Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 974 Kehidupan Biasa

Aku bilang aku ingin berusaha memperbaiki mereka, lalu Angela hanya mengerutkan dahinya, tak berbicara.

Aku tahu mungkin bagi Angela ataupun semua orang, sebanyak apapun yang kulakukan untuk Aiko mereka, sama sekali tidak bisa memperbaiki keluarga yang sempurna bagi anakku sendiri, melainkan luka bagi Cecilia.

Hanya saja, kalaupun apapun yang kulakukan tidak dapat merubah apapun, aku juga tidak melakukan sesuatu karena itu.

Aku mengambil selembar kertas untuk menulis menu, lalu aku berikan kepada Angela. Ia membawa menu pergi keluar. Aku telah selesai makan sarapan dan pergi menuju tempat latihan di lantai lima. Aku baru saja masuk, sudah langsung menemukan Darren dan Cecilia sedang bermain balok kayu. Selain balok kayu, juga ada kuda goyang dan mobil-mobilan, juga ada boneka mainan, terlihat Angela sangat baik kepada Aiko mereka. Angela menyiapkan banyak mainan setelah mengetahui Cecilia akan menginap sehari.

Cecilia sangatlah fokus dalam bermain, begitupula dengan Darren, karena ia jarang memainkan permainan itu. Melihat mereka berdua yang begitu fokus, aku tidak menganggu mereka dan berdiri di belakang Cecilia.

Aiko sedang terduduk di depan sebuah meja. Diatas meja terdapat adonan dan alat pengaduk adonan. Ia sedang mengaduk adonan. Hari ini ia memakai gaun panjang dengan gaya tiongkok, rambutnya dikepang, hingga terlihat seperti gadis desa, begitu bersih dan polos. Ia juga terlihat lebih menggoda dibanding gadis desa.

Dirinya yang begitu indah, terlihat lebih damai saat ia mengaduk adonan. Aku mendekatinya dan duduk bertanya, “Bersiap untuk membuat apa?”

Aiko membalas, “Cecilia sangat menyukai roti kukus, jadi aku siapin kukusin untuknya beberapa.”

Aku bilang, “Aku bantu kamu.”

Ia mengayunkan tangannya, menandakan aku tidak perlu membantunya. Saat ini, aku juga mendengar suara Cecilia yang nyaring memanggil ‘Ayah’, sambil berjalan mendekati dengan kaki pendeknya, lalu masuk ke dalam pelukanku.

Aku segera membawa Cecilia ke pangkuanku sambil memeluknya dan berkata, “Mengapa anak Ayah tidak main lagi?”

Cecilia berkata, “Ayo Ayah ikut main.”

Aku tertawa mengelus kepalanya dan berkata, “Baik, Ayah akan menemanimu main, tapi tak lama ya.”

Seketika Cecilia memegang lengan pakaian dengan erat, sambil memasang raut wajah panik. “Apakah Ayah mau pergi lagi?”

Matanya memerah samil menggunakan nada sedih saat berkata. Hatiku menyesak pelan, lalu menggendongnya sambil berkata dengan lembut. “Nak, Ayah tidak pergi. Ayah hanya ingin menyiapkan makan siang untukmu dan Ibu, jadi agak sibuk. Siang Ayah akan memasak bubur jujube dan ubi, bagaimana?”

Cecilia segera menepuk tangan dan berkata, “Baik. Baik.”

Darrren menatap kita dengan iri. Aku tahu ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya. Saat melihat kita seperti ini, hatinya pasti sangat merasa iri dan sedih. Aku segera menurunukan Cecilia, sambil mengambil balok kayu sambil berkata kepada Darren. “Ayah kandung Paman mati dengan salah paham dan saat itu Paman masih belum terlahir, tapi Ayah angkatku sangat menyayangiku, sayangnya ia meninggalkanku begitu cepat.”

Darren bertopang dagu sambil mendengar kata-kataku dengan serius, lalu berkata, “Aku juga tidak pernah bertemu dengan Ayah.”

Aku tertawa dan berkata, “Tak apa-apa. Meskipun kita tidak bisa mendapatkan kelembutan dan perhatian dari orang yang sudah meninggal, tapi kita bisa berusaha untuk menjadi seseorang yang bisa membawa kelembutan dan perhatian. Darren, kamu harus ingat tidak harus mendapatkan baru bisa membuat orang senang. Memberi lebih bisa membuat orang bahagia dan puas. Kamu harus menjadi orang hangat, tentu maksudku terhadap Ibumu, temanmu, istri dan anakmu.”

Wajah Darren seketika merah sambil berkata dengan gagap, “Paman, aku masih kecil. Mengapa Paman mengatakan itu kepadaku?”

Aku jarang melihat Darren terlihat malu. Aku mengetuk dahinya pelan dan berkata, “Aku hanya memberitahu sedikit.”

Cecilia melihat perbincangan aku dan Darren, langsung terkekeh pelan.

Ia tiba-tiba tertawa dan wajah Darren masih saja merona. Aku tertawa menggendong Cecilia, lalu mengedip kearahku dan tertawa berkata, “Bagaimana? Anak Paman lucu kan?”

Darren menganggukan kepalanya dan berkata, “Cecilia sangat lucu.”

Aku menatap sekilas kearah Aiko. Saat ini ia sedang mengaduk isi roti kukus, ia mengalihkan pandangan kearahku saat aku melihatnya. Aku berkata kepada Darren dengan suara pelan. “Bukankah Tante Aiko lebih cantik?”

Darren mengangguk dan berkata, “Tante sangat cantik, sama cantinya dengan Tante Jessi yang datang ke rumah.”

Suara Darren sama sekali tidak pelan. Saat aku ingin menutupi mulutnya, terlalu telat, seketika suasana ruangan menjadi kacau. Berbeda dengan Cecilia, ia berteriak dengan semangat. “Tante Jessi...”

Kupikir Jessi pasti sering membelikan barang saat menjenguknya, jadi ia begitu suka dengan Jessi.

Aku menatap kesal kepada Darren. Ia masih kurang mengerti masalah wanita dan pria, tapi ia sepertinya mengetahui hubunganku dengan Jessi dan Aiko rumit, sehingga ia menatapku merasa bersalah. Ia bertanya dengan pelan, “Apakah aku salah mengucapkan sesuatu?”

Aku memutar balik mataku dan berpikir ia hanyalah anak kecil yang polos, jadi aku tidak boleh marah. Aku harus bersabar. Aku berkata kepadanya, “Setelah anakku ini besar nanti, mungkin ia akan secantik Tante Aikomu. Sedangkan perbandingan laki-laki dan wanita beda jauh, jadi kamu harus buru-buru mencari istri. Kamu lindungi Cecilia baik-baik, agar ia tidak direbut orang lain.”

Wajah Darren makin memerah sambil mengingatkanku dan berkata, “Paman, Cecilia masih kecil.”

Aku terkekeh pelan dan berkata, “Tapi ia juga akan besar suatu saat. Ada sebuah lagu dengan judul ‘Sebuah Puisi Buatan Ayah’ di negara kita. Ada sebuah kalimat dari lagu itu seperti ini, ‘Memikirkan masa depan, aku sudah sangat tua saat itu. Anakku pasti sangat cantik. Ada lelaki yang mencintainya menikahinya, tapi mengingat ini semua, aku tidak berani menatapnya...’”

Awalnya pembicaraan yang bahagia, tapi setelah menyanyikan lagu ini, perasaanku tiba-tiba muncul. Aku teringat diriku yang tidak bisa menemani Cecilia setiap saat, bahkan diriku harus sering terancam mati. Bahkan aku tidak tahu, apakah aku bisa hidup hingga dimana hari itu ia besar.

Mengingat ini, aku memeluk Cecilia semakin erat dan berkata kepada Darren. “Paman hanya bercanda denganmu. Sebenarnya Paman hanya ingin memberitahumu, kalau Paman tidak bisa menemaninya, aku berharap kamu bisa melindunginya bagai seorang kakak, menganggap Cecilia sebagai keluargamu.”

Darren berkata dengan serius, “Aku akan melakukannya. Keluarga Paman juga adalah keluargaku.”

Aku tertawa sambil mengelus kepala Darren. Aku percaya diriku tidak salah melihat orang. Tunggu Darren besar nanti, ia pasti akan menjadi anak yang bisa diandalkan. Sepertinya apa yang kukatakan kepadanya terlalu cepat, tapi ini adalah cintaku kepada anakku.

Cecilia saat ini mengambil balok kayu dan membawanya ke hadapanku sambil berkata, “Ayah, temani aku main.”

Aku tertawa dan berkata, “Baik, Ayah akan menemanimu main. Bagaimana kalau kita membangun rumah besar untukmu?”

Cecilia menepuk tangan dan berkata, “Baik.”

Aku tertawa pelan sambil mengelus kepalanya dan berkata dengan lembut. “Baik, Ayah akan membangun untukmu.”

Kita dengan cepat membangun gedung besar. Cecilia berkata dengan senang. “Bagus sekali.”

Aku tertawa berkata, “Tentu sangat indah, ini adalah rumah Cecilia. Cecilia berharap siapa saja yang tinggal di dalam rumah ini?”

Cecilia menggunakan mata besar dan berkata, “Aku berharap Ayah dan Ibu bisa tinggal disini, Tante Jessi juga,...”

Aku ingin tertawa melihat wajahnya yang sedang berpikir dengan serius. Aku juga tidak ingin mengingatnya sambil tertawa menunggu ia lanjut berbicara. Ia memiringkan kepalanya dan lanjut berkata, “Ada keluarga Paman Sulistio, keluarga Paman Nody, keluarga Paman Dony, Paman Samuel dan istrinya...”

Aku mengangguk dengan senang. Cecilia masih begitu kecil, sudah bisa mengingat siapa saja yang baik kepadanya, sungguh anak baik yang tahu terima kasih. Aku bertanya, “Apakah ada lagi?”

Ia memiringkan kepalanya berpikir dan berkata, “Kedua kakek, Paman dan Nenek.”

Lalu ia menunjuk kearah Darren dan terkekeh berkata, “Ada Kak Darren dan Tante Angela.”

Darren seketika tertawa senang. Aku berdiri dan menggendong Cecilia sambil berputar dan berkata, “Baik, lain kali Ayah akan membangunkan rumah besar untukmu. Agar semua orang yang kamu sebut bisa tinggal di rumah ini, baik?”

Cecilia dengan senang berkata sambil menepuk tangan. “Baik!”

Aku melihat senyumannya yang tak bersalah dan mengelus kepalanya. Mendengar suara pintu tertutup dari luar, aku mengetahui bahwa Angela telah kembali. Aku bilang, “Nak, Ayah masak dulu makan siang untukmu. Kamu sekarang bermain dulu dengan Kak Darren. Sore Ayah baru datang temani kamu main lagi, baik?”

Cecilia mengangguk kepalanya dan berkata. “Baik.”

Lalu aku menurunkannya. Saat ini Aiko juga telah membungkus sepuluh biji roti kukus. Ia bangun da berkata, “Ayo pergi bersama.”

Aku menerima baskom di tangannya dan berkata, “Baik.”

Aku melirik Darren sekilas. Ia dengan pandai berkata, “Paman tenang saja, aku akan menjaga Cecilia.”

“Hmm, panggil saja aku kalau ada sesuatu.”

Aku dan Aiko berjalan menuju ke lantai satu bersama. Ia melihat ada obat diatas meja, lalu menggunakan tatapan matanya bertanya kepadaku. Aku segera minum obatnya. Ia memasukki dapur, lalu aku mengikuti jejaknya. Selanjutnya, kita masing-masing membagi pekerjaan. Aku bertanggung jawab untuk memasak, sedangkan Aiko dan Angela, bertanggung jawab untuk menyiapkan bahan. Dapurnya cukup besar, jadi tidak terlalu sempit bagi kita bertiga.

Tiada satupun orang yang berbicara, tapi suasana terasa sangat baik.

Setelah semua makanan jadi, Aiko pergi menggendong Aiko. Aku mengambil nasi disana, lalu Angela tiba-tiba berkata, “Jangan-jangan kamu masih ada perasaan kepadanya?”

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu