Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 336 Kebahagiaan Yang Sederhana

Jessi pernah memberitahuku, waktu selamanya tidak akan bisa berhenti, dari sejak saat itu, aku sudah tidak mau terlalu berharap akan apa yang bisa dilakukan oleh waktu, aku hanya ingin dalam waktu yang terbatas ini melindungi orang yang kucintai, ini sudah cukup bagiku.

Aiko tidak menjawabku dan juga tidak lagi berbicara, dengan nyaman menikmati ketenangan yang sulit untuk dia dapatkan. Dua hari ini aku berada dalam pertarungan antara kelurga Han dan keluarga Guo, meskipun waktu menetapku di Hangzhou tidak lama, tapi aku sudah cukup kelelahan. Berpikir sampai disini, aku menutup mataku, mengosongkan pikiranku, dan mengistirahatkan tenagaku.

Sewaktu kembali dari Yancheng, fajar telah tiba, mobil telah diparkir di villa milik keluarga Wang, aku sebenarnya ingin menggendong Aiko turun dari mobil, tapi tidak kulakukan karena dia akan merasa malu, lebih baik aku menggendong dia dipunggungku. Setelah kami sampai di villa keluarga Wang, Paman Zhang segera membukakan pintu untuk kami, aku tersenyum sambil berkata: “Paman Zhang, sudah lama kita tidak bertemu.”

Paman Zhang melihatku dari ujung kepala sampai ke ujung kakiku, memastikan aku tidak terluka apapun, setelah itu dia baru tenang dan berkata: “Segeralah masuk, tuan dan nyonya sudah menunggu anda didalam.”

Hubungan Paman Zhang dan Wolf Wang sangatlah baik, Wolf Wang sebenarnya tidak menyukai Paman Zhang memanggilnya seperti ini, tapi karena dia menuntut untuk memanggilnya seperti itu, Wolf Wang tidak mempermasalahkannya lagi, lagipula ini hanyalah nama panggilan saja, ini tidak akan memengaruhi hubungan diantara mereka berdua.

Aku meneriakkan “Kak Mondy”, lalu Mondy segera mengambil sekotak bir Maotai, aku tersenyum dan berkata: “Paman Zhang, aku tahu paman sangat suka minum bir maka aku membelikan sekotak bir Maotai untuk paman, saat paman sudah meminumnya sampai habis, aku akan menyuruh orang untuk mengantarkan sekotak lagi untukmu.”

Paman Zhang berseri-seri dan berkata: “Lihatlah dirimu, menghamburkan banyak uang hanya untuk melakukan hal ini? Kamu bisa datang untuk melihatku tanpa membawa sesuatu, orang tua ini pun juga sudah sangat senang.”

Paman Zhang membawaku ke ruang tamu, saat baru saja menginjakkan kaki masuk, aku sudah mencium bau harum nasi, dibelakang meja, Wolf Wang dan Martin duduk berhadap-hadapan, dan disana mereka sedang bermain catur, saat melihatku datang, Martin tersenyum dan berkata: “Kamu sudah pulang, Tante Ding sedang berada di dapur, begitu dia tahu kabarmu bahwa kamu akan pulang, dia langsung membawaku untuk memilih-milih menu masakan, sekitar jam 3 dia sudah berkutik dengan tepung, dia bilang ingin mengukus beberapa bakpao dan juga memasakkanmu mie goreng, dan susu kedelai, aku sungguh tidakmenegrti, bukankah masakkan ini bisa dibeli di toko? Mengapa harus merepotkan diri sendiri? Tapi dia tidak mendengarkanku.”

Ketika Martin berceloteh panjang lebar dia mengambil kesempatan, diam-diam mau memindahkan posisi satu bidak catur, alhasil saat dia baru saja meletakkan tangan di atas bidak itu, Wolf Wang langsung memukul tangannya dan berkata: “Aku beritahu kamu adik, bukankah itu tidak jujur sama sekali? Ketika kamu bermain dengan orang yang sepuluh tahun diatasmu menggunakan naluri seperti ini, itu sangat memalukan, ada tata krama berlomba tidak, mengerti arti menghargai orangtua tidak?”

Saat perbuatan Martin ketahuan wajahnya memerah karena malu, lalu dia berkata: “Kamu salah membunuhku, aku hanya meletakkan tanganku diatas bidak, apakah aku pernah bilang mau memindahkannya? Hah? Kamu melihatku memindahkannya kah? Tidak melihat kan, kamu memfitnahku dan menyuruhku untung menghargai orangtua, kenapa kamu tidak ‘mencintai anak-anak’?”

“Kamu sudah berumur setua ini masih berpura-pura menjadi anak kecil? Aku lihat kamu masih sedikit kenak-kanak.” Kata Paman Wang menghinanya.

Dua orang dalam waktu singkat saling ‘bunuh-membunuh’ dengan satu per satu kalimat yang terucapkan, melihat kedua bocah nakal ini, aku benar-benar tidak tahu harus tertawa atau menangis di waktu yang bersamaan, aku berkata: “Paman-pamanku, mari kita mundur selangkah, jika tidak otakku akan dibuat pecah oleh kalian.”

Tante Ding saat ini berjalan keluar dari dapur, begitu mendengar perkataanku ini, menatap Wolf Wang dengan alis berkerut dan tangan dipinggang, katanya: “Wolf Wang, kamu ini tidak punya malu, jika kamu bertengkar lagi aku akan memotong-motong badanmu dan memberikannya pada anjing untuk dimakan.”

Jody Wang dan Tante Ding bersama-sama keluar dari dapur, dia menghampiriku dengan senyuman ramah dan mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian daripada malu melihat kedua orangtuanya, dia memasang wajah bahagia dan manja.

Begitu mendengar Tante Ding berkata bahwa akan memberikan Wolf Wang sebagai makanan anjing didepan orang banyak, muka tua Wolf Wang memerah, Martin memukul-mukul pahanya tertawa terbahak-bahak dan berkata: “Astaga, Kakak Wang, menyedihkan sekali melihatmu dikuasai oleh istrimu sendiri.”

Siapa yang kira, ketika dia selesai berbicara, Tante Ding langsung berterus terang berkata: “Apa yang kamu tertawakan Martin? Aku belum membicarakanmu, kalau sampai kamu bertengkar lagi, aku juga akan melemparkanmu bersama-sama dengan dia.”

Martin seketika terdiam.

Melihat tingkah mereka berdua, aku tidak tahan lagi untuk tertawa terbahak-bahak, aku berpikir bahwa hubungan diantara mereka menghangat, dengan demikian aku sepenuhnya tidak perlu mengkhawatirkan lagi situasi di Yancheng.

Tante Ding menghampiriku dan aku menurunkan Aiko diatas sofa, dengan nyaring aku berteriak: “Tante Ding, lama tidak bertemu denganmu.”

Tante Ding mengangguk-anggukkan kepala, matanya memerah dan berkata: “Benar sekali, kamu tidak tahu beberapa waktu ini aku sangat khawatir dan waspada terhadapmu, takut kalau-kalau mendapatkan kabar buruk, kamu bilang kamu ingin pergi ke Yancheng, jika sesuatu terjadi padamu bagaimana tante menjelaskan kepada ibumu? Untungnya kamu itu pintar, bisa menghindari semua bahaya, kalau tidak…… aku takut akan menangis sedih.”

Jody Wang juga ikut menyahut: “Beberapa waktu ini, ayah dan ibuku setiap hari membicarakan tentang dirimu, aku hampir curiga sebenarnya siapa anak mereka ini, untungnya, kamu kembali dengan selamat, dengan demikian, ayah dan ibuku juga bisa lega.”

Mendengar perkataan Jody Wang barusan dan Tante Ding terlihat sedikit kurus, aku sadar bahwa mereka setiap hari pagi dan malam terus mengkhawatirkanku, dengan rasa bersalah aku berkata: “Tante Ding, maafkan aku telah membuatmu khawatir.”

Tante Ding tersenyum dan berkata: “Untuk apa meminta maaf? Cepatlah pergi ke ruang makan, aku sudah memasakkan kalian sarapan pagi, ayo semua makanlah. Aiko, Mondy kemarilah, kita makan bersama.”

Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala, aku mengambil sebuah bingkisan dari tangan Mondy dan berkata: “Tante Ding, aku tau tante tidak kekurangan apapun, aku juga tidak punya sesuatu yang layak untuk diberikan padamu, hanya memberikanmu sebuah tas yang sederhana.”

Tante Ding menerima bingkisan itu, dan dari dalam dia mengeluarkan sebuah tas hitam, tersenyum senang dan berkata: “Wah, cantik sekali, aku dulu sangat menginginkan tas seperti ini, astaga, ternyata Alwi sangat mengenalku, bukan seperti seorang lelaki yang setiap hari perkataannya manis tapi pelitnya setengah mati.”

Wolf Wang mengisyaratkan sebuah batukan dan berkata: “Joanna Ding kamu jangan terlalu berlebihan, kamu juga tidak melihat empat lemari pakaian dirumah kita, semua dipenuhi oleh barang-barangmu, bahkan sepatuku pun semua kamu buang dan selalu protes tentang tempatnya, dan sekarang kamu masih menyindirku dan menghinaku seperti ini, aku beritahu kamu, aku sangat tidak senang dan efeknya akan sangat buruk.”

Joanna Ding tidak memedulikan dia, bibirnya tersenyum tipis, mengatakan kata-kata penghiburan, katanya: “Ya ampun, aku hanya mengomel sedikit saja, pak tua, kenapa kamu marah padaku?”

Wolf Wang segera menjawab: “Nyonya tua, bagaimana bisa aku marah padamu? Aku hanya sedikit cemburu, cemburu pada bocah ini!”

Martin yang berada disampingnya pun menyahut dengan iri hati: “Wah…wah…wah, kalian suami dan istri tua begini caranya memamerkan kemesraan kalian, cemburu pada orang lain juga tidak terlalu bermoral, Kak Wang, kamu sekarang sudah berumur enam puluh taun, tapi jangan lupa ‘memamerkan kemesraan, mati juga cepat’, jika ingin hidup lebih lama, kamu juga harus memberikan sedikit untukku.”

Wolf Wang yang sedang dalam keadaan tidak senang berkata: “Hei orang tua, kamu berani mengutukku, urusanmu denganku hari ini belum selesai.”

Melihat kedua orang ini rasanya ingin mencengkeram mereka, Joanna Ding mengambil sumpit dan mengetukkannya ke mangkok lalu berteriak: “Waktunya makan!”

Dua orang ini seketika terdiam dan dengan patuh duduk tenang menikmati makanannya.

Melihat peristiwa ini, aku tidak tahan lagi untuk tertawa, di waktu ini, setiap menit setiap detik seperti hidup didalam perhitungan, kalau tidak memperhitungkan orang, ya pasti diperhitungkan, mendegar pertengkaran mulut mereka, meskipun sederhana bahkan membosankan, tapi menurutku, ini adalah kebahagiaan terbesar.

Ketika Joanna Ding melihatku tertawa, dia dengan canggung tersenyum padaku dan berkata: “Alwi, bukankah Tante Ding yang membuatmu tertawa, jika kamu merasa tidak nyaman, lain kali akan tante perbaiki.”

Aku tersenyum dan berkata: “Tante Ding, bagaimana bisa aku menertawakan tante, aku hanya mengagumi kalian saja.”

Joanna Ding tersenyum dengan ceria dan berkata: “Tidak ada yang patut kamu kagumi, Alwi, jika kamu sangat menyukai suasana disini, jangnlah kamu cepat-cepat pergi, tinggallah di Yancheng selama dua hari, bagaimana?”

Melihat sorotan mata Joanna Ding yang penuh dengan harapan, sebenarnya aku tidak ingin menyingkirkan semua kebahagiaannya, tapi aku tidak punya pilihan untuk menetap disini.

Jody Wang yang melihatku kesulitan menjawab, kemudian berkata kepada Joanna Ding: “Ibu, aku tau kamu tidak bisa meninggalkan Alwi, tapi dia memiliki setumpuk urusan di Nanjin sana, tunggu sampai dia membereskan semuanya baru kita minta dia untuk tinggal, bagaimana?”

Wolf Wang mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata: “Ya ya itu benar, nyonya tua, kita tidak bisa menunda urusan bisnis Alwi. ”

Joanna Ding menatap mereka berdua dengan pandangan menyalahkan dan berkata: “Aku hanya bilang saja, aku benar-benar tidak tahu bahwa Alwi tidak mempunyai pilihan untuk tinggal sebentar menemaniku?”

Selesai berbicara, dia menarikku dan menyuruhku duduk, sekarang bibi pembantu telah mengeluarkan semua masakan dari dapur, Joanna Ding tersenyum dan berkata padaku: “Alwi, semua ini adalah buatan tanganku sendiri, dengar-dengar kamu suka semua menu masakan ini, cepat cicipilah masakan tante ini.”

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, segera mengambil sebuah bakpao, lalu menggigitnya, rasa yang sangat nikmat membuatku puas memakannya.

Tante Ding dengan gugup bertanya padaku bagaimanakah rasanya? Aku tersenyum dan berkata: “Rasanya sangat nikmat.”

Di wajah Joanna Ding timbul sebuat senyum kepuasan, dia berkata: “Jika kamu suka, makanlah dengan banyak.”

Selesai berbicara, dia langsung menaruh beberapa sayur kedalam mangkokku, aku benar-benar terharu, seketika juga aku memakan habis semua sayuran yang dia ambilkan untukku.

Menunggu selesai sarapan pagi, aku langsung dipanggil oleh Wolf Wang dan Martin ke dapur, saat naik ke lantai atas, aku masih mendengar omelan Tante Ding: “Sangat sulit bagi diriku untuk mendapatkan kesempatan mengobrol dengan Alwi, ditambah lagi dia telah direbut oleh pak tua itu, benar-benar menyebalkan.”

Wolf Wang yang berjalan didepanku dengan lesu berkata: “Nyonya tua ini, makin lama makin tidak keterlaluan saja.”

Martin mengerang dan berkata: “Memang sudah takdirnya, dan ini juga bukan kamu yang menyebabkan.”

Aku mengikuti mereka dari belakang dan lagi-lagi tidak bisa menahan ketawaku, aku membayangkan, hari tua di masa depanku juga pasti seperti ini, memiliki beberapa teman lama yang selalu bersama-samaku suka dan duka, memiliki Aiko dan Jessi yang kucintai untuk menemaniku, hari-hariku akan sangat sederhana dan menyenangkan.

Meskipun sudah lanjut umur, aku juga akan tetap menyukainya.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu