Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 84 Dia Sebuah Pisau Tajam

Ketika aku memeluk Cinta, aku merasa dia sangat ringan dan juga merasa sedih untuknya, aku memeluknya kepinggir jalan dan berniat menghentikan mobil, ketika seseorang sedang sial melakukan apapun juga tidak akan berjalan mulus.

Misalnya sekarang ini, aku sama sekali tidak bisa menghentikan mobil dan Cinta yang berada dalam dekapanku, nafasnya semakin lama semakin berat, sepasang matanya meneteskan air mata, meskipun dia berusaha mengontrol dirinya, tapi kedua tangannya sudah mulai merobek bajuku dan berteriak “Jangan”.

Saat ini dia yang lemah dan cantik meringkuk dalam dekapanku, disertai pipinya yang merah membuatnya tampak seperti bunga Candu yang baru mekar, bahkan jika bunga itu beracun, orang-orang tetap bersedia memetiknya.

Meskipun aku tahu itu tidak boleh, tapi aku tidak tahan untuk melirik sekilas pemandangan indah di dadanya. Dia mengenakan Cheongsam hitam hari ini dan ada lubang kecil di dadanya, lekukan itu turun dari lubang kecil sampai ke tempat yang tidak bisa terlihat.

mawar juga suka memakai baju cheongsam, hanya saja Cheongsam yang di pakainya sangat sederhana karena kurangnya sentuhan seksi.

Baju Cheongsam yang dipakai Cinta panjang menutupi lututnya, betisnya sangat ramping, kulitnya mengilap seperti batu giok, selembut susu, dan gelang merah yang dikenakan di pergelangan kakinya memberikan kesan yang sangat misterius, meskipun tidak bisa dibandingkan dengan keindahan tangannya, tapi tetap terlihat sangat imut.

“P……aku panas sekali……”

Ketika aku sedang mengagumi tubuh Cinta, suaranya membuatku tersadar dan saat ini tangannya sudah masuk kedalam bajuku, aku bukan pria polos yang duduk diam tidak membayangkan apa-apa, ketika aku berdiri, aku pikir laki-laki manapun yang memeluknya pasti akan tergila-gila, jika tidak pria ini pasti bencong atau gay.

Aku menarik nafas dalam-dalam, mengatakan kalimat ini tiga kali, “Dia wanita Tuan Dony Yun”, karena terus tidak bisa menghentikan mobil, aku berpikir ada rumah sakit terdekat disekitar, lalu aku mengeramkan gigi dan mulai berlari.

Aku berlari sambil mengatakan: “Nona Cinta, bertahanlah, kamu harus bertahan, ingat Tuan Dony Yun, bertahanlah sebentar lagi, aku akan mengantarmu kerumah sakit.”

Tidak tahu apakah karena menyebut nama Tuan Dony Yun yang membuat Cinta sedikit sadar, dia meringkukkan kepalanya dalam dadaku dan menggiggitku, aku kesakitan hingga keringat dingin berkucuran, tapi melihat dia yang tampak menangis, aku tidak tega menyuruhnya melepaskannya, aku berpikir jika ingin mengigit, gigitlah palingan hanya sepotong daging yang lepas.

Dalam keadaan seperti itu, aku terus mengeramkan gigi berlari ke stasiun bus yang tidak jauh, hingga akhirnya ada taksi yang muncul, aku memeluk Cinta naik kemobil, supir yang sedang menyetir sambil melirik kita yang bermesraan.

Dalam kegelapan aku menggenggam erat tangan Cinta yang terus gemetar, dan berbisik di telinganya: “Tidak apa-apa, bertahanlah, semua akan baik-baik saja sesampai rumah sakit.”

Sesampai dirumah sakit aku memberi supir 200ribu dan terburu-buru turun mobil, dengan susah payah aku mencari dokter hingga akhirnya membawa Cinta masuk ke IGD, keringat ditubuhku sudah berkucuran deras dan luka yang ada di dada ku terasa sakit sekali.

Aku membuka kancing bajuku melihat dadaku dan baru menyadari dadaku merah penuh dengan cakaran dan bekas gigitan, darah segar mengalir keluar dari gigitan itu.

Aku berpikir betapa kejamnya mulut ini, mengingat ketika berlari memeluk dirinya bagai giok yang tidak henti menyerang dadaku, jantungku berdetak kencang dan telingaku memerah, aku tidak berani membayangkannya lagi.

Setelah berlalu sekian lama, dokter keluar dari ruang operasi, menyuruhkan menyelesaikan masalah administrasi. Setelah aku menyelesaikannya, Cinta sudah diantar ke kamar pasien.

Aku masuk ke kamar pasien, menatap wajahnya yang putih pucat bagai salju, sekalipun berdandan tebal juga tidak bisa menutupi kesakitannya. Rambutnya yang panjang terurai ke pinggangnya menyatu dengan warna Cheongsam membuat kulitnya tampak putih.

Aku berjalan mendekat dan dengan lembut menyelimutinya, sekarang kakinya telah diperban, hanya saja sentuhan merah pada luka dipahanya tampak sangat mengejutkan.

Aku terus menatap lukanya, hingga akhirnya aku mengerti kenapa dia yang sudah minum anggur masih bisa berjalan keluar dari Colloseum. Ini semua demi menjaga agar dirinya tetap sadar, dia menusuk pahanya berkali-kali, aku sama sekali tidak berani membayangkannya.

Butuh berapa banyak keberanian agar dirinya tidak ragu menusuk paha sendiri tanpa ragu, dan butuh berapa banyak kekuatan agar bisa tetap tersenyum didepan pria jahanam itu dalam keadaan terluka?

Ketegaran hati wanita ini membuatku merasa malu, dan pada saat yang bersamaan aku ingin bertanya padanya: “Apakah itu sepadan? Kontrak itu bukan masalah besar, untuk apa melukai diri hingga seperti ini?”

Cinta tiba-tiba membuka mata, tatapannya tampak sangat jelas.

Jika dia yang menutup mata tampak seperti lukisan pemandangan gunung dan sungai yang tenang, dan dia yang membuka mata tampak seperti sungai dan pegunungan yang indah, terutama ketika dia memakai Cheongsam hitam, membuat kelembutan tubuhnya meresap dengan misterius.

Tapi dia yang begini, tampak lebih menawan ketika sedang tersenyum.

Cinta manatapku dengan tenang hingga membuatku sedikit gugup dan berkata: “Kak Cinta, kenapa?”

Cinta tidak mengatakan apa-apa, aku bertanya-tanya apakah sudah geger otak?

Aku berkata: “Tidak masalah, tenang saja, btw kamu pasti sangat rindu dengan Tuan Dony Yun? Aku telepon dia sekarang.”

Aku mengatakannya sambil mengeluarkan Hp.

Tapi yang tidak kusangka adalah Cinta tiba-tiba bangkit duduk merampas HP ku, tindakannya ini mengejutkanku, dia menundukkan kepalanya dan berkata padaku: “Ja,jangan telepon dia.”

Lipstik Cinta sudah tidak secerah tadi hingga membuatnya tampak kesepian. Aku mengangguk dan berkata: “Baik, aku mengerti.”

Cinta menengadah dan tersenyum padaku, matanya tampak dipenuhi dengan air mata, dan berkata padaku: “Terima kasih, jika tidak ada kamu, aku tidak tahu malam ini pria mana yang melecehkanku.”

Aku menjawab: “Kamu begitu cantik, siapa yang berani menghujatmu? Sekalipun tidak ada aku, pasti akan ada orang yang bersedia membantumu.”

Cinta bersandar di tempat tidur, matanya sedikit tersenyum dan berkata dengan sembrono: “Yang bisa tidak melakukan apa-apa pada waktu itu, mungkin hanya ada dua jenis pria di dunia ini, yang pertama adalah kamu pria bodoh yang berani, dan yang satunya lagi adalah orang yang tidak menyukaiku.”

Aku tidak berani bertanya pada Cinta siapa orang yang tidak menyukainya, tapi aku diam-diam bisa menebak orang itu adalah Tuan Dony Yun, hanya saja aku tidak tahu harus bagaimana menenangkannya, aku hanya bisa mengatakan hari sudah malam, sudah waktunya tidur.

Cinta tidak tidur, dia malah bertanya padaku dengan penuh minat: “Kamu sudah membantuku, pernahkah terpikirkan olehmu bagaimana aku harus membalasmu?”

Aku menjawab pernah.

Cinta berkata dengan tertarik: “Katakanlah, selama kamu bersedia mengatakannya, apa yang bisa kulakukan pasti akan kuberikan padamu”

Ini hanya kalimat pengantar yang menggoda, kata-katanya ini seakan mengisyaratkan padaku, selama aku mengatakan aku menginginkan dirinya sekarang, dia juga bersedia memberikannya padaku.

Keindahan yang begitu indah dengan segala macam pesona dan wanita cantik yang berbaring ditempat tidur ditengah malam yang tenang, sekalipun tidak tersenyum tapi cukup untuk membuat orang tertegun, aku tidak sabar menjadi serigala yang memakan mangsa dan tinggal bersamanya.

Aku seorang pria normal, tentu saja bisa gegabah. Hanya saja, ketika aku melihat lukanya semua yang ada dalam benakku dalam sekejap menghilang.

Aku sadar, Cinta tidak bisa melakukannya, sebenarnya apa yang di katakannya sekarang hanya ucapan kekesalan semata, kesal dengan orang yang memanfaatkannya tapi tidak mencintainya, Cinta mengorbankan dirinya seperti orang bodoh, atau baginya menyerahkan seluruh tubuhnya padaku juga termasuk menyelamatkan diri dan juga semacam balas dendam.

Sayangnya, Cinta salah menilai diriku, meskipun aku bukan pria baik, tapi aku tidak akan menjadi penjahat yang mengambil keuntungan dari ini, terlebih aku tidak punya keberanian ini. Meskipun tidak tahu apa hubungan dirinya dengan Tuan Dony Yun, tapi setiap Tuan Dony Yun pergi ke Splendid, Tuan Dony Yun selalu meminta Cinta menemaninya, jika Cinta mengatakan Tuan Dony Yun tidak mempedulikannya, pukul aku sampai mati juga tidak percaya.

Aku bahkan bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Tuan Dony Yun padaku jika dia tahu kita berdua mempunyai hubungan.

Aku sedikit ingin tertawa membayangkan ini, aku bertanya-tanya aku menyelamatkan wanita cantik bagai giok, dan dia ingin menjebakku, ini membuatku sangat kecewa. Aku seorang pria tapi bukan berarti seorang pria bodoh.

Cinta bertanya padaku sedang memikirkan apa? Aku menjawab: “Sedang memikirkan bagaimana cara menjawabmu.”lalu tertegun dan berkata: “Balas budi yang aku inginkan adalah kamu hidup lebih baik untuk dirimu sendiri.”

Cinta menatapku sedikit bingung dan aku berkata: “Aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Tuan Dony Yun, hanya saja syarat untuk mencintai orang lain adalah cintailah diri sendiri terlebih dahulu, jika kamu tidak mencintai dirimu sendiri, bagaimana orang akan menghargaimu? Terlebih jika orang itu tidak mengerti cara menghargai, kamu seharusnya lebih mengerti cara menghargai dirimu sendiri, dengan begitu kamu akan bertemu dengan seseorang yang lebih baik dari dirinya?”

Selesai mengatakannya, aku sedikit gugup dan bertanya-tanya: “Apakah aku terlalu berbelit, maaf, aku tidak pandai berbicara.”

Cinta tidak mengatakan apa-apa, aku sedikit gugup dan berpikir apakah dia marah, tapi selang tidak lama aku melihatnya meneteskan air mata, awalnya dia menangis diam-diam lalu menangis terseduh-seduh hingga membuat hatiku pilu.

Aku sedikit bingung dan berkata: “Cinta, apa yang kamu tangisi? Apakah yang aku katakan membuatmu tidak senang?”

Cinta menggeleng dan mengusap air matanya lalu memberikan gelang merah di kakinya padaku, aku bertanya dengan penuh penasaran: “Apa ini?”

Dia berkata: “Ucapan terima kasih.”

Aku yang baru saja ingin menjulurkan tangan menerima gelang merah itu, tiba-tiba pintu didobrak ‘Pong’, aku menoleh dan melihat Tuan Dony Yun dengan wajah suram berjalan masuk dan merampas gelang merah itu, aku baru saja mau memberikan penjelasan, Tuan Dony Yun sudah teriak marah padaku: “Keluar!”

Aku tidak berani bertanya apa-apa hanya bisa berbalik meninggalkan ruangan.

Leo sudah menunggu di depan pintu, begitu melihatku dia menghela nafas, menepuk pundakku dan berkata: “Tuan Dony Yun tidak marah padamu.”

Aku menyuruh Leo tidak usah menenangkanku dan mengatakan aku akan mencari Tuan Dony Yun memberikan penjelasan, aku dan Cinta tidak ada hubungan apa-apa.

Leo berkata: “Takutnya memberi penjelasan juga tidak berguna. Kamu tahu apa artinya Cinta memberimu gelang merah?”

Aku menggeleng dan dia berkata: “Itu artinya Cinta akan mengikutimu dan membantumu melakukan sesuatu. Mungkin sekarang kamu tidak mengerti, nanti kamu pasti akan mengerti, Cinta adalah sebuah pisau yang tajam.”

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu