Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 382 Menghubungi Orang-Orang Tersendiri (1)

Aiko pun menatapku dan tiba-tiba bertanya apakah kita saling kenal. Hatiku seketika menjadi muram. Aku ingin mengatakan iya, kami saling kenal tapi mulutku malah mengejeknya dan bertanya, “Kenapa? Apakah ini caramu memulai pembicaraan dengan orang? Berpura-pura mengenal teman lama?"

Aku sengaja berbicara dengan suara besar, supaya Justin, yang bersembunyi di tempat yang jauh, mengira bahwa aku membenci Aiko, dan memberitahu Claura.

Aiko menatapku dengan benci dan dengan dingin berkata, "Sepertinya aku telah terlalu banyak memikirkannya."

Aku pun tidak berbicara lagi, membalikkan tubuhku dan pergi untuk makan. Dari belakangku, aku mendengar Aiko sedang bergumam pada dirinya sendiri, "Aku sedang dalam mimpi buruk, bukan?"

Aku sedikit terkejut dan berpura-pura tidak mempedulikannya sambil melangkah maju kedepan. Ketika aku sampai di sisinya Justin, aku melihat dia berdiri terdiam disana sambil menatap Aiko dan bertanya, "Apa yang kamu lihat? Pergilah makan. Kamu berdiri berdiri sepanjang sore disana, seharusnya sangat melelahkan, kan? Ayuk pergi dan temenin aku makan. "

Walaupun aku sangat membenci Justin, tapi aku sangat jelas bahwa aku yang ingin melakukan balas dendam harus bersabar. Selain itu, aku takut bahwa dia akan melakukan hal yang merugikan bagi Aiko jika aku meninggalkannya bersama Aiko. Karena berdasarkan pemahamanku mengenai Claura, dia tidak akan dengan mudah membiarkan wanita lain mengandungi anakku, bahkan jika aku telah melupakan wanita itu. Makannya dia pasti akan berurusan dengan Aiko, tidak peduli seberapa biaya yang harus ditanggungnya.

Justin dengan enggan memalingkan pandangan dari tubuhnya Aiko dan dengan sembarangan membalasku, "Kak Reino, kamu pergi makan dulu saja. Aku masih ada tugas lainnya."

Setelah mengatakannya, dia pun lagi-lagi memandang badannya Aiko.

Aku berpura-pura bergosip dan bertanya, “Kamu menyukai gadis jelek itu?”

Justin tiba-tiba memandangku, tersenyum tipis dan berkata, “Iya, bagaimana menurut kak Reino mengenainya?”

Aku tahu bahwa dia sedang menguji aku dan pada waktu bersamaan aku juga merasakan bahwa Aiko sedang memandangku. Demi menghilangkan keraguan mereka, aku berpura-pura mengabaikannya dan berkata, "Tidak secantik istriku. Terus inti pentingnya bahwa dia mengandung sebuah anak. Seleramu seberat ini, ya?"

Justin tertawa terbahak-bahak, melemparkan sepasang mata dengan keserakahan, mengecap bibirnya dan berkata, "Wanita yang mengandunglah lebih menarik dan lebih mengasyikan, bukan?"

Aku menunjuknya dan memberikan tawa mengerikanku. Kelihatannya aku menyetujui perkataanya, tetapi hatiku merasa tidak enak ketika tahu bahwa Justin memiliki ide buruk untuk Aiko. Meskipun Aiko jauh lebih dibandingnya, tapi bagaimanapun juga dia sedang mengandung, sehingga akan sangat mudah untuk diserang. Justin mungkin saja ingin mempermainkannya.

Yang terpenting adalah aku mencurigai Justin akan melakukan sesuatu kepada Aiko, dan tentu saja ini merupakan idenya Claura. Claura adalah orang yang licik dan penuh dengan tipuan, kemungkinan dia akan menggunakan berbagai cara untuk menghadapinya.

Saat memikirkannya, aku pun memutuskan untuk tidak membiarkan Aiko sendirian dengan Justin. Tetapi, apa yang harus kulakukan?

Aku sambil memikirkannya, sambil berpura-pura berjalan maju kedepan. Setelah beberapa langkah, aku pun membalikkan kepalaku menghadap Justin dan bertanya, "Oh iya, siapakah namamu?”

Pandangan matanya Justin terus menatap Aiko, dia dengan tidak peduli berkata, "Namaku Juvillian. Kak Reino cukup memanggilku Justin saja."

Aku seketika menjadi muram dan bertanya, “Namamu siapa? Justin?”

Setelah selesai mengatakannya, aku tidak memberi dia kesempatan untuk meresponinya, langsung berlari ke arahnya dan meninju wajahnya. Dia yang ditinju olehku sempoyang ke belakang dan dengan sedikit linglung bertanya, “Kamu…apa yang sedang kamu lakukan, hah?”

Aku dengan dingin berkata, “Kamu adalah Justin, masih mau nanya apa yang sedang kulakukan?”

Setelah mengatakannya, aku sekali lagi ingat untuk menyapu kakinya, sehingga Justin tersandung dan jatuh ke lantai. Kemudian, aku dengan marah meninju perutnya dimana pukulan yang satu ini merupakan tinjuan yang sangat berat, dia pun jatuh oleh tinjuan ini. Dia langsung memuntahkan sedikit darah dan busa dari mulutnya, tapi aku tidak berpikir untuk melepaskannya. Siapapun yang berpikiran untuk mendapatkan wanitaku, aku pasti akan menguburnya hidup-hidup.”

Aku meninju di wajahnya sehingga mata, hidung dan mulutnya telah dilumuri oleh darah. Pada saat ini dia baru merespon, segera menangis dengan pahit dan berteriak, "Kak Reino ampun, kak Reino ampun, aku bukanlah Justin yang pengkhianat itu. Aku hanya kebetulan memiliki nama yang sama dengannya. Yang kukatakan ini jujur.”

Justin berkata demikian. Jika aku meninjunya lagi, maka aku akan terlihat sengaja menghancurkannya. Lagi pula aku termasuk telah melampiaskan kekesalanku, sehingga aku tidak memiliki pilihan lain selain berhenti, mengambil kerah bajunya dan bertanya, “Benerankah?”

Justin dengan wajah keluh berkata, “Beneran.”

Aku dengan canggung melepaskannya dan berkata, “Saudara, maafkan aku. Aku tidak menyangka bahwa di dalam organisasi kami ada yang memiliki nama yang sama. Makannya ketika mendengarkan namamu, aku langsung mengira bahwa kamu ada si pengkhianat Justin dan ingin menghabisimu. Kamu baik-baik saja kan?”

Justin merayap di rumput-rumputan dan terengah-engah sambil berkata, “Aku… baik-baik saja.”

Tampaknya dia tidak bisa berdiri. Aku pun sekilas melihat Aiko yang telah melihat semuanya dengan pandangan dingin dan berkata dengan lembut, “Baguslah jika baik-baik saja. Maafkan aku ya. Sebagai permintaan maafku, aku mentraktirmu makan ya.”

Setelah mengatakannya, aku tidak menunggu Justin menolaknya, dan langsung memikulnya di bahuku.

Dugaanku bahwa si Justin juga tidak memiliki tenaga untuk bergumul. Aku pun tidak memiliki pilihan lain dan memikulnya ke villa. Di sepanjang perjalanan, aku pun gemetar ketakutan. Jika saat itu Justin menyebut dirinya dengan nama yang lain, aku pun tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, aku bertaruh bahwa dia tidak akan menggantikan namanya. Pertama-tama, semua pemikirannya tertuju pada tubuhnya Aiko. Dia yang saat ini sama saja dengan semua pria lainnya, yaitu telah terobsesi dengan kecantikannya, dimana ini merupakan waktu terburuk untuk waspada. Kedua, karena Claura tidak menggantikan namanya, itu menunjukkan kalau dia sangat yakin bahwa aku telah kehilangan ingatanku, jadinya Justin mereka orang juga tidak perlu untuk menggantikan namnya. Ketika waktu terburuk melaporkan nama Justin tiba, maka cukup menjelaskan saja.

Setelah membawa Justin kembali ke vila, bibi pun membawakan makanan yang telah disiapkannya. Justin pun dengan lemah merayap ke atas meja. Suasana hatiku pun membaik ketika aku sekali menghajarnya. Aku sambil memasukkan nasi ke dalam mulut, sambil tersenyum meminta maaf dan berbicara dengannya. Setelah aku selesai makan hingga kenyang, Justin satu suap pun belum memakan nasinya. Aku pun bertanya kepadanya apakah dia tidak suka hidangan yang dibuat oleh bibi. Dia berkata dengan senyuman pahit bahwa dia mungkin akan pergi sejenak menjenguk dokter.

Aku hanya dapat meminta pengawal yang berada di luar untuk mengantar Justin keluar. Setelah Justin pergi, aku pun pergi ke lantai dua dan melihat dari kejauhan. Aku langsung melihat Aiko yang sedang duduk di luar sebuah teras, sambil memakan sesuatu. Rautnya muram dan terlihat sangat kesepian. Ketika melihat bagian ini, hatiku pun merasa sangat sakit.

Aku tahu bahwa dia akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Jika aku tidak memikirkan ide yang bagus, dia kemungkinan akan mengalami masalah. Setelah memikirkannya, aku pun telah kepikiran satu cara.

Aku kembali ke lantai satu, dengan sakit menyentuh kepalaku dan berteriak dengan keras.

Tangisan kesakitan dan kegilaanku seketika menarik perhatian banyak orang. Aiko pun juga telah datang kemari. Aku sambil melempar sesuatu, sambil berteriak, "Kepalaku sakit sekali. Sakit sekali, ah!"

Semuanya pun menjadi cemas dan segera mengundang dokter untuk datang kemari. Tangisan kesakitanku membuat dokter itu mengatakan bahwa mungkin ada yang salah dengan operasi kraniotomi yang pernah kulakukan sebelumnya. Dia tidak bisa menanganinya dan aku pun mulai membenturkan kepalaku ke jenang pintu.

Satu jam kemudian, Claura pun bergegas kemari. Ketika dia melihat topengku yang telah terbentur hancur, dia pun langsung pucat ketakutan dan bertanya aku kenapa. Aku pun berteriak, “Kepala sakit, kepala sangat sakit.”

Pada saat ini, ada orang yang mengatakan bahwa aku selalu ingin membenturkan kepalaku ke dinding. Dia pun menjadi cemas dan berteriak, “Sayang, kamu tunggu ya, tunggu sebentar. Aku sudah meminta orang untuk mengundang dokter itu. Dokter itu seharusnya dengan cepat akan datang kemari. Kamu yang sabar ya.”

Setelah Claura selesai mengatakannya, dia langsung bergegas ke hadapan Aiko dan menderu, “Apa yang telah kau lakukan kepadanya, hah? Mengapa dia menjadi seperti ini hanya saat berlatih denganmu selama setengah hari, hah? Katakanlah, kamu telah melakukan sesuatu kepadanya, kan? "

Aiko juga bukanlah orang yang mudah untuk ditindas. Ketika dia melihat Claura yang sedang mengambil kesempatan untuk menyerangnya, dia pun dengan dingin berkata, “Daripada kamu menyiramkan air kotor kepadaku, bukankah lebih baik kamu menanyakan anak buahmu yang sudah tidak bisa berdiri itu mengapa suamimu bisa tiba-tiba menghajarnya.”

Tentu saja yang dikatakannya adalah Justin dan Claura pun terlihat sudah mengetahuinya. Dia dengan pandangan kompleks melihatku dan bertanya, “Sayang, apa yang telah dilakukan Justin sehingga membuatmu marah begini?”

Aku menggertakan gigiku dan berkata, “Karena namanya Justin! Coba beritahu aku, apakah dia beneran memiliki nama yang sama dengan pria tidak dikenal yang membunuhku itu? Si pengkhianat itu beneran telah dibunuh kan?”

Claura pernah berkata bahwa aku memiliki sifat yang mudah curiga. Makannya ketika aku menanya demikian, dia sama sekali tidak merasa masalah. Tidak hanya itu saja, saat aku menanya demikian, itu sama saja dengan menyerang tembakan pertama ke musuh. Dari pasif menjadi aktif, dan bisa segera menghilangkan keraguannya. Membiarkan dia tidak lagi mengira bahwa aku sedang melindungi Aiko.

Claura pun segera menjelaskan kepadaku, "Sayang, kamu jangan terlalu bergairah. Justin yang kusebutkan saat itu beneran bukan dia. Bagaimana mungkin aku masih membiarkannya hidup ketika dia telah membuatmu terlihat seperti ini. bukan?"

Aku mendorongnya dan dengan kasar membenturkan kepalaku di atas meja sambil menderu, “Aku tidak tahu, mengapa kepalaku bisa sesakit ini? Mengapa wajahku bisa berubah menjadi seperti ini? Mengapa?”

Pada saat ini, aku berpikir bahwa siapapun akan mengira bahwa aku sudah gila. Selain itu, aku juga telah melihat kekhawatiran dari pandangan matanya Claura. Aku pun tahu apa yang ditakutinya. Dia takut bahwa aku benar-benar mempunyai masalah karena operasi saat itu. Bagaimanapun juga, dia pernah mengatakan sebelumnya bahwa aku kemungkin akan menjadi gila setelah menjalankan operasi tersebut.”

Dia bisa takut, ini menandakan bahwa pertunjukanku telah berhasil.

Aku menghela napas dan lanjut berteriak, “Kepalaku sungguh sangat sakit!”

Claura dengan sakit hati bergegas kemari dan memelukku. Aku dengan erat memeluknya dan dengan perasaan menderita berkata, “Maaf. Maaf, aku tidak seharusnya memarahimu.”

Claura mengangguk kepalanya dan berkata, “Aku paham, aku paham semuanya kok.”

Melihat Claura yang sedang ketakutan, aku tidak bisa menahan diri untuk ingin tersenyum. Aku pun berpikir, apakah orang ini akan mengingat dirinya yang gila itu ketika dia melihatku yang seperti ini?

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu