidak apa.”

Setelah mengatakan itu,aku mengeluarkan sarung tangan dari kantongku dan memasangnya ditanganku. Kemudian aku mengeluarkan belati dari kantongku. Belati ini adalah belati yang baru, dan aku melapisinya dengan penutup berbahan plastik bening. Belati ini sangat bersih, sama sekali tidak ada sidik jariku. Aku membuka kantongnya dan mengeluarkan belatinya dan mengarahkannya ke depan jantungnya Johan. Aku berkata,”Johan, apakah kamu masih mengira kalau aku itu Alwi yang dulu, yang bisa marah karena satu dua kata yang kamu lontarkan? Kamu sudah mengganggap remeh diriku. Mungkin meskipun waktu sudah berlalu lama, kamu masih saja kamu, dan aku sudah bukan diriku lagi.”

Setelah selesai berkata, aku menangkap tangan Johan. Aku membiarkannya memegang belati, kemudian dari belakang menekan menahan tangan satunya lagi, satu kaki telah menempel dengan sempurna di badannya, ditambah dengan adanya bantuan Sulistio yang membuat Johan tidak bisa bergerak sama sekali. Aku berdiri di belakangnya, sekilas melihat ke atas kemudian ke bawah menatapnya sambil berkata,”Matilah!”

Baru selesai berkata, aku menangkap tangannya dan memaksanya untuk menusuk belati tersebut ke tubuhnya sendiri.

Menusuk beberapa kali, darah yang segar pun mengalir dan mewarnai lantai menjadi merah. Johan pun mulai memuntahkan darah yang banyak. Dia seperti layangan yang rusak yang jatuh begitu saja di lantai. Dia menghadap ke langit, matanya pelan-pelan mulai merem. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah Aiko. Mulutnya terbata-bata meneriaki,”Aiko!Aiko!”

Aiko menatapnya dengan pandangan yang dingin. Johan kemudian tertawa, tertawa yang sudah putus asa yang kemudian diakhiri dengan ekspresi tenang yang menetap.

Aku menatap mayat Johan yang mulai mendingin dan berkata,”Johan, karena bertobatlah makanya kamu bunuh diri di depan koban yang pernah kamu bunuh.”

Setelah berkata demikian, aku berbalik untuk pergi. Baru saja berjalan beberapa langkah, aku melihat sekilas ke samping. Ada bayangan hitam di balik hutan di sana. Aku kemudian berkata,”Jangan bersembunyi lagi, keluarlah!

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu