Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 491 Kamu Masih Mencintainya, bukan?

Felicia membiarkan Jessi untuk coba berkencan dengan Kakaknya dan bilang bahwa Kakaknya sudah menyukainya sejak dulu. Aku sedang minum saat ia mengatakan itu, setelah ia berbicara selesai, aku langsung menyemburkan air.

Wajah Govy seketika memerah dan berkata, “Kamu sedang asal berbicara apa?”

Felicia mengerucutkan bibirnya. “Aku tidak asal berbicara. Aku sudah dengar dari Ayah dan Ibu, bahwa kamu mungkin menyukai Jessi, jadi setiap kali minta bertugas bersama dengannya, biar bisa lebih dekat dengannya saat melaksanakan misi. Ayah dan Ibu juga bilang kalau kamu masih saja tidak berani, mereka sudah mau pergi Keluarga Jessi untuk menjodohkan kalian.”

Aku seketika sangat marah mendengar ucapan Felicia. Orang tua Keluarga Su tidak mungkin tidak tahu hubunganku dengan Jessi. Mengapa mereka bisa melakukan ini? Padahal aku selalu menganggap Ibunya Govy adalah Ibu yang pengertian. Tapi kalau dipikir sejenak, orang tua mana yang tidka memikirkan anaknya? Cinta seorang Ibu selalu terarahkan kepada anak sendiri dengan egois, jadi pikiran mereka sama sekali tidak salah.

Govy mengerutkan dahinya sambil menoleh kearahku, ia ingin menjelaskannya, tetapi aku sudah tersenyum kearahnya. Aku menggelengkan kepala, bermaksud bahwa aku tidak akan memikir banyak, karena aku tahu dirinya. Ia adalah orang yang mementingkan pertemanan. Jika ia benar-benar menyukai Jessi dan ia menganggapku sebagai temannya, ia tidak akan mencari kesempatan untuk mendekati Jessi, melainkan menjauh dari dirinya dan memecahkan niatnya.

Govy menghela nafas setelah mengetahui aku tidak berpikir banyak. Ia berkata dengan raut wajah serius. “Felicia, jangan asal berbicara. Nona Jessi dan Reino memang sedang berkencan. Kamu berkata seperti itu, bagaimana dengan diriku? Jangan-jangan di matamu, Kakak adalah teman yang merebut wanita milik teman?”

Melihat Govy yang marah, Felicia mengerucutkan bibirnya dan berkata, “Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja mendengar ucapan Jessi, kukira mereka belum memastikan hubungan mereka. Kalau hubungan mereka belum pasti, kamu mengejar Jessi juga tidak termasuk merebut pacar teman kok. Kalau mereka berdua saling menyukai, anggap saja ucapan itu omong kosong.”

Setelah itu, Felicia memandangku dari atas sampai bawah. Raut wajahnya bingung dengan bagaimana aku mendapatkan Jessi. Jessi juga menoleh kearahku. Tatapannya sejak aku masuk tadi tetap begitu cuek. Hanya saja tatapannya yang sekarang muncul sedikit harapan, seperti sedang berharap aku mengatakan sesuatu.

Felicia melirik sekilas kotak perhiasan yang kutaruh di atas meja. Ia bertopang dagu dan berkata, “Apakah kalian berdua benar-benar berkencan?”

Aku menoleh kearah Aiko yang sedang bermain dengan Cecilia. Kata ‘Iya’ itu entah mengapa tidak bisa diucapkan. Ap benar seperti yang dikatakan Govy, kalau kita berdua malu untuk mengakuinya.

Felicia berkata, “Kalau begitu aneh sekali. Kalau kalian adalah pasangan, mengapa Reino memilih sepaket perhiasan? Andaikan kamu tahu kalau Jessi paling benci barang yang seperti itu. Lagipula itu juga tidak cocok dengan Jessi.”

Aku mengerutkan dahi dan baru saja ingin menjelaskan, tiba-tiba Jessi berkata, “Itu bukan diberikan untukku.”

Aku mengepalkan tanganku dan memandang kearahnya. Ia tertawa kepadaku, tapi senyuman membawa rasa dingin. Ia berkata, “Ini adalah hadiah pemberian Reino untuk Cecilia, bukan?”

Felicia memandang Jessi berbeda. “Oh ternyata.”

Aku segera mengatakan, “Iya. Hari ini hari pertama bertemu dengan Cecilia, setidaknya aku harus membawa hadiah kan.”

Setelah itu, aku membawakan kotak perhiasan kehadapan Aiko. Aku berkata sambil memandang Cecilia, “Sayang, suatu hari kamu akan besar dan harus memakai gaun putih. Ayah...Paman memberikanmu perhiasan, sebagai hadiah pertunanganmu, baik?”

Mengatakan kata ‘Paman’ membuat hatiku benar-benar sedih. Bahkan aku tidak berani mengakui anakku sendiri, benar-benar payah sekali.

Aiko berkata, “Terima kasih, Pamannya Cecilia.”

“Jangan sungkan, kita kan satu keluarga.” ucapku sambil tersenyum dan kembali ke tempat dudukku dengan malas. Lalu aku melihat Felicia yang sedang mengeluarkan pakaian yang dibelikannya untuk Govy coba. Govy tertawa dengan senang, apalagi ia sangat menyayangi adiknya ini. Sekarang adiknya membelikan pakaian untuknya, ia pasti sangat senang.

Felicia melihat jas yang dicoba pakai oleh Govy dan berkata, “Bagus sekali. Kukira akan kekecilan, lagipula tubuh Kakak begitu kekar. Kalau sekarang dilihat, lumayan cocok juga. Hehe.”

Melihat senyuman di wajah Felicia membuat perasaanku membaik. Senyuman yang terpasang di wajahnya sekarang, aku sama sekali tidak pernah melihatnya. Ini adalah senyuman yang tidak penuh rahasia dan beban.

Sebenarnya aku sedikir cemburu kepada Govy. Lagipula kalau tidak terjadi masalah itu, mungkin pakaian yang dibelikan Felicia itu semua untukku. Ia sangat baik dalam memilih, sehingga dapat membuatku menjadi lebih keren.

Felicia tiba-tiba membalikkan kepalanya dan melihatku penuh kebingungan. Aku seperti anak yang bersalah, segera mengalihkan pandanganku, tetapi tidak sengaja melihat pandangan mata Jessi. Seketika hatiku menjadi berantakan, seperti ada rasa rahasiaku yang terbongkar.

Felicia juga tidak berpikir terlalu banyak dan melanjutkan kegiatannya untuk menyuruh Govy mencoba pakaiannya. Selain itu, pelayan juga sudah membawakan makanannya. Setelah semua makanan tersedia, Govy juga sudah selesai mencoba semua pakaiannya. Ia mengelus kepala Felicia pelan dan berkata, “Kamu lelah, bukan? Aku sudah memesan banyak makanan kesukaanmu?”

Felicia menelan ludah setelah melihat satu meja yang penuh dengan makanan kesukaannya. “Kak, aku tahu kamu menyayangiku, tapi sekarang sudah malam, aku akan gemuk kalau aku makan. Bagaimana kalau aku gemuk dan penggemarku tidak menyukaiku?”

“Aku tidak peduli mereka suka atau tidak. Lagipula kamu tidak perlu dirawat mereka. Adikku makanlah kalau kamu ingin makan dan minumlah kalau kamu ingin minum. Menjadi gemuk juga tak apa-apa. Tidak ada orang menyukaimu juga tidak apa-apa. Kakak sayang kamu kok.” ucap Govy sambil tertawa senang, lalu memberikan makanan untuk Felicia.

Felicia mendengus seperti kucing, lalu mengambil sumpitnya. “Tak apa-apa kalau ada Kakak yang menyukaiku. Kalau gemuk ya sudahlah, tidak perlu menjadi penyanyi.”

Setelah itu ia langsung makan dengan lahap. Hatiku menjadi senang juga setelah melihat ia makan dengan lahap. Govy juga menyuruhku makan. Aku menatapnya sekilas dan melihat kekhawatiran dari tatapan matanya. Aku tahu ia takut kalau aku ada muncul niat yang tidak seharusnya kepada Felicia dan menekankan rasa itu. Aku mengembalikan tatapan mataku dan mulai makan.

Dalam acara makan-makan ini, Jessi dan Aiko hampir sama sekali tidak makan. Melihat mereka berdua yang kurus, aku merasa kasihan dan bertanya, “Mengapa kalian berdua tidak makan? Apakah makanannya tidak cocok untuk kalian?”

Aku menoleh kearah Aiko. Ia sedang masa menyusui, bagaimana mungkin makan begitu dikit? Tapi mengingat Cecilia minum susu formula. Aku tahu mungkin air susunya dikit. Hatiku sangat merasa bersalah, karena tahu saat Aiko sering tidak bahagia saat mengandung, begitupula setelah melahirkan, sehingga air susunya dikit.

Mengingat itu, aku menuangkan sup ayam untuk Aiko dan menaruhkan di hadapannya. “Kak, banyak minumlah, untuk merawat tubuh.”

Aiko mengangkat alisnya dan mengatakan terima kasih, lalu meminum supnya.

ku baru saja ingin menuangkan sup untuk Jessi, tiba-tiba ia meletakkan sumpitnya dan berkata, “Aku sudah kenyang. Aiko, berikanlah bayinya kepadaku. Aku bawakan bayinya dan kamu banyak makanlah.”

Aiko tertawa kearah Jessi dan memberikan Cecilia kepadanya. Cecilia baru saja digendong olehnya, langsung memgang rambutnya dan bersenandugn senang.

Jessi menghibur Cecilia dengan senang. Terlihat ia sering menggendong Cecilia. Hubungannya dengan Aiko juga semakin dekat, tidak lagi ada rasa musuh. Dulu Jessi pernah menampar kencang Aiko dan itu sepertinya lama-lama terlupakan.

Saat ini, aku melihat Felicia yang sedang berbincang dengan Govy dan melihat kedua wanita yang kucintai sedang berbincang lembut, tiba-tiba aku merasa diriku begitu kesepian, seperti orang-orang yang kucintai perlahan-lahan menjauhiku.

Acara makan-makan membosankan. Setelah makan selesai, Govy bilang waktunya sudah cukup malam dan menyuruhku segera kembali. Aku sedikit terkejut dan bertanya, “Ada apa? Kamu menyuruhku datang untuk makan?”

Kukira ada misi.

Govy berkata, “Aku menyuruhmu datang untuk kamu melihat Cecilia.”

Ternyata seperti itu.

Aku memandang Govy penuh berterima kasih. Ia memandang kearah Jessi dan berkata, “Ini semua ide dari Nona Jessi, termasuk misi kita yang dilangsungkan disini, juga diperoleh olehnya. Oh iya, Reino, terima kasih telah menolong Felicia dengan hukumana dan tekanan dari atasan. Kami sekeluarga akan berterima kasih kepadamu.”

Felicia dengan terkejut berkata, “Apa maksud dari ucapanmu, Kak? Kakak yang menyuruhnya untuk menolongku?”

Govy tidak berbicara. Aku memandangnya dan berkata, “Tidak perlu berterima kasih di antara kita berdua, tapi aku berharap kamu bisa melindunginya dengan baik-baik. Ia adalah Nona muda dari Keluarga Su, bukanlah alat untuk menguji kesetiaan.”

Raut wajah Felicia seketika bingung setelah mendengar ucapanku, sedangkan raut wajah Govy memberat dan memandangku tidak senang. Aku tahu ia merasa ucapanku dapat mempengaruhi perasaan Felicia, bahkan bisa mempengaruhi hubungan Felicia dengan orang tuanya, tapi meskipun ia bisa menyalahkanku, aku juga harus mengatakannya, karena aku tidak memperbolehkan seorangpun untuk melukai Felicia, begitupun dengan Keluarga Su!

Aku bangun dan bersiap untuk pergi. Sebelum pergi, aku melihat Cecilia yang dibuat tidur oleh Jessi. Melihat Cecilia tidur begitu nyenyak seperti boneka, aku ingin menggendongnya sekali lagi dan mengecupnya, tapi juga takut dapat membangunkannya dari mimipi, jadi aku hanya bisa menahan perasaanku dan bilang kepada Aiko dan Jessi, “Kalau begitu, aku pulang dulu.”

Jessi mengangguk, tapi tiba-tiba Aiko berkata, “Jessi, bukankah kamu ada masalah yang ingin dibicarakan dengan Reino? Kebetulan ia tidak punya mobil, kalau tidak kamu sekalian mengantarnya pulang dan berbicara dengannya.”

Aku baru saja mau pergi, tiba-tiba berbalik badan lagi dan memandang Aiko terkejut. Aku tak sangka ia berinisiatif untuk membentuk kesempatan bagiku dan Jessi untuk berbicara.

Jessi terkejut dan ragu. Aiko langsung menggendong Cecilia dari Jessi. “Pergilah. Ada beberapa masalah kalau tidak terus dibicarakan, akan selalu teringat. Jangan tidak mau kalah.”

Jessi memandangku sekilas, lalu mengangguk. “Kalau begitu, kamu tunggu aku disini. Aku bentar lagi akan pulang, lalu aku baru suruh orang mengantarmu pulang.”

Aiko mengangguk. Melihat mereka berdua seperti melihat kakak adik.

Waktu memang bisa merubah seseorang, hanya saja ada hubungan orang yang semakin membaik dan juga ada hubungan yang semakin memburuk.

Jessi dan aku keluar dai ruangan. Pengawalnya selalu menunggu diluar pintu. Ia berbicara dengan pengawalnya, lalu pengawalnya pergi. Ia berkata kepadaku, “Tunggu sebentar disini. Aku menyuruh Paman untuk membawakan mobil biasa untukku.”

Aku mengangguk. Ia tidak berbicara, aku juga tidak tahu bagaimana membuka pembicaraan, hingga kita berdua naik mobil, ia yang menyetir dan aku duduk di kursi penumpang. Aku tidak tahan mengatakan, “Jessi, kata-kata yang kukatakan hari itu bukan sengaja ditujukan kepadamu.”

essi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan dan menoleh kearahku. Ia serius bertanya kepadaku, “Kamu masih mencintainya, bukan?”

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu