Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 401 Suara Hati

Setelah meninggalkan rumah sakit, aku masuk ke dalam mobil dan bersiap pergi, pada saat aku sudah mau pergi, menginjak pedal gas, dan bersiap untuk berbelok, Aiko tiba-tiba berlari keluar dari sudut belokan.

Aku langsung segera menginjak rem, kemudian bertanya dengan sedikit marah: "Apakah kamu sudah gila? Apakah kamu tidak tahu bahwa ini sangat berbahaya? Bagaimana jika aku menabrakmu?!"

Aku benar-benar terkejut, setelah melompat keluar dari mobil, aku melihat Aiko hanya berjarak 1cm dari mobil, aku tidak bisa menahan diri untuk lebih marah, aku menepuk-nepuk mobil dengan keras, dan berteriak: "Sembarangan! Jika responku sedikit lebih lambat, apa yang akan terjadi padamu? Apa yang akan terjadi dengan anakmu? "

Aiko tidak berbicara, ia terus menatapku, lalu bertanya: "Siapa kamu sebenarnya?"

Aku tertegun, sekarang aku baru sadar reaksiku tadi terlalu berlebihan, sikapku terlalu mengkhawatirkannya, kemudian aku berkata dengan acuh tak acuh: "kamu telah menanyakan pertanyaan ini lebih dari sekali atau dua kali, kamu ingin aku menjawabmu berapa kali? Aku sudah pernah mengatakan padamu, aku suaminya Claura, aku sama denganmu adalah pembunuh dari organisasi Serigala. Selain itu, aku tidak ingat apa-apa lagi, dan kamu jangan berpikir bahwa aku peduli padamu, hanya saja istriku pernah mengatakan bahwa meskipun kamu menjengkelkan, tetapi kamu masih berguna, jadi untuk itu aku baru mengingatkanmu. "

Awalnya, aku mengatakan ini hanya untuk menipu Aiko, tetapi kalimat ini juga mengingatkan diriku bahwa Ricardo Song tidak akan membiarkan Aiko datang untuk mengantarkan nyawanya karena mereka sangat menyayangi bayi dalam perut Aiko, jadi hanya ada satu orang yang mungkin menyuruh Aiko melakukan itu, orang itu adalah Alwi palsu.

Namun, akankah Aiko mematuhi kata-kata Alwi palsu dan membunuh Teddy Chen untuknya? Tetapi mereka berdua bermusuhan, bukankah begitu? Lalu, apakah Aiko tahu hubungan antara Claura dan Alwi palsu? Serangkaian keraguan ini membuat aku sangat tertekan, jika aku tidak bisa mengetahuinya dengan jelas, mungkin aku akan menjadi gila. Bagaimanapun, aku sudah memberi tahu Aiko apa yang tidak bisa aku katakan, jadi akan lebih baik aku tanyakan saja pertanyaan ini padanya.

Memikirkan hal ini, aku berkata: "Masuklah ke mobil, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu."

Setelah aku mengatakan itu, ekspresi wajah Aiko langsung menjadi dingin, ia menatapku dengan penuh ketidaksukaan, aku tahu dia percaya dengan kata-kataku. Ditatap oleh wanita yang aku cintai dengan tatapan mata seperti itu, jujur saja, aku benar-benar merasa sedih, tetapi aku juga punya sesuatu yang membuat aku sulit untuk mengatakannya, jadi aku hanya bisa menahan semua ini diam-diam.

Setelah aku masuk ke mobil, Aiko juga masuk ke dalam mobil, dia duduk di sampingku, kerena takut dia kedinginan, aku mematikan AC-nya, karena aku ingat seseorang pernah mengatakan bahwa wanita hamil takut kedinginan. Aiko menatapku dengan aneh dan berkata dengan dingin: "Apa yang ingin kamu tanyakan? Katakanlah, tetapi aku tidak menjamin aku akan menjawabnya."

Dia berkata sambil melepas maskernya, aku menyampingkan tubuhku untuk melihatnya, dia yang mengenakan seragam perawat merah muda, auranya terlihat berbeda, mungkin karena sekarang dia hamil, aura dingin tubuhnya tiba-tiba bercampur dengan kelembutan keibuan, ditambah dengan dandanannya yang profesional ini, ketiganya bercampur aduk dan memberi orang sebuah pesona yang sangat istimewa, pesonanya sangat berbeda, ia sangat anggun dan mempesona.

Melihatnya, aku terbengong lagi, sampai Aiko mengerutkan keningnya dengan tidak sabar, tatapan matanya penuh dengan ketidaksukaan, aku baru memalingkan wajahku, terbatuk secara tidak wajar, mengerutkan kening dan berkata: "Aku ingin bertanya, Apa hubunganmu dengan Alwi sekarang? "

Aku berbicara sambil memalingkan wajahku, hatiku merasa gelisah. Situasi di mana dia dan aku memutuskan hubungan kami masih teringat sangat jelas di benakku, meskipun jika teringat aku masih merasa sangat sedih, tetapi aku lebih suka dia mematuhi perjanjian kami berdua, ia tidak ada hubungannya lagi denganku, dengan begitu, setidaknya aku tidak perlu khawatir dia akan digunakan oleh Alwi palsu. Tetapi dilihat dari situasi saat ini, situasinya mungkin kebalikan dari apa yang aku pikirkan.

Ekspresi Aiko tampak dingin, ia berkata: "Apa hubungannya denganmu? Jika Claura yang memintamu untuk menanyakan ini kepadaku, katakan padanya, ia sudah menikah jadi uruslah masalahnya sendiri, jangan tertarik dengan pria lain! "

Aku tahu dia sedang mengingatkanku. Jika aku benar-benar amnesia, mendengar ini aku pasti akan memikirkannya, tetapi aku tidak begitu, jadi setelah aku mendengarkan perkataannya aku tidak merespons sama sekali. Aku berkata: "Tidak, akulah yang ingin menanyakannya kepadamu, karena jawabanmu akan berpengaruh besar pada apa yang akan aku katakan selanjutnya, jadi aku harap kamu dapat menjawabku dengan jujur. "

Setelah mengatakan itu, aku melirik ke perut Aiko yang sudah menonjol, aku menggertakkan gigi dan berkata: "Mungkin demi anak di perutmu."

Jika tidak mengatakan ini, Aiko biasa saja. Ketika menyebutkan ini, Aiko langsung tiba-tiba ingin menyerangku, bilah di antara jari-jarinya langsung keluar, ia langsung meletakkannya di aortaku, dia berkata dengan dingin: "Jangan kamu pikir karena kamu adalah suaminya Claura dan putra angkat Ricardo Song, maka aku tidak berani melakukan apa-apa padamu, aku memperingatkanmu, jika kamu berani mengancamku dengan anak di perutku, maka aku akan membuatmu menderita! "

Aku memandang Aiko tanpa rasa takut, melihatnya begitu gugup dan begitu mencintai anak dalam perutnya, aku benar-benar tersentuh dan merasa bersalah. Hamil selama 10 bulan, itu sangatlah tidak mudah, tetapi aku tidak bisa menemaninya, bahkan jika bertemu, aku juga hanya bisa bersikap dingin padanya, aku ini benar-benar pria terburuk di dunia.

Aku menekan pikiranku, lalu berkata: "Aku tidak bemaksud mengancammu, aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya saja padamu."

Kami saling bertatapan, aku dapat melihat kemarahan dan aura pembunuhan di mata Aiko yang sangat luar biasa, aku mengesampingkan semua pemikiranku dan memandangnya dengan tenang.

Aiko mengedip-ngedipkan matanya, ia menarik kembali bilahnya, lalu duduk kembali ke kursinya, ia memejamkan matanya, dan berkata dengan sedikit lelah: "Alwi dan aku dulunya pernah sangat terdekat, tetapi sekarang ... Aku juga tidak tahu apa sebenarnya hubungan kami sekarang. "

Mengatakan itu, dia perlahan membuka matanya, dalam matanya terlihat kelemahan dan kebingungan, dia meletakkan tangannya dengan lembut di perutnya yang menonjol, terlihat kelembutan di matanya. Dia berkata: "Aku jatuh cinta padanya terlebih dulu, dibanding aku tahu kami memiliki dendam, awalnya aku pikir aku bisa terus mencintainya tanpa penyesalan, kemudian meninggalkannya tanpa penyesalan, tetapi pada akhirnya, begitu sebuah hubungan dimulai, betapa sulitnya untuk mengakhirinya? Walaupun ayahku telah terbunuh, tetapi dia tidak tahu apa-apa, bukankah begitu? Aku tidak akan mencarinya untuk balas dendam, meskipun aku ingin membalas dendam pada saudara-saudara ayahnya, di matanya, aku tetaplah musuh, jadi aku memilih untuk pergi, aku tidak bisa melepaskan kebencian, tetapi aku juga tidak bisa melepaskan dia, bagaimanapun aku harus memilih salah satunya, benar tidak? "

Ini adalah pertama kalinya aku mendengar Aiko mengutarakan isi hatinya. Perasaan menjadi pengamat yang mendengarkan kisah seorang wanita yang kamu cintai itu sangatlah aneh, aku bertanya: "Kamu tahu itu tidak mungkin, mengapa kamu ingin memulainya? Akan lebih baik jika kamu tidak memulainya dari awal. "

Aiko tiba-tiba tersenyum, dia berkata dengan acuh tak acuh: "Apa yang kamu tahu? Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana dia bisa masuk ke dalam hatiku, bagaimana cara ia merobek hatiku, dan masuk kedalamnya. Kamu tidak mengerti, jadi kamu tidak tahu betapa aku ingin memiliki dia, kamu tidak mengerti tentang keinginanku untuk menjadikannya milikku ... "

Ketika aku mendengar ini, aku terkejut. Aku tidak pernah tahu bahwa aku telah memasuki hati Aiko pada waktu itu. Aku tidak pernah tahu bahwa saat itu dia menolakku ternyata dia tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

"Aku selalu berpikir bahwa aku bisa mendapatkannya, selama aku bisa berada disampingnya, berkorban untuknya, pada akhirnya dia pasti akan memilihku, jadi ketika dia mengujiku, aku berulang kali menolaknya, aku selalu berpikir, aku punya cukup waktu untuk menunggunya memilihku. Jika dia tidak memilihku, itu juga tidak akan terlalu masalah, tetapi berita tentang dendam ayah datang terlalu tiba-tiba, itu terlalu mendadak sampai aku tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat itu, aku tiba-tiba sadar, aku tidak punya waktu untuk menunggunya, kami tidak ditakdirkan bersama sejak awal. "

"Tetapi ketika aku tahu tentang kebenarannya, aku pikir dia sudah mati." ketika Aiko berkata sampai di sini, tidak tahu apa yang dia pikirkan, dia terdiam.

Dan aku juga teringat apa yang terjadi waktu itu. Pada saat itu, aku diam-diam dibawa ke Beijing oleh Jessi. Semua orang mengira aku sudah mati. Aiko frustrasi karena kematianku, dia meninggalkan Nanjin, dan dia ditemukan oleh ibunya, Yuni, pada waktu itu.

Dan semua ini, aku tidak pernah tahu akan itu, aku selalu berpikir bahwa setelah Aiko mendapat kabar bahwa aku masih hidup, ia baru bahwa aku adalah musuh ayahnya.

Aiko perlahan berkata: "Pada saat itu aku tidak bisa tidur sepanjang malam, kadang-kadang aku bahkan berpikir, jika dia sudah mati, masih ada dendam apa yang perlu dibicarakan? Bahkan jika dia masih hidup, itu adalah dendam antara ayahku dan ayahnya. Dia tidak pernah menerima bantuan dari ayahnya, jadi mengapa ia harus membayar hutang ayahnya? Bukankah orang yang melakukan kesalahan tidak akan pernah melibatkan keluarganya? Setelah adanya gagasan ini, aku menyadari bahwa posisinya di hatiku jauh lebih penting daripada apa yang aku bayangkan, jadi semakin lama aku semakin merindukannya, aku sering berpikir, selama dia masih hidup, aku tidak akan balas dendam, aku akan bersamanya, asalkan dia masih hidup ... "

Ketika aku mendengar ini, aku merasa hatiku benar-benar terluka, aku tidak tahu betapa putus asanya dia ketika dia tahu bahwa aku sudah mati pada saat itu, tetapi aku jauh dapat memahami betapa pentingnya posisiku didalam hatinya dibanding sebelumnya, aku terharu, aku jengkel, aku ingin memberikan beberapa tamparan pada diriku sendiri, aku ingin segera memberitahunya, aku sudah salah, aku tidak boleh marah dan membiarkannya pergi begitu saja, aku seharusnya memahami penderitaannya, memahami ketidakberdayaannya.

Aiko tiba-tiba tersenyum, senyumannya sangat menghangatkan, seakan-akan membuat seluruh hatiku hangat.

Aku bertanya padanya apa yang ia tertawakan? Dia berkata: "Aku tertawa sama dengan mengasihani aku sendiri. Ia adalah orang bodoh yang mencuri hatiku, diam-diam mati dan ternyata masih hidup. Saat aku tahu berita itu, aku hanya memiliki satu pikiran di benakku, yaitu kembali kesisinya, tidak peduli apapun yang terjadi ... tidak lagi menutupi perasaanku dan kembali kesisinya, tetapi pada akhirnya, aku sudah kalah. "

Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba mengganti topik pembicaraan dan berkata: "Apakah ada CD di dalam mobil? Aku ingin mendengarkan lagu."

Aku bertanya dengan penasaran: "Lagu apa yang ingin kamu dengar?"

"Aku ingin punya sebuah rumah."

Ketika aku mendengar ini, aku terkejut, aku teringat akan aku yang dipatahkan kakinya, lalu dengan susah payahnya merangkak pulang ke rumah Mawar dengan tubuh yang berlumuran darah. Adegan itu masih teringat sangat jelas sampai sekarang, aku teringat dia berbaring di atas punggungku dan memanggil namaku dengan suara serak, aku teringat waktu itu aku berpindah dengan sangat sulit, dan berjanji padanya bahwa aku akan membawanya pergi.

Tiba-tiba angin bertiup diluar, di seberang jendela mobil, angin dingin seperti hantu yang sedang memanggil-manggil, itu sama seperti suasana hatiku.

Aku mau tak mau bersenandung.

"Aku ingin punya sebuah rumah, itu tidak perlu cantik, tetapi ketika aku lelah, aku akan merindukannya; aku ingin punya sebuah rumah, tempat yang tidak perlu besar, tetapi ketika aku terkejut, aku tidak akan takut ... Meskipun aku tidak lagi, merindukan keajaiban; tetapi aku tahu bahwa aku tidak boleh menyerah; rasa sakit tidak memungkinkan untuk menunggu lebih lama, berdirilah dengan berani, membangun kembali mimpi, membangun kembali hati, biarkan aku membangun kembali rumah. Aku ingin memiliki rumah ... "

Ketika aku menyanyikan lagu ini, aku tidak bisa mengendalikan diri, aku membiarkan air mataku mengalir begitu saja, bagaimanapun, wajahku ditutupi dengan kain kasa, Aiko tidak bisa melihatnya. Perlahan-lahan aku memalingkan wajahku dan melihat dua garis air mata di wajah Aiko. Dia menatapku dengan tatapan kosong, tatapan itu sangat akrab, seperti ia menatapku dengan penuh kasih sayang waktu itu.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu