Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 625 Siapa Yang Menjebak Aku ?

Ketika aku mendengar Samuel mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan Widya, seketika aku berpikir trik jahat apalagi yang akan dilakukan oleh wanita ini? Jika kali ini dia masih ingin mempermainkan aku, maka aku tidak akan mengampuninya lagi.

Dalam hati, aku masih memikirkan hal ini, aku bertanya kepada Samuel di mana Widya, dia mengatakan Widya sedang mengemudi di jalanan dalam keadaan mabuk, dan kecepatannya sudah melebihi dari standar, jika saja saat ini ada sebuah mobil, maka akan ku tabrak mobilnya, diperkirakan pasti akan hancur seketika.

Aku sedikit tertegun ketika mendengarkan perkataan ini, kemudian aku berteriak : “Wanita itu sudah gila?”

Samuel berkata : “Dia sudah seperti orang gila, mobil-mobil di sekelilingnya sudah menghindarinya, tapi ini pusat kota, pasti nanti akan terjadi masalah.”

Aku mengambil nafas dalam-dalam, dan bertanya-tanya apakah Widya hanya ingin memperalat aku? Kenapa dia harus berbuat demikian? Apakah karena aku begitu perhatian terhadap Jessi, dan membuat dia mengkhayal? Mungkin dia berpikir aku peduli dengannya, maka dari itu dia rela melukai dirinya sendiri, hanya untuk mendapatkan perhatian dari aku, dan mengambil kesempatan untuk mendekatiku, setelah dia mendapatkan kepercayaanku, maka dia akan membunuhku untuk membalaskan dendam Nichkhun?

Mungkin aku berpikir demikian, karena aku mendapatkan perlakuan yang tidak baik, Namun, aku yang hidup di antara bahaya dan trik-trik ini, yang membuat aku berpikir akan orang-orang lain yang mempunyai rencana untuk membunuhku, dengan beginilah aku bisa bertahan hidup.

Sembari aku berpikir, aku menuruni tangga, Nody dan Sulistio yang khawatir dengan ku pun ikut turun ke bawah, kemudian, kami masuk ke dalam mobil, aku duduk di kursi penumpang, sedangkan Sulistio di depan dan Nody mengemudi.

Karena hujan turun begitu deras, maka tidak ada yang mengemudi dengan cepat, itu sebabnya kenapa si Widya tidak terjadi apa-apa, padahal dia mengemudi dengan gila, jika saja mobil-mobil melaju dengan cepat, maka bisa aku pastikan di Nanjing sudah terjadi kecelakaan maut.

Nody mengemudi dengan santai, seketika aku mendapat telpon dari Samuel, dia mengatakan bahwa Widya berhenti di sekitaran taman, kebetulan jarak kami dengan taman itu hanya selang lima menit saja, aku menyuruh Nody untuk menambah kecepatan, karena jalanan di sekitaran juga tidak begitu banyak orang, ketika aku sampai, Samuel kembali menelponku, berkata : “Wanita ini mungkin akan melompat ke sungai.”

Aku terdiam, kemudian aku berlari dengan cepat menuju sungai, Nody dan Sulistio mengikuti aku dari belakang, mereka menyuruh aku untuk berhati-hati, dan mengatakan bahwa pesan dari dokter, aku tidak boleh banyak beraktivitas, tapi aku mana mungkin bisa berpikir demikian? Aku harus menyelamatkan Widya, tentu saja ini tidak ada hubungannya dengan Club Fengyue, tapi ini hanya ada hubungannya dengan tujuanku.

Aku tahu sebenarnya hati Widya ini tidaklah jahat, tapi karena aku adalah musuh Nichkhun, maka dari itu dia terus menerus mengincar aku, ini merupakan obsesinya, aku juga tidak bisa menyalahkan dia, tapi sekarang rahasia Nichkhun sudah terungkap, aku ingin tahu apakah masalah ini mempengaruhinya atau tidak, apakah dia akan memaklumi aku?

Lebih jelasnya lagi, jika aku telah menyelamatkan dia malam ini, sangat mungkin bisa mengubah hubungan di antara kami berdua.

Pada saat ini, aku melihat Widya berdiri di atas tanjakan tidak jauh dari sungai, tubuhnya sudah basah kuyup di tengah hujan deras ini, tapi wajahnya terlihat sangat merah.

Aku berteriak : “Widya, kamu sudah gila ya, cepat turun.”

Sepertinya Widya tidak mendengar teriakanku, tiba-tiba langsung melompat ke sungai. Sialan, dia benaran lompat! Tidak berpikir panjang, aku juga langsung melompat ke sungai, aku berenang ke arahnya, dan meraih pinggangnya, Nody juga ikut melompat ke dalam sungai, dia bersiap untuk membantuku menyeret Widya ke pinggir sungai, siapa sangka Widya tiba-tiba menamparku dengan penuh amarah, tamparan ini mengejutkanku, dia mendorongku, dan berkata : “Buat apa berpura-pura menjadi orang baik?”

Selesai berbicara dia berenang ke arah berlawanan, dengan kesal aku berkata : “Widya, apakah ada orang seperti kamu? Aku sedang terluka, dan tetap datang untuk menyelamatkan kamu, seperti ini sikapmu padaku?”

Widya menoleh ke belakang sambil mengapung, berkata : “Kamu melihat aku hendak bunuh diri? Aku hanya ingin menenangkan pikiranku saja.”

Begitu aku mendengar perkataannya, aku hendak memuntahkan tiga liter darah, aku berkata : “Kamu sudah gila ya, hujan begitu deras, mabuk-mabukan di jalan, dan lompat sungai, sialan, kenapa tidak tenggelam saja kamu?”

Nody menarikku dan berkata : “Alwi, sudahlah jangan pedulikan dia, dia itu orang gila, ayo kita naik.”

Sulistio dan Samuel sudah menunggu di pinggiran sungai, mereka sudah menyiapkan payung dan mantel, ketika aku dan Nody sampai di pinggir sungai, segera Sulistio memakaikan mantel ke badanku, hujan yang begitu deras, membuat aku menggigil kedinginan.

“Wanita ini datang bukan karena ingin bunuh diri, tapi hanya ingin berenang? Jika tahu begitu biarkan saja, walaupun mati juga pantas.” Sulistio berucap dengan marah.

Samuel dengan tidak enak hati berkata : “Wanita ini melakukan hal sesukanya, aku pikir dia benaran akan bunuh diri.”

Pada saat ini, aku melihat Widya naik ke pinggir sungai, dia sedang mengatur pakaiannya, karena basah kuyup bajunya terlihat sangat transparan, apalagi dia mengenakan baju dan rok ketat berwarna putih, bahkan pakaian dalamnya yang berwarna merah muda pun kelihatan, aku berpikir sejenak, kemudian melemparkan dia mantel, dan berkata : “Cepat pakai ini, kalau tidak, nanti bisa sakit, belum lagi tidak ada yang bisa merawatmu.”

Awalnya aku ingin memperalat dia, tapi ketika aku melihat dia di posisi yang begitu susah, hatiku pun terasa sakit, apalagi teringat dia merupakan seorang wanita, sendirian di Nanjing, mengingatkanku dengan diriku.

Widya menerima mantel itu, dia menatapku dengan dingin dan tersenyum, kemudian dia membuang mantel itu ke bawah dan menginjaknya, saat ini Sulistio memberikan bajunya kepadaku, melihat adegan itu, dengan marah dia berkata : “Dasar wanita tidak tahu terima kasih! Merugikan kak Alwi saja, dia sampai berlari ke sini hanya untuk menyelamatkanmu.”

Widya tertawa sinis dan berkata : “Buat apa pura-pura menjadi orang baik? Alwi, jika bukan kamu yang memberikan obat di minumanku, aku tidak akan keluar tengah malam begini untuk menenangkan diri, sudah memberikan aku obat, sekarang sok jadi pahlawan untuk menyelamatkan aku, Alwi, kamu ini benar-benar pintar mengatur siasat ya.”

Setelah mendengar perkataan ini, aku akhirnya mengerti, kenapa sikap Widya jadi seperti ini, dia salah paham denganku, bahwa aku telah menaruh obat ke minumannya. Jika dia berpikir demikian, sudah pasti ada sebabnya.

Aku berkata : “Aku tidak tahu mengapa kamu terus berpikir aku yang memberi obat di minumanmu, sejujurnya, aku tidak pernah berbuat demikian, terserah kamu, mau percaya atau tidak.”

Selesai berbicara, aku berkata dengan Nody dan lainnya : “Ayo kita pergi.”

Setelah naik ke dalam mobil, aku melihat Widya masih berdiri di sana, kepalaku sedikit pusing, Sulistio marah dan menyalahkan wanita itu, jika tahu begini aku tidak akan datang. Aku menggelengkan kepala, dan berkata bahwa untungnya aku datang ke sini, jika tidak, aku tidak akan tahu bahwa ada orang yang menjebak aku, dan jika aku tidak datang hari ini, maka dia akan menyimpan hal ini ke dalam hatinya, dan diam-diam akan merencakan bagaimana akan membalasku.

Memikirkan hal ini, aku berkata : “Samuel, antar saudara kita ke Colloseum untuk mencari tahu apa yang sudah terjadi, dan juga rekaman cctv di sana, periksa semua orang yang mengantar makanan ke Widya, dan juga siapa saja yang menyentuh minumannya, selain itu, minta seseorang untuk mengawasi Widya, jika ada yang menjebak aku, tidak bisa dipungkiri orang ini akan mencari kesempatan dengannya dan muncul, terus awasi dia, maka banyak hal dapat di selesaikan.”

Samuel berkata : “Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu ya kak Alwi.”

Aku menganggukkan kepala, kemudian Nody mengantarku pulang ke Splendid, dalam perjalanan, dia sudah menelpon Monica untuk menyiapkan wedang jahe untukku, dan Dony Yun sudah menyiapkan seorang Dokter untukku, saat aku tiba di Splendid, Monica segera memberiku segelas wedang jahe, setelah meminumnya, tubuhku terasa begitu hangat, aku mengganti pakaianku yang basah kuyup itu, kemudian Dokter segera memeriksa seluruh badanku, dia menggantikan perban yang baru untukku, dan berkata agar aku tidak mengulangi kejadian seperti ini lagi, setelah memberi aku obat, barulah dia pergi.

Sulistio berkata dengan sedih : “Kak Alwi, tolong kamu dengarin perkataan Dokter, jangan mengulangi hal bodoh ini lagi, kalian juga pernah bilang, bahwa Widya tidak ada pengaruhnya dengan rencana kalian, tapi kenapa kamu masih ingin membuang waktu dengannya?”

Aku bersin-bersin, kemudian Sulistio segera mencari pengering rambut, dan mengeringkan rambutku, aku berkata dengan datar : “Sekarang bukan masalah kenapa menghabiskan waktu dengan Widya, tapi ada orang yang memperalat dia untuk menjebakku, memperalat dia untuk melawanku, dan orang-orang ini sangat mungkin seperti Galvin dan Larry, mereka orang yang sangat kuat. Dan mungkin mereka melihat bahwa dendam Widya terhadap aku sudah tidak begitu mendalam, maka dari itu dia takut Widya tidak lagi mau bekerja sama dengannya, dan memperalatnya dengan cara ini, berharap bisa memprovokasinya, dan membuat Widya dengan tidak berdaya membantunya lagi.”

Aku terdiam, kemudian berkata : “Cukup menyelidiki ini saja, aku rasa orang ini bukan orang biasa, jika kita tidak bisa menariknya keluar, maka kita akan mati, ini bukan hal yang aku inginkan. Dalam sebuah pertempuran, kita harus memahami lawan kita dengan baik, ini merupakan hal yang paling dasar.”

Sulistio berkata : “Jika aku mengetahui siapa yang ingin mencelakai Kak Alwi, maka aku tidak akan segan-segan lagi.”

Pada saat ini, telponnya berbunyi, dia pun mengangkatnya, kemudian dengan nada bahagia berkata : “Apa? Mondy kamu sudah mau melahirkan? Sudah mau ke rumah sakit? Kenapa bisa mendadak begini? Aku……aku di sini……”

Kak Mondy sudah mau melahirkan? Aku sangat bahagia, mendengar Sulistio masih malu-malu di belakang, segera aku menendang pantatnya, dan berkata : “Istri sudah mau melahirkan, jangan kamu bermalas-malasan di sisiku, cepat pergi sana temani dia.”

Mendengar perkataan ini, Sulistio senang bukan main, dia menganggukkan kepala, berkata : “Kalau begitu, aku pergi dulu ya kak Alwi.”

“Iya, jangan terburu-buru, aku suruh orang mengantarmu saja, lihat kamu begitu tidak sabar, nanti tidak hati-hati lagi.” Aku berucap dengan tersenyum, dalam hati ini ikut berbahagia.

Sebelum Aiko melahirkan anak, aku sudah tidak sabar untuk menemaninya, tapi karena terjadi sesuatu, akhirnya keinginanku tidak tercapai, dan akhirnya penyesalan ini terus menghantuiku, aku tidak ingin saudaraku merasakan penyesalan yang sama denganku.

Sulistio tidak menolak kebaikanku, segera aku menelpon Samuel untuk mencarikan orang, untuk mengantar Sulistio kembali ke Hangzhou, agar dia bisa menyimpan tenaganya nanti untuk menemani kak Mondy.

Samuel berkata baik, namun di waktu yang bersamaan dia juga menyampaikan kabar buruk untukku, yaitu cctv di Colloseum sudah dihancurkan oleh orang lain, dan juga seorang pelayan wanita yang telah menyentuh minuman Widya, di temukan tewas di rumahnya, jadi sia-sia hasilnya.

Aku berkata : “Jika pihak lain berani berbuat demikian, aku rasa mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan baik, tidak mendapatkan hasil juga bukan suatu keanehan, tampaknya satu-satunya jalan sekarang adalah Widya, terus awasi dia, lihat dia akhir-akhir ini berhubungan dengan siapa saja.”

Aku menutup telpon, melihat Sulistio membereskan barang-barangnya dengan gembira, aku memberikan sebuah koper yang sudah lama aku siapkan, dia menanyakan apa isinya, dan aku pun menyuruhnya untuk membuka dan melihatnya sendiri, begitu dia buka, di dalam sudah tersusun rapi selimut, baju-baju bayi, kaus kaki bayi, dan berbagai keperluan bayi lainnya, tidak lupa aku menyiapkan vitamin untuk kak Mondy.

Aku berkata : “Aku tahu kalian sudah menyiapkan ini semua, tapi aku hanya ingin menunjukan kasih sayangku, di bawah tumpukan baju itu ada sebuah kotak, dalam kotak itu terdapat sebuah gelang emas yang sudah aku siapkan untuk calon keponakanku, aku berharap anak itu bisa tumbuh dengan sehat, dan membawa berkah.”

Sulistio terharu, kemudian memelukku dan berkata : “Kak Alwi, terima kasih.”

Kemudian, dia pun membawa koper itu dan pergi, setelah dia pergi, Monica dengan iri berkata : “Senangnya, mereka akan menjadi ayah dan ibu.”

Nody berkata : “Kita juga harus bekerja lebih keras lagi.”

“Iiihh, menyebalkan, aku tidak mau melahirkan anak untukmu.”

Melihat mereka yang saling menggoda, dan penuh dengan kebahagiaan seperti itu, hatiku turut berbahagia, aku berdiri di depan jendela, melihat hujan yang tak kunjung reda, tiba-tiba kelopak mataku tidak berhenti berkedut.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu