Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 498 Bertarung Demi Dia

Kimi tiba-tiba berkata bahwa dia ingin berminta maaf kepadaku. Aku pun merasa sedikit aneh dan bertanya kepadanya mengapa dia harus berminta maaf. Dia pun mempertimbangkannya sejenak dan berkata, “Aku sebelumnya mengatakan beberapa kata mengenai nyonya Jessi, dimana itu merupakan prasangka pribadiku. Sekarang ketika aku melihatnya, aku sudah salah dan salahnya itu sudah keterlaluan. Aku harap kamu tidak terpengaruhi oleh perkataanku itu.”

Setelah mendengarkan perkataan ini, aku pun merasa sedikit terkejut dan langsung mengerti apa maksudnya. Tampaknya dia sudah mengetahui perbuatan yang dilakukan Jessi untukku. Aku pun beneran merasa senang ketika mendengarkan bahwa dia telah melepaskan permusuhannya terhadap Jessi. Lagi pula, siapapun juga tidak ingin pacarnya melawan rekannya. Selain itu, Kimi tidak hanya merupakan rekannya, dia juga merupakan seniornya dan pendermanya.

“Tidak apa-apa,” kataku.

Setelah Kimi mematikan teleponnya, aku pun langsung menghapuskan nomornya dari ponselnya Diksan, kemudian dengan alami membalikkan ponsel tersebut kepada Diksan yang sedang berdiri dari kejauhan. Dia pun mengambil ponselnya dan menanyakanku apakah ada sesuatu yang dapat dilakukannya. Aku pun berkata, “Satu hal yang dapat kamu lakukan malam ini adalah melupakan segala yang telah kamu lihat dan dengar.”

Diksan segera mengangguk kepalanya dan berkata, “Kak Reino tenang saja, aku pasti akan melupakan segala yang terjadi disni.”

Aku pun tidak khawatir bahwa dia akan membohongiku. Bagaimana pun juga, jika dia mengatakan keluar masalah pada hari ini, maka dia akan dianggap sebagai kaki tanganku. Dia pun akan dikejar dan dibunuh oleh Andreas dan para pasukannya. Diksan pun tidak akan sebodoh itu dan mempermainkan nyawanya sendiri.

Lima menit kemudian, sebuah mobil roti hitam masuk ke dalam desa tersebut. Mobil tersebut berhenti di hadapanku. Setelah orang yang mengendarai mobil menurunkan kacanya, dia pun melihatku dari atas kebawah dan bertanya, “Apakah kamu tuan muda Alwi?”

Yang datang kemari adalah seorang pemuda yang tampan dan tampaknya seumuran denganku. Orang ini memiliki aura berpendidikan. Aku pun berkata, “Apa kabar, apakah kamu Jeremy?”

Dia mengangguk kepalanya dan aku pun berkata, “Panggil aku tuan Reino. Kita tidak kenal dan nanti jangan sampai terbongkar.”

Jeremy pun segera berkata, “Aku paham.”

Aku pun menaikki mobil tersebut dan mengarahkan mereka ke lantai bawah rumahnya Vika. Dia dan dua asistennya pun membawa turun semua perlengkapan yang diperlukan. Setelah menunggu mereka naik ke atas, aku pun melihat Aiko yang sedang duduk disana. Kakinya sudah diperban dan pada saat ini sedang mengelap keringatnya Jessi. Dahinya Jessi masih terdapat sebuah kain. Melihat dua wanita kusukai ini saling membantu, saling memberi perhatian, aku pun menjadi sangat terharu.

Aku pun berkata kepada Jeremy, “Dokter, yang sakit berada disini.”

Jeremy pun baru membawa orang masuk kemari. Aku pun menenteng Aiko hingga duduk disebelah. Kemudian, Jeremu dan asistennya mulai memeriksa Jessi. Hasil pemeriksaannya membuatku sulit untuk menerimanya. Dia bilang bahwa Jessi bukan mengalami demam yang tinggi, melainkan demam yang disebabkan oleh peradangan tersebut. Jaringan tisu di seluruh tubuhnya mengalami kerusakan. Tidak hanya itu saja, dia juga mengalami tulang yang patah dan aku malah sedikitpun tidak menyadarinya. Ini membuat hatiku sangat sulit untuk menerimanya.

Setelah Jeremy selesai memeriksanya, dia pun tidak bisa menahan diri untuk berseru dan berkata: "Sangat sulit untuk membayangkan bahwa dia masih terbangun dalam pertengahan jalan. Jika itu adalah orang lain, aku pun merasa itu sama sekali tidak mungkin dapat terbangun, dan juga ada kemungkinan akan bertarung dengan ujung kematiannya. Tetapi dia tidak hanya terbangun, masih juga menahan dalam waktu yang lama baru terpingsan. Seberapa kuat tekad yang dimilikinya, ya? "

Aku pun berpikir saat aku pergi ke kamarnya Jessi, dia pun masih dalam keadaan koma. Tapi ketika aku pulang, dia malah telah menyadarkan diri. Aku pun tidak memiliki alasan untuk memikirkannya. Mungkinkah suara teriakanku yang telah membangunkan dia? Mungkin saja hal ini terdengar susah untuk dipercayai, tapi aku merasa sangat ada kemungkinan, karena kau percaya bahwa cintanya Jessi untukku pastinya telah membuatnya sepenuhnya menahan diri untuk terbangun ketika dia mendengarkan panggilanku.

Selanjutnya, Jeremy pun melakukan pengobatan kepada Jessi. Setelah dia menggantungkan air, dia pun mengatakan beberapa hal yang perlu kuperhatikan. Dia mengatakan bahwa dia akan mengulurkan waktu untuk datang kemari, dan kemudian pergi.

Aku pun mengamatinya dari sebelang ranjang. Melihat wajah pucatnya Jessi, aku pun merasakan sakit hati. Ketika sekilas melihat Aiko yang sedang duduk disana, aku pun berkata, “Kak, kamu pergi tidur duluan. Biarkan aku yang menjaganya disini.”

Aiko menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku tidak ngantuk. Melainkan kamu saja yang cepetan pergi tidur. Kamu terlihat sangat lelah.”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Aku tidak lelah. Melainkan, kamu yang telah tercedera, jadi kamu lah yang perlu beristirahat. Apakah setelah ini kamu tidak ingin bertemu dengan Cecilia, bahkan tenaga untuk menggendongnya juga tidak ada, kan?”

Mungkin dia tahu bahwa dia tidak bisa membahaskannya denganku, makannya Aiko pun hanya bisa pergi beristirahat. Pada saat ini, Vika, yang sedang sibuk kesana-kemati, dengan terburu-buru datang kemari untuk menenteng Aiko dan berkata, "Rumahku terdapat satu kamar dan satu aula. Selain ranjang ini, hanya sofa di luar yang bisa ditiduri orang. Dia pun masih meminta Aiko untuk jangan membencinya. Namun, kamu tenang saja karena barusan aku telah mengganti semua sofa dengan sarung sofa yang baru. Selain itu, menaruh satu lapis yang tipis. Selimutnya pun juga yang baru dan aku bahkan belum menggunakannya, makannya kamu dapat dengan tenang menyelimutinya dan jangan takut kotor. "

Aiko pun dengan lembut berkata, “Terima kasih banyak.”

“Sama-sama.”

Vika pun menenteng Aiko hingga ke atas sofa. Setelah Aiko berbaring di sofa tersebut, dia pun dengan cepat tertidur pulas, ini juga mungkin karena dia telalu lelah. Aku yang saat ini memanggil Vika kemari, menuliskan sebuah kertas dan diatasnya tertulis obat tiongkok untuk menambah darah. Aku membiarkan Vika untuk memberikan kertas tersebut kepada Diksan. Besok ketika matahari sudah terbit, langsung pergi dan melihat toko obat tiongkok itu sudah buka atau tidak. Lalu, pergi mengambil obat ini dan sedikit mengambil obat ini setiap toko obat tiongkok, dan jangan hanya mengambil di satu toko saja.

Vika pun mengambil kertas ini dan pergi. Aku pun mengelus pipinya Jessi, menggenggam tangannya yang dingin itu, meletakkannya di sisi bibirku dan menggunakan suhu yang hangat untuk bertiup sambil berkata dengan pelan, “Kamu pasti akan baik-baik saja, kan?”

Pada saat ini, ponsel yang terdapat di dalam kantong bordering. Aku pin mengambil dan sekilas melihatnya. Govy-lah yang telah menelepon kemari. Aku pun memencet tombol terima dan berbisik, “Kak Govy, kamu juga telah mengetahuinya ya?”

Govy pun berkata, “Iya, aku telah menerima kabarnya mengatakan bahwa Batalyon Kavaleri telah dihajar oleh orang, menerima cedera yang parah. Aku pun menebak bahwa kamulah yang melakukannya, tapi aku juga mendengarkan bahwa dia juga telah melukai penyerangnya. Apakah itu kamu? Kamu pergi bersama dengan siapa?”

Aku pun berkata, “Aku pergi bersama dengan Aiko. Selain itu, aku sudah membawa Jessi keluar. Dia sekarang sedang dalam koma, dan memerlukan pengobatan yang tidak ada henti-hentinya.”

Govy pun seketika menjadi muram dan menanyaku mengapa aku bisa menebak bahwa Jessi berada di tempatnya Andreas dan malah tidak memberitahunya.

“Andreas sengaja membiarkan kalian mencarikan informasi bahwa Jessi ‘telah dikirim ke Harbin’. Tentu saja dia ingin membuat kalian bingung, sengaja memikat kalian untuk keluar dari wilayahnya. Karena itu, dia pasti akan mencari orang untuk mengamati kalian dan juga tahu bahwa kalian telah ditipunya. Jika saat itu aku memberi tahumu, kamu pun akan bergegas kembali dan mereka pun akan segera menebak bahwa mereka telah terbongkar. Bagaimana mungkin aku bisa menyelamatkan Jessi, bukan? Kak Govy, maafkan aku. Demi menyelamatkan wanita kucintai, aku hanya bisa membiarkanmu menjadi umpannya untuk menghilangkan kewaspadaan mereka, " kataku.

Govy pun mengela napas dan dengan nada rendah berkata, “Sebenarnya kamu tidak perlu menipuku. Aku tahu kamu tidak memberitahuku karena alasan terbesarmu adalah tidak mempercayai para atasanku. Kamu takut bahwa mereka akan memberi perintah kepadaku dan tidak diperbolehkan untuk menyelamatkan Jessi, melainkan menusuknya dari belakang dan membiarkannya dalam markasnya Andreas. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan lebih banyak barang. Tetapi kamu telah banyak memikirkannya, kewaspadaanmu sungguh sangat parah. Jika yang ditangkap adalah orang lain, atasan mungkin juga akan melakukannya. Tetapi yang ditangkap adalah Jessi, jadi atasan pun tidak akan melakukannya. Bagaimanapun juga, dia adalah Jessi loh. "

Aku pun tidak mengatakan apa-apa karena kau sudah tidak lagi mempercayai atasannya. Hanya saja aku tidak rela mengakuinya kepada Govy.

Govy pun mendesah ketika dia melihatku tidak mengatakan apa-apa dan bertanya apa rencanaku yang selanjutnya.

Aku pun berkata, “Andreas seharusnya tidak akan dapat mencariku, makannya aku masih bisa melanjutkan tugasku. Tapi aku harus memberikan sebuah penjelasan kepada Claura dan Ricardo Song, makannya aku memerlukan kerja sama kalian.”

“Boleh. Kamu yang mempersiapkannya dan beritahu kami bagaimana kerja samanya?” tanya Govy.

Aku pun berkata, “Sangat mudah. Sistem saluran listrik di Harbin telah diputuskan oleh seseorang Walaupun sulit untuk menyelidikinya, tapi ada kemungkinan bahwa orang di belakangnya Ricardo Song dapat menyelidikinya, makannya aku memerlukan kesepakatan kalian untuk mencari orang ahli komputer supaya dapat melindungi Chick. Selain itu, kalian akan bekerja sama dengan gerakan kami. Kalau Jessi…aku ingin kalian sendiri yang membawanya pergi dan kalian sendiri yang membawanya ke tangan ayah dan ibu keluarga Song. Aku merasa selain mereka, tidak ada yang bisa menjaganya dengan baik.”

“Aku akan menepatinya,” kata Govy dengan

“Tidak ada gunanya kamu menepatinya. Aku ingin dokumen resmi atasanmu dan menginginkan mereka berjanji untuk menghapuskan hukumannya Jessi. Kalau tidak, aku pun tidak akan tahu apa yang akan kulakukan nantinya,” kataku dengan nada suram.

Govy pun dengan serius berkata, “Alwi, apa keuntungannya perbuatanmu bagi dirimu sendiri? Kamu terlalu lancing. Kamu tidak akan memiliki hasil yang baik saat berkonfrontasi dengan atasanku. Dengarkanlah peringatan kak Govy-mu ini. Kamu jangan gegabah. Keadilannya nyonya Jessi tentu saja ada orang yang akan bantu membalaskannya.”

Aku tahu bahwa Govy memperingatiku demi kebaikanku. Aku pun dengan lembut berkata, “Terima kasih kak Govy. Aku tahu bahwa kamu mengatakannya demi kebaikanku, tapi kamu juga seharusnya lebih jelas dibandingkanku, yaitu menjadi anaknya seorang ‘pengkhianat negara’, mau seberapa banyak kukerjakan, seberapa banyak kerja kerasku, aku takut tidak aka nada yang memercayaiku. Karena demikian, aku harus memberikan perhatian bagi diriku sendiri, kan.”

Govy pun tidak dapat mengatakan apa-apa setelah mendengarkan perkataanku. Aku pun berkata, “Baiklah, aku ada sedikit lelah. Aku ingin pergi beristirahat. Kak Govy, tunggu sampai kamu telah mendapatkan dokumen resmi itu baru hubungiku lagi ya.”

Setelah selesai mengatakannya, aku pun mematikan teleponnya.

Aku dengan lembut meletakkan tanganku ke atas dahinya Jessi dan menyadari bahwa dahinya sudah tidak begitu panas lagi. Aku pun juga menjadi tenang dan dengan pelan mencubit pipinya sambil berkata dengan lembut, “Sayangku, demi kamu, aku pun tidak akan takut, bahkan jika harus menjadikan seluruh dunia ini sebagai musuhku.”

“Aku ingin mendengarkan lagu.” Tiba-tiba Jessi membukakan mulutnya.

Aku dengan kembiraan yang tidak seperti biasanya, hanya melihat dia yang sedang perlahan-lahan membukakan matanya, dimana telah membuatku langsung tersenyum. Aku pun menanyakan dia ingin mendengarkan lagu apa dan aku akan menyanyikan untuknya. Dia pun berkata terserah dan akan menyukainya asalkan aku yang menyanyikannya. Aku takut akan mengganggu istirahatnya Aiko, jadi aku pergi menutup pintu. Ketika aku kembali, aku menyadari si Jessi lagi-lagi menutup matanya. Aku dengan sakit hati menggenggam tangannya dan berkata dengan lembut, “Kamu pasti takut aku akan khawatir, makannya kamu baru terbangun dan ingin melihatku, ingin memberitahuku bahwa kamu baik-baik saja, bukan? Gadis bodoh… Kalau kamu ingin mendengarkan lagu, aku akan menyanyikannya untukmu.”

Aku pun memikirkannya dan terpikir lagu yang pernah kudengarkan sebelumnya. Aku pun bernyanyi, “ Cacing pada musim dingin berada di dalam lubang pohon, daun yang hangat adalah selimutnya mereka, bintang-bintang yang cantik tergantung di atas langit, tersembunyi berlian tidak terhitungkan yang berkelap-kerlip. Kamu pernah bilang ingin pergi ke tempat yang jauh, langit dan matamu sama-sama bersinar… Bebebku, bebebku, cium sudah cukup, setiap kali menciummu terasa sangat manis. Kamu menangis, kamu tersenyum, kamu dalam pelukanku… Bebebku, bebebku, cium sudah cukup, kamu pernah bilang bahwa kita akan bersama, hingga masa tua…”

Setelah selesai menyanyikan lagu ini, aku pun melihat Jessi yangf tertidur dengan pulas. Setelah aku selesai memastikan bahwa panasnya telah reda, aku pun mengeluarkan napas yang lega.

Dari luar terdengar sebuah bunyi. Aku pun tahu bahwa Vika telah pulang. Dia pun mengetok pintu, membukanya dan berkata, “Kak Alwi, kak Diksan pergi membelikanmu sebuah cemilan malam. Kamu keluar dan makanlah, sekalian mengisi tenagamu lumayan juga.”

Aku pun sedikit tidak menduganya. Aku tidak menyangka mereka akan memperlakukanku dengan baik. aku pun tersenyum dan berkata, “Terima kasih banyak. Tapi, aku sedang tidak memiliki nafsu makan. Kalian makan saja, aku akan makan lagi pada pagi harinya.”

Vika pun tidak mengatakan apa-apa, memegang bungkusan makanan yang dipesan sambil menutup pintunya. Dan pada saat ini, ponselnya pun sekali lagi bordering. Si Govy yang telah menelepon kemari. Dia memberitahuku bahwa atasan telah menyepakati syaratku, tapi mereka ingin aku berjamin untuk harus menyelesaikan tugasku dan tentu saja tidak boleh bertindak sembarangan.

Aku pun berkata, “Kamu tenang saja. aku lebih ingin menyelesaikan tugas agen rahasia ini dibandingkan mereka.”

Karena aku masih harus tergantung dengan tugas ini supaya tuduhan ayahku dapat dibersihkan!

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu