Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 761 Tanggungjawabku

Kami makan dengan senang, setelah makan, beberapa orang yang belum mabuk telah dibuat mabuk dan dituntun pergi menuju kamar untuk beristirahat, aku menyiapkan orang untuk memeriksa keadaan helikopter, jika keadaannya baik, tim akan berangkat satu jam kemudian, kembali ke Nanjin.

Meskipun aku merasa bahwa Larry tidak mungkin menjadi lawan kami, tapi dengan orang sebanyak kami menunggu disini, jika orang atasan menggunakan ini untuk mendapatkanku, aku akan mendapatkan kesulitan, maka kami harus segera berpencar.

Aku memikirkan masalah ini sembari menaiki tangga, di tikungan aku malah melihat Aiko yang memeluk Cecilia, dia kira-kira baru saja bangun dari tidurnya, seluruh badannya mengisyaratkan kemalasan dari bangun tidurnya, sorotan-sorotan cahaya yang tajam saling menyatu.

Dia menatapku begitu jelas, tidak ada tatapan yang tidak nyaman darinya, ini telah menjatuhkan batu besar yang ada di hatiku, sebenarnya aku selalu khawatir saat dia bangun dari tidurnya dia menyalahkanku karena memberinya obat, tapi jika dilihat dari situasi saat ini, dia bahkan tidak marah sedikitpun.

Aku melihat kearah Cecilia yang dipeluknya, pada saat ini, Cecilia berkedip padaku dengan mata besarnya dan melihatku menatapnya, dia sangat malu sehingga dia masuk ke lengan Aiko dan membuat tawa seperti lonceng perak.

Aku menaikkan alisku dengan senang, berjalan dua tuga langkah menghampirinya dan berkata: "Cecilia, kamu masih mengenal ayahmu kah?"

Cecilia menatapku kembali dan lagi-lagi memasukkan kepalanya kedalam pelukan Aiko, mengeluarkan tawa yang manis, aku merasa aku telah memberikannya sebuah senyuman, Aiko menyerahkan Cecilia kepadaku, aku sedikit terkejut dan tidak percaya, awalnya aku mengira, karena masalah ini, dia tidak akan pernah membiarkanku bertemu Cecilia lagi.

Melihatku tidak menerima Cecilia, Aiko mengernyitkan alisnya dan bertanya: "Kenapa? Tidak mau memeluknya?"

Aku segera mengambil Cecilia ke pelukanku, mencubit tangan kecilnya yang gemuk dan berkata: "Kenapa tidak ingin? Saat bermimpi pun aku ingin. Terimakasih, AIko."

Aiko tidak berkata sepatah kata pun, hanya terdiam menatapku, dia bersandar di pagar, melihatku menggoda Cecilia, dan Cecilia tertawa dengan godaanku, aku berputar-putar memeluknya, melompat-lompat, setiap kali dia merasa sangat bahagia.

Dengan lembut aku berkata: "Gadis kecil, kamu tahu siapa aku?"

"A......yah......" Cecilia mengedipkan matanya yang besar dan indah, terbata-bata mengatakannya.

Aku terdiam, kemudian tersenyum dan mengangkatnya tinggi-tinggi, dengan gembira berkata: "Benar, aku adalah ayahmu, anakku yang baik, kamu benar-benar pintar!"

Cecilia mengangkat lengannya yang gemuk, mengayun-ayunkannya dengan gembira, aku memeluknya erat, mengusap rambutnya ringan, dengan lembut berkata: "Sangat beruntung kamu tidak apa-apa, kalau tidak ayah akan merasa sangat bersalah."

Aiko tiba-tiba berkata: "Maaf."

Aku terdiam, merasa bersalah dan memutar badanku menatapnya, dia berkata datar: "Kemarin aku sangat panik dan mengeluarkan perkataan seperti itu, sebenarnya...... Aku tahu masalah ini dan tidak menyalahkanmu, aku juga bertanggungjawab, aku yang mempertahankannya untuk berada di sisiku, merampas hakmu sebagai ayah, aku secara naluri juga punya kewajiban untuk menjaganya, maka Cecilia berada dalam masalah, harusnya salahkan saja aku......"

Aku menggelengkan kepalaku, berkata dengan serius: "Kamu bisa terus membesarkannya, menurutku ini sudah menjadi sebuah hadiah bagiku, yang lainnya bukan masalah. Lagipula, jika bukan aku, Cecilia juga tidak akan berada dalam masalah."

Sampai sini, hatiku sangat sakit, jika saja aku tidak memikul terlalu banyak beban, aku juga tidak akan terjebak dalam bahaya, bahkan, demi Cecilia, aku bersedia untuk keluar dari pertarungan ini, hanya demi memberinya lingkungkan yang aman, tapi aku tidak bisa, ini adalah hutangku yang paling besar pada Cecilia.

Aku menatap Aiko dan berkata: "Yang harusnya mengucapkan maaf adalah diriku."

Aiko menggelengkan kepalanya, masih ingin berkata, aku membalasnya dengan gelengan kepalaku dan berkata: "Baiklah, bukankah sekarang Cecilia sudah aman? Kita juga tidak mau terus bertengkar masalah siapa yang bertanggungjawab, sekarang yang harus dilakukan adalah menemaninya, jangan memberinya bayangan psikologis."

Mendengar perkataan ini Aiko tersenyum. Sinar matahari menyorot masuk ke jendela, membasuhnya dalam cahaya keemasan, di waktu ini, dia tersenyum seolah-olah dia adalah peri yang melangkah di atas awan.

Aku menatapnya, untuk sesaat sedikit terkejut, dia melangkah ke depan, mengambil Cecilia dalam pelukannya, berkata pelan: "Aku sedang memutuskan waktu untuk membesarkannya, sebenarnya harapan itu sudah muncul, mungkin dia tidak akan seaman anak-anak biasa, tapi, aku tetap akan memutuskan untuk membesarkannya......"

Aku berkata datar: "Dia datang, itu adalah anugerah untuk kita, kita tidak boleh merampas hak hidupnya, maka keputusanmu itu benar."

Sorotan lembut mata Aiko menatap Cecilia, aku ragu-ragu berkata: "Eh...... setelah satu bulan berlalu, Cecilia akan berusia satu tahun kan?"

Aiko menganggukkan kepalanya, aku bertanya padanya bagaimana rencananya? Dia berkata tidak ada rencana besar, hanya ingin makan bersama dengan orang terdekat, itu sudah cukup. Aku tahu dari sifatnya, dia tidak menyukai publisitas, aku langsung menghargai keputusannya dan berkata: "Baiklah kalau begitu, nanti pergilah denganku dan Dony Yun. Ah benar, Jessi mengirimkan sebuah hadiah untuk Cecilia."

Aku berkata sambil memberikan kotak hadiah kepada Aiko, setelah dia menerimanya, dia sedikit terkejut dan bertanya padaku: "Barang-barang Jessi...... sudah dikirim?"

Aku baru teringat bahwa sampai sekarang dia tidak tahu apa yang telah terjadi, aku menceritakan secara bertele-tele kejadian hari ini, setelah Aiko mendengarnya, dia memberikan senyuman tipis di mulutnya dan berkata: "Kamu sangat beruntung, kamu harus menyayanginya."

AKu menatap Aiko, dia menghindari tatapanku dan berkata: "Aku sudah lapar."

Aku segera menjawab: "AKu akan menyuruh orang menyiapkan makanan."

"Makanan hotel terlalu berminyak."

"Aku akan membeli sayur dan memasakkannya untukmu."

"Cecilia makan bubur sayur."

"Aku akan merebusnya."

Aku berkata sambil pergi menuju dapur, dibelakangku, sorotan mata itu terus mengikutiku, saat aku menuruni tangga, aku mendengar dia berkata: "Sebenarnya, sudah cukup banyak hal yang kamu lakukan."

Aku berkata datar: "Tidak, aku tahu yang kulakukan belum cukup, setelah ini aku akan lebih tulus untukmu dan anak ini, aku akan sekuat tenaga mengganti kelalauanku dulu, jangan kamu menolaknya."

Aku pergi setelah mengatakan itu.

Selanjutnya, aku mencuci sayur, memasaknya, membuat bubur, sangat sibuk, setelah aku selesai memasaknya semua, ketika orang-orang kami telah sampai ke penarikan di Tianjing, aku turun kebawah untuk mengantarkan mereka sebentar, kemudian naik lagi, dan saat ini bubur itu sudah tidak terlalu panas lagi.

Aku mengantarkan makanan itu ke kamar Aiko, mengetuk pintunya dan melihat Aiko sedang menggendong Cecilia, menceritakannya sebuah dongeng, ekspresinya sangat serius.

"Saatnya makan." Aku tersenyum dan berkata, menyiapkan makanan untuk Aiko, lalu menyuruh orang untuk membawakan sebuah kursi bayi, meletakkannya disana, lalu menyuapinya bubur.

Aiko melihat dari samping, terlihat cukup khawatir dan bertanya: "Apakah kamu bisa?"

Aku tersenyum dan berkata: "Mungkin tidak sebaik kamu, tapi, makin lama aku akan melakukannya dengan baik."

Aiko tidak bicara lagi, aku terus membujuk Cecilia untuk makan, dia sangat taat, sewaktu makan pun dia berperilaku baik, jika ada bubur yang tumpah, dia memungutnya dan memberikannya padaku, aku merasa sedikit geli dan aku juga tidak bisa menolaknya.

Waktu perlahan terus berlalu, kami bertiga menunggu di dalam kamar ini, atmosfernya harmonis dan hangat, kami seperti mengulang kembali hari-hari biasa di masa lalu, hatiku juga merasa sangat tenang.

Setelah menyuapi Cecilia, aku melihat jam, dia berkata: "Sudah harus berpisah kan?"

AKu menganggukkan kepalaku, menatap Cecilia, aku merasa tidak rela, melewati masalah kali ini, sekarang aku lebih menghargai momenku bersama Cecilia, begitu memikirkan bahwa aku sudah harus pulang ke Nanjin dan Ceclia harus pulang ke Hangzhou, tidak tahu kapan lagi bisa bertemu, aku merasa sangat bersalah.

Aiko sepertinya mengetahui apa yang sedang kupikukan, dia berkata: "Jika ada waktu, aku akan membawa Cecilia pergi ke Nanjin."

Aku menatapnya dengan bersemangat dan berkata: "Benarkah?"

"Pastinya, dia sudah besar, dia sebentar lagi sudah bisa bermain dengan teman-temannya, aku tidak ingin saat dia ditanya dimana ayahnya, dia malah berkata bahwa dia tidak memiliki seorang ayah."

Mendengar perkataan ini, hatiku seperti tertuang asam, sakit, aku menganggukkan kepalaku dan berkata: "Kamu...... bukankah menyuruhnya itu memanggilku 'paman'?"

Aiko tersenyum pahit menggelengkan kepalanya, dia berkata: "Jika itu adalah rencana awalku, kamu pikir, bagaimana dia bisa memanggilmu 'ayah'?"

Aku terguncang dan seketika paham, dia bisa memanggilku 'ayah' bukan karena ada efek ikatan sedarah, tapi karena anak itu sudah lama tidak bertemu denganmu, bahkan jika kamu adalah kerabat dekatnya, dia juga tidak bisa mengenalimu, maka, Cecilia bisa memanggilku ayah, itu karena Aiko terus mengajarkannya, kata-kata kejam yang Aiko katakan padaku sebelumnya sebenarnya hanya kata-kata marah.

Aku menatap Aiko, dan dia juga menatapku, di waktu yang singkat ini, banyak sekali perkataan yang tertahan di tenggorokanku, pada akhirnya aku hanya bisa mengucapkan sebuah kata 'terimakasih'.

Aiko menatapku dan berkata datar: "Kamu tidak perlu berterimakasih padaku, hanya saja aku terlebih dahulu memberitahumu, mungkin nantinya Cecilia bisa 'merepotkanmu', kamu benar-benar ingin membayar hutang padanya kah? Sebenarnya, anggaplah seperti dahulu, kadang-kadang datang untuk melihatnya pun sudah cukup."

Aku menggelengkan kepalaku, dengan berat berkata: "Tidak, aku sudah pernah bilang, dia adalah anugerah dari Tuhan untukku, kedatangannya, dia percaya pada setiap keputusanku, dia adalah tanggungjawabku, bukannya sebuah kerepotan untukku. Dan seperti yang kamu katakan, aku juga tidak berharap anakku dimata orang-orang adalah seorang gadis yang tidak memiliki ayah, maka aku akan dengan baik mencintainya, menyayanginya, tidak akan membiarkan orang manapun menyakitinya."

Aku berkata dan memeluk Cecilia, menatap Aiko dan dengan perasaan bersalah berkata: "Hanya saja...... kamu sudah sangat bekerja keras."

Aku akan melakukan yang terbaik untuk Cecilia, tapi, aku tetap tidak bisa memberi Aiko apapun, di titik ini, kami berdua pun juga sudah memahaminya.

Aiko tersenyum tipis, dengan cuek berkata: "Tidak masalah, kamu juga tidak perlu memberiku apapun."

Disaat ini, Samuel mengetuk-ngetuk pintu, aku tahu kami sudah harus pergi, dan segera berkata: "Ayo pergi."

Dia menganggukkan kepalanya, kami bersama-sama pergi, aku bertanya pada Samuel apakah belakangan ini terjadi sesuatu, dia menggelengkan kepala dan berkata tidak ada, aku menatap Cecilia manja di pelukanku, bagaimanapun dia tidak ingin melepaskan tangannya, hatiku melembut seketika dan berkata: "Sam, kamu dan Nody pergilah dulu ke Nanjin, aku akan pergi ke Hangzhou dan tinggal beberapa hari disana."

Nody dan Samuel saling menatap, mereka mengerti maksudku, mereka menganggukkan kepala, Sulistio menjentikkan jarinya bahagia dan berkata: "Sangat bagus! Kak Alwi, saat kamu melewati hati-harimu di Hangzhou, jangan hanya memikirkan Cecilia dan Kak Aiko saja ya, bagilah sedikit waktu dengan keluargamu juga, keluargamu sangat mencintaimu."

Sulistio berkata sambil membuat-buat muka manja, dia berkata dengan centilnya.

Aku mendorongnya pergi dengan tamparan dan berkata: "Apakah kamu akan begitu menjijikkan! Sialan!"

Siapa yang tahu, Cecilia tiba-tiba telah mempelajari sebuah gerakanku mendorong orang itu, dia menganggukkan kepalanya, dengan semangat berkata: "Sialan!"

Aku terdiam, mereka semua tertawa terbahak-bahak, Aiko tak berdaya dan berkata: "Anak kecil tidak boleh belajar kata-kata orang dewasa."

AKu tersenyum dan berkata: "Sulistio, lupakanlah kata-kataku, setelah ini jika kalian bertemu dengan Cecilia lagi, jangan mengatakan hal-hal tidak sopan dan tidak layak, atau anak kecil ini akan dengan cepat mempelajarinya."

Sulistio segera berkata: "Baiklah, aku akan melupakan kata-kata ini, beritahu mereka, barangsiapa yang berani merusak sikap putri kita, akan didenda, didenda sampai menangis."

Aku tak berdaya dan berkata: "Kamu ingin mengambil kesempatan untuk menahan uang-uang ini kan?

Sulistio memutar bola matanya dan berkata: "Ini fitnah! Memangnya Sulistio adalah orang yang seperti itu?"

Saat dia selesai berbicara, semua orang satu suara meneriakkan: "Ya!"

Sulistio menatap langit, dengan sedih berkata: "Mengapa nasibku begitu buruk, aku bertemu dengan saudara-saudara yang rusak seperti ini?"

Kami semua justru tidak ada yang memedulikannya dan segera naik helikopter, saat semua terus-terusan menghibur Sulistio, dia menengok ke balakang dan menemukan bahwa semua orang meninggalkannya, memarahi mereka dengan berkata "manusia tidak berperasaan", dan dia segera berlari menuju helikopter.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu