Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 217 Ingin Bertemu Lagi

Adik perempuanku akan datang ke Beijing untuk bersekolah, aku sangat senang dan kaget, aku senang akhirnya dia bisa berada di satu kota yang sama denganku, bahkan jika kami tidak bisa saling mengenal, setidaknya ketika aku ingin melihatnya, aku bisa bersembunyi dan diam-diam memperhatikannya, yang lebih mengejutkan adalah situasi di Beijing yang sedang bergejolak, aku khawatir dia akan diikuti oleh bos Felicia dan orang-orang yang tertarik, kalau itu terjadi keamanannya akan terpengaruh.

Ketahuilah, 'Bos' di belakang Felicia sekarang tahu aku di sini di Beijing, sulit untuk memastikan jika dia akan berurusan dengan adik perempuanku untuk memaksaku.

Memikirkan hal ini, aku menghela nafas dalam-dalam, Jessiyang di sampingku berkata: "Tenang, aku akan mencari orang untuk melindungi Lidia secara diam-diam, tapi dia mungkin tidak perlu bantuanku."

Aku bertanya dengan perasaan aneh apa maksud kata-katanya? Dia mengatakan aku akan tahu pada saatnya, kemudian dia mengecek arlojinya, mengatakan kami sudah terlambat, lalu meminta sopir untuk mengantar kami kembali. Dalam perjalanan, aku menceritakan padanya masalah wakil kapten. Setelah mendengarkan, dia jelas-jelas dalam suasana hati yang baik dan berkedip pada aku, mengatakan: "Sepertinya teman sekelas kita Alwi benar-benar sudah dewasa."

Aku menyentuh hidungku dengan canggung, jika ini terjadi di masa lalu, aku pasti akan dengan sombong menghadapi situasi ini, aku pasti akan berkelahi dengan orang-orang itu, tetapi sekarang. Dengan latihan dari Jessi, aku jelas lebih dewasa dalam menangani berbagi hal. Melihat Jessi, aku berkata dalam hati, "Jessi terima kasih. Tanpa kamu, aku Alwi tidak bisa hidup, dan yang lebih penting, aku tidak akan mungkin hidup dengan penuh martabat, dengan lebih baik, dan dengan lebih dewasa."

Jessi bukan hanya penyelamat bagi aku, dia tidak hanya memberi aku kesempatan untuk hidup, tapi juga memberi aku martabat. Meskipun sepenuh hatiku ingin kembali ke Nanjin, aku tahu betul bahwa di Beijing tempat dia berada, aku harus lebih mengalah dan rendah hati, tapi dia memberiku kesempatan untuk berdiri didepan kelompok yang dulunya tidak mungkin akujangkau, dan hidup dengan kepala yang terangkat ke atas penuh dengan kebanggaan.

Martabat, ini adalah sesuatu yang tidak ada yang bisa memberiku hal ini selain Jessi, jadi dalam hatiku, statusnya adalah yang terpenting.

Jessi mengangkat alis matanya, dengan santai mengatakan: “Yang aku inginkan bukan ucapan terima kasih.”

Aku dengan sedikit keraguan mengatakan: “Kalau begitu akan ku berikan tubuhku?”

Mobil tiba-tiba berputar dan berbelok, karena begitu mendadak, Jessi dan aku tidak sempat bereaksi, kami berdua langsung saling bertabrakkan, dengan khawatir, aku mengulurkan tangan untuk berpegangan pada sesuatu, tanganku menyentuh sesuatu yang sangat halus, ujung hidungku dipenuhi dengan aroma susu.

Baunya enak, seperti aroma bayi. Tanpa banyak pikir, aku segera mengendusnya dengan rakus, seperti seekor anjing, aku menggesekkan pipiku pada sesuatu yang halus seperti krim, aromanya sangat kuat, dengan perlahan aku membuka mata dan melihat leher putih yang halus, aku terkejut, perlahan-lahan aku mengangkat kepalaku, melihat Jessi yang tersenyum, tapi ada bayangan dingin dalam senyuman itu, aku menelan ludah, sepertinya aku tahu apa yang aku pegang di tanganku, lalu aku pelan-pelan menurunkan kepalaku, dan benar saja, aku melihat tanganku di dada Jessi.

Di luar baju, aku bisa merasakan bahwa satu tanganku tidak bisa dikendalikan sama sekali dalam situasi ini, dan rasa lembut dan kenyal membuatku enggan melepaskannya untuk sesaat. Jessi menunjukkan senyum seperti iblis, kemudian dia bergerak dengan cepat, meraih pergelangan tanganku, memutarnya dengan keras, hanya terdengar bunyi ‘Kreakk', aku mengerang dan berkata: "Sudah Terkilir! Tolong lepaskan!"

Jessi meraih lenganku. Satu tangannya menekan bahuku, dan dengan tenaga, terdengar suara ‘Kreakk', bahuku langsung terkilir lagi.

Jessi mengangkat kakinya, dan menendang pantatku dengan kakinya, tubuhku berputar, dan seluruh wajahku menempel ke jendela, saat aku akan berdiri, aku mendengar suaranya yang halus berkata, "Perbaiki tingkahmu, jika kamu berani bergerak sebelum sampai di rumah, aku akan mati."

Meskipun nada suaranya sangat lembut, aku mendengar nada kejam di dalamnya, aku ingin berbaring dan menangis tanpa air mata, aku tidak berani menyembuhkan lenganku yang terkilir, aku hanya bisa melihat keluar jendela dengan tatapan sedih, tapi yang ada di pikiranku adalah pemandangan barusan, memikirkan hal itu, aku seperti mencium aroma Jessi dari kejauhan, dan aku hanya bisa mencium aroma yang wangi dan parfum lembut, dan ternyata hari ini aku tahu. Ternyata tubuhnya memiliki aroma susu alami, hal itu benar-benar luar biasa, sungguh perpaduan sempurna dari dewi yang dewasa dan pintar, dan juga memiliki aroma seperti bayi dan susu, perbedaan ini benar-benar membuat perhatian semua orang tertarik kuat.

Lebih penting lagi, aku benar-benar menyentuh dada sang dewi dan merasakan betapa mengagumkannya itu sampai-sampai aku tidak dapat menggenggamnya hanya dengan satu tangan. Hanya dengan memikirkannya membuatku bersemangat, membayangkan perasaan itu, aku menelan ludah dan berpikir betapa bagus kalau supir kembali melakukan satu kesalahan lagi.

Tunggu, ini adalah kesalahan supir, kenapa menyalahkanku? Dipikir-pikir kembali, aku langsung membela diri sendiri, aku langsung menjelaskannya pada Jessi kalau tadi bukan disengaja, pelakunya adalah si supir yang tidak bisa mengemudi dengan baik.

Supir Jessi kali ini bukan orang sama yang dibawanya saat pergi ke Nanjin, tetapi seorang pemuda pemalu bernama James. Begitu James mendengar apa yang aku katakan, dia buru-buru mengatakan: "Kak Jessi, aku bukannya sengaja, itu karena ucapan Bang Alwi yang tidak sopan. Itu membuatku terkejut."

Sial, kapan aku bicara tak sopan? Anak ini, bukankah aku hanya mengatakan aku akan memberikan tubuhku pada Jessi? Melihat tingkahnya, aku benar-benar tidak mengerti bagaimana Jessi menjadikannya seorang supir.

Aku dengan bercanda bertanya pada Jessi, dia tersenyum dan berkata: "James memiliki sesuatu yang aku inginkan di tubuhnya."

Aku dengan iri melihat James dan menemukan bahwa anak itu merah dari leher ke telinga. Aku tidak bisa menahan tawa. Aku paham dengan sangat jelas apa yang dimaksud Jessi tentang sesuatu dari tubuh James, ini adalah ketulusan dan kejujuran, ini adalah kebebasan, ini adalah sebuah perasaan cerah seperti sinar mentari, dan ini, bukanlah dia yang seperti seorang anak sulung dari keluarga terhormat, juga bukanlah aku yang berusaha bangkit dari keterpurukkan.

Tidak ada pembicaraan sepanjang jalan, dengan cepat kami sampai di perumahan, Jessi mengangkat alisnya dan berkata, "Sembuhkan lenganmu."

Aku berterima kasih dengan tulus berkata: “Terima kasih atas kebaikkanmu.”

Jessi tersenyum dengan memukau padaku, dalam hati aku berkata "iblis", saat membuka pintu, aku seolah mencari mati dengan mengatakan: "Nona, aroma di tubuhmu benar-benar sangat harum, lain kali aku akan terus memimpikannya, aku tak akan melupakannya seumur hidup."

Selesai berbicara, aku tidak menunggu Jessi marah, dengan cepat aku keluar dari mobil dan bergegas naik ke atas seolah-olah pantatku terbakar, aku harus mencari Kakek Ergi untuk melindungiku, jika tidak pengawal Jessi akan membunuhku, aku lupa, Jessi sendiri bisa membunuhku.

Wanita ini, terus saja berpura-pura bodoh, lama-lama aku kesal jika memikirkannya!

Sambil mengkritik, aku buru-buru naik ke atas, setelah sampai di perumahan, Kakek Ergi sudah mempersiapkan satu meja penuh hidangan yang enak. Melihat aku datang, dengan suasana hati yang baik dia mengatakan: “Bocah ingusan, kamu sudah kembali, ayo cepat makan, aku telah memasak banyak makanan enak.”

Aku buru-buru duduk, dan berkata: “Kakek sendiri yang memasak, aku benar-benar diberkati hari ini.”

Jessi juga sudah masuk, dia melirikku duluan, lalu menyapa dengan sopan: “Kakek.”

Dia mengangguk dengan cuek, aku lalu kesal dengan caranya memperlakukan Jessi, dari bawah meja aku menginjak kakinya, dia kesakitan dan dengan kesal mengatakan: “Bocah ingusan, beraninya kamu menginjak kaki kakek. Lihat saja apa aku akan memukulmu nanti.”

Aku tersenyum canggung, dan berkata: “Jessi, ayo duduk disini.”

Kakek Ergi terbatuk, mengatakan: “Duduklah disini.”

Jessi berjalan pelan ke meja, lalu kami mulai makan, saat itu aku menceritakan pengalamanku sebagai tentara pada Kakek Ergi, Jessi makan dengan tenang, selesai makan, kami semua merasa puas.

Setelah makan, Jessi berinisiatif untuk mencuci piring, aku memutuskan untuk mandi, dan Kakek Ergi duduk di sofa sambil menonton tv.

Sebelum aku masuk ruangan, aku melihat Jessi yang sibuk dan Kakek Ergi yang sedang bersantai, dalam hatiku terasa kepuasan. Aku selalu berimajinasi kalau kami seperti sebuah keluarga nyata, yang penuh dengan kebahagiaan.

Selesai mandi, aku keluar dan menyadari Kakek Ergi sudah menghilang entah kemana, di dapur juga sangat diam, lalu aku mendengar suara dari arah balkon. Aku berjalan kesana, dari jauh, terdengar suara Jessi yang mengatakan: “Kakek, hari ini aku melihat wanita itu lagi.”

Lalu, aku mendengar suara Kakek Ergi yang gemetaran sambil bertanya: “Apa dia datang untuk melihat Alwi? Apa dia sudah tahu semuanya?”

Jessi mengangguk dan berkata: "Ya, bukan hanya dia, setelah dijebak, semua yang harus diketahui, dan apa yang seharusnya tidak diketahui, semua telah mengenal Alwi."

Setelah jeda sesaat, dia berkata: "Tenang saja, karena aku yang membawa Alwi ke Beijing, aku akan bertanggung jawab atas keselamatannya, jika dia hidup aku hidup, jika dia mati aku juga mati."

Ketika aku mendengar ini, aku terkejut, perasaan bahagia dan tersentuh bergerak memenuhi hatiku.

'Jika dia hidup aku hidup, jika dia mati aku juga mati'.

Ini adalah janji sulit dan terdalam yang pernah aku dengar.

Kakek Ergi menghela nafas dan berkata, "Anak muda, aku tahu kamu juga tidak memiliki pilihan, juga tahu kamu melakukannya demi kebaikkan Alwi, jadi aku akan mengatakan delapan kata ini, aku tidak menyalahkanmu karena membawa Alwi ke Beijing, kamu tidak perlu membuat komitmen seperti itu, karena aku setuju untuk datang ke Beijing, aku juga akan bertanggung jawab atas keamanan Alwi, Keluarga Chen hanya memiliki satu penerus, dan aku tidak akan membiarkannya dihancurkan di tangan ku. "

"Kakek. Jessi, topik obrolan kalian terlalu berat." Aku melihat suasana sangat serius, dan berbicara sesuai keadaannya.

Siapa yang sangka saat aku mengeluarkan suara, mereka berdua menatapku dengan terkejut seperti sedang tertangkap berbuat jahat, dengan perasaan aneh aku bertanya kenapa?

Kakek Ergi mengeluarkan suara ‘Errr' dan berkata: “Tidak ada apa-apa, kami hanya kaget karena kamu. Bocah, bagaimana kamu bisa berjalan tanpa suara?”

Aku lalu tertawa dan mengatakan: “Kakeklah yang mengajarkan aku dengan baik.”

Kakek Ergi tersenyum lega, berkata: “Bocah ini memiliki bakat, ayo, kita berdua pergi lanjutkan latihan.”

Aku mengangguk dan menatap Jessi, yang sedang dia berdiri di bawah sinar bulan. Dikelilingi sinar di sekitarnya, dengan senyum di ujung mulut, dan masih lebih indah dari semua makhluk hidup, seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya, aku tersenyum lembut padanya dan berkata 'terima kasih' diam-diam dengan mulutku, lalu mengikuti Kakek Ergi untuk pergi berlatih bersama.

Dalam sekejap mata, lebih dari setengah dari dua bulan berlalu, dalam waktu kurang dari sepuluh hari, kegiatan sekolah di Beijing Normal University akan dimulai, di hari itu jugga, aku mengenakan topi dan masker, lalu mengendarai mobil tua yang dibeli oleh Kakek Ergi, dan pagi-pagi sekali berkeliling di sekitar Beijing Normal University.

Aku tidak tahu apa adik perempuanku datang untuk mendaftar hari ini, tetapi saya masih ingin mencoba keberuntunganku, jadinya aku menunggu sepanjang pagi, semua siswa baru terus berdatangan satu per satu, aku sangat bersemangat melihat mereka, tapi aku masih belum melihat adikperempuanku, saat aku berpikir adik perempuanku tidak datang pagi itu, sebuah mobil dengan nomor plat Nanjin berhenti perlahan di gerbang sekolah, kemudian seorang wanita keluar dari mobil.

Wanita itu mengenakan pakaian profesional dengan lekuk indah kedua kaki panjangnya menarik perhatian banyak orang di sekitar, tapi yang paling mengagumkan bukanlah kakinya, melainkan wajahnya yang cantik, dia memakai riasan tipis, fitur wajahnya halus, bibir tebalnya terlihat merah, dilihat dari jauh, benar-benar seperti seorang ahli kecantikkan profesional.

Dan wanita ini, dia adalah kenalan lamaku, Claura.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu