Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 551 Sungguh Tidak Takut

Pamanku bilang orang yang bernama Philbert itu bekerja sama dengan ‘Alwi’ palsu mempergunakan Ibuku, demi menjadikan Ibuku sebagai pemimpin masalah ini, setelah terbongkarnya masalahku ini.

Aku sangat kesal setelah melihat pesan singkat itu, seperti darahku sedang mengalir berlawanan arah. Aku mengepalkan tanganku hingga tulang-tulangku bersuara, seperti suara tulang ‘Alwi’ palsu dan Philbert yang dipatahkan olehku. Saat ini, Pamanku mengirimkan lagi pesan singkat kepadaku untuk aku tenang dan jangan tergesa-gesa, serta jika menyentuh Philbert akan menarik perhatian musuh.

Aku pasti tahu dengan itu, tapi kalau Philbert tidak mati, maka Ibuku yang akan sekali lagi dipergunakan, jadi aku tidak boleh membiarkannya hidup. Lagipula aku juga ingin menggunakannya untuk memberi peringatan kepada ‘Alwi’ palsu, kalau aku tidak lemah! Ia berani menghinaku, aku tidak akan membiarkannya saja.

Seperti kata Pamanku, tergesa-gesa hanya bisa menarik perhatian musuh, jadi aku harus merencanakan dengan baik-baik bagaimana melakukannya, agar mereka tidak menganggap pembunuhanku sebagai membalas dendam untuk Ibuku.

Aku tiba-tiba mendengar suara Philbert yang sengaja dikecilkan. Ia bertanya, “Tapi Tuan Muda Song, ini sudah berapa hari, bukankah kamu masih belum menemukan orang itu? Kalau orang itu masih hidup, sama sekali tidak baik bagi kita. Kudengar ia sangat hebat, hari itu kira-kira ada tiga puluh orang yang mati ditangannya. Kemampuan bertarungnya yang begitu gila, kalau ingin membunuh kita, maka kita lah yang berbahaya.”

Aku menegakkan telingaku dan berpikir apakah ‘orang itu’ adalah diriku?

‘Alwi’ palsu tertawa dingin dan berkata, “Brengsek itu sedang terluka berat dan tidak ada tempat untuk bersembunyi, mau kita ataupun atasan Beijing pasti menginginkan nyawanya. Tidak perlu membunuh kita, kupikir ia juga tidak berani keluar. Ia sekarang seperti anjing yang kehilangan rumah, suatu saat akan tertemukan. Kamu tenang saja.”

“Kalau begitu, kamu sudah memastikan bahwa ia tidak berada di rumah George Wei?”

George Wei adalah nama Pamanku. Tiba-tiba aku teringat bahwa ‘Alwi’ palsu hari ini datang ke rumah Paman bersama Kakek, karena ingin menemukanku. Tapi mengapa ia tiba-tiba mencurigai Pamanku dan merasa Pamanku yang menyembunyikanku? Jangan-jangan malam itu kita ketahuan?

Saat ini ‘Alwi’ palsu berkata, “Pasti. Pamanku itu peduli sekali kepadaku dan saat Kakek Wei itu menyarankan untuk memberikan sebagian saham kepadaku, ia juga sama sekali tidak ragu. Ia juga bilang dirinya belum menikah, jadi semua apa yang ia miliki akan menjadi milikku. Ia sangat menyayangiku, tidak seperti palsu. Kurasa atasan terlalu banyak curiga. Ia hanya pedagang biasa dan tidak pernah ikut serta rencana apapun, serta tidak mungkin mengetahui identitasku.”

Philbert tertawa dengan tenang dan berkata, “Sebenarnya aku juga merasa atasan terlalu banyak curiga. Kalau Tuan Muda Song sudah memastikannya, maka kita tidak perlu khawatir lagi.”

Aku menghela nafas setelah mendengar itu. Memang Pamanku yang terhebat, bisa membuat ‘Alwi’ palsu ini percaya kepadanya.

Lalu mereka berbincang untuk sesaat, yang berisi Philbert sedang membanggakan dirinya sendiri dan ‘Alwi’ palsu itu hanya menyautnya beberapa kali. Hingga ‘Alwi’ palsu itu bilang mau pergi, aku segera bersembunyi di toilet lelaki dan melihat ‘Alwi’ palsu menuju lift. Philbert bersenandung setelah mengantar kepergian ‘Alwi’ palsu dan memasukki toilet.

Awalnya aku ingin mengikuti ‘Alwi’ palsu, tapi setelah melihat Philbert, tiba-tiba aku merubah pikiranku dan mengirimkan pesan kepada Pamanku, untuk mencarikan seseorang mengawasi ‘Alwi’ palsu, lalu aku pergi bersembunyi di toilet.

Philbert dengan cepat masuk ke dalam toilet. Ia berdiri di depan jamban untuk membuang air kecil dan sekalian menelpon. Saat aku keluar, ia sama sekali tidak menyadari adanya keberadaanku. Aku berlari cepat kearahnya. Saat ia membuka mulutnya untuk berteriak, aaku mengeluarkan pistol dan ditujukan kearah kepalanya. “Tutup mulutmu!”

Aku berbicara tanpa suara. Karena di sebrang sana ada cermin, sehingga Philbert bisa melihat bentuk mulutku. Ia terkejut hingga suara yang ingin ia teriaki dimasukkan lagi ke dalam perutnya. Aku melirik kearah teleponnya dan ia segera mengatakan bahwa ia akan mematikan panggilan, karena masih ada urusan kepada sebrang sana. Setelah ia memutuskan panggilannya, aku merebut teleponnya dan kumasukki ke dalam kantong celanaku.

Philbert tidak terkejut sekali. Meskipun ia begitu licik, tapi ia juga adalah seorang tentara. Kalau bukan karena diriku tiba-tiba beraksi, ia mungkin masih bisa melawan. Ia terus menatap diriku yang memakai masker. Ia bertanya dengan nada bergetar, “Apakah kamu Reino?”

Aku mengangkat alisku dan melepaskan masker. Ia pasti pernah melihat fotoku, jadi sekali ia melihat wajahku, ia langsung menarik nafas. “Memang dirimu.”

Melihat Philbert yang masih tenang, aku tertawa dan bertanya, “Mengapa? Kamu tidak takut lagi? Bukankah kamu bilang kemampuanku bertarung itu sangat gila dan takut aku akan membunuhmu kan?”

Philbert menyipitkan matanya dan berkata, “Kamu memasang alat penyadapan di ruangan kita?”

Tiba-tiba terdengar suara dari luar. Aku segera memakai masker dan menggunakan pistol yang ditujukan ke pinggang Philbert. Aku berkata, “Kalau kamu tidak ingin mati, ikutlah bersamaku. Kamu ingat aku sudah tidak memiliki jalan lain. Kalau kamu berani membuatku marah, aku tidak akan segan untuk membunuhmu.”

Philbert juga mengerti dan berkata, “Kamu tenang saja. Aku akan mendengar perintahmu, kamu jangan kesal.”

Setelah itu, aku dan Philbert keluar bersama dari toilet. Setelah itu, aku melihat lelaki luar negeri itu berdiri disana, tidak jauh dariku, seperti sedang menyari diriku. Ia sedikit terkejut melihatku, lalu aku mengangguk kearahnya untuk mengatakan aku pergi. Aku membawa Philbert keluar menuju jalur pekerja. Kita tiba di tempat parkir dan aku menyuruhnya untuk memberika kunci mobil kepadaku. Kita naik mobil, ia yang bertugas untuk menyetir mobil, sedangkan aku duduk di belakang. Aku menggunakan pisau kecil untuk membuat lubang seukuran pistol di kursinya, lalu menaruh pistol disana, agar ia tidak asal bergerak.

Philbert dengan panik berkata, “Aku tidak akan asal bergerak, hanya saja kemanakah kamu ingin pergi?”

Aku mengatakan, “Orang yang seperti dirimu, sepertinya suka menyimpan wanita lain kan?”

Melalui kaca spion, aku bisa melihat raut wajah Philbert yang buruk. Ia tidak berbicara dan menyetir mobil, sepertinya ia akan membawaku menuju rumah wanita simpanannya.

Aku mengambil teleponku dan bertanya, “Kemanakah kamu membawaku pergi?”

Philbert membalas dengan jujur. “Apartemen Hua Cai.”

Apartemen Hua Cai merupakan daerah yang berkualitas tinggi di Chaoyang, bahkan ia memberikan rumah yang begitu mahal untuk wanita simpanannya. Bagaimana dengan diriku yang miskin ini? Aku bertanya kepadanya untuk alamat jelasnya, lalu segera mengirimkan alamat via pesan singkat kepada Pamanku.

Selama perjalanan satu jam lebih, akhirnya kita tiba di Apartemen Hua Cai. Setelah naik lift dan tiba dirumahnya, aku melihat seorang wanita dengan pakaian terbuka, tersenyum dan bangun dari sofanya. Ia memanggil, “Sayang, mengapa kamu tiba-tiba ada waktu datang?”

Ia terdiam dahulu sesaat setelah melihat seseorang yang mengikuti Philbert dibelakang, lalu melirik kearahk terkejut dan menyeringai bertanya kepada Philbert siapakah diriku. Philbert dengan kesal berkata, “Sudahlah, kamu cepat buatkan teh untuk kita.”

Philbert juga melihat wanita itu sekilas dan menyadari bahwa pakaian wanita itu terlalu dikit, lalu berkata dengan perintah, “Cepat gantikan pakaianmu itu!”

Wanita ini sepertinya sering disayangi, sehingga ia tidak takut dengan Philbert. Mendengar ucapan Philbert, wanita itu berkata dengan centil, “Aduh, sayang. Mengapa kamu begitu kuno? Bukankah kamu bilang sangat menyukaiku memakai seperti ini?”

Wanita itu sambil berbicara sambil membuat teh untuk kita, tapi saat ia ingin berbalik badan, aku sudah berlari kearahnya dan memukulnya hingga ia terjatuh pingsan. Di tengah aku membuatnya pingsan, Philbert yang cukup pintar mengeluarkan pistol dan menembakku. Aku menghindarinya dengan cepat, lalu menarik pergelangan tangannya kebawah dan membetulkan pistol kearahnya. Ia tidak keburu untuk merubah gerakannya, sehingga ia menembak lututnya sendiri. Darahya keluar dan ia berteriak sakit disana. Hanya saja ia baru ingin berteriak, aku sudah memberi sebuah pukulan ke perutnya. Ia sakit tanpa bisa mengeluarkan suara dan terbaring disana.

Aku mengeluarkan pisau kecil dan memotong nadinya. Ia memegang tangannya dan pistolnya terjatuh dari tangannya. Aku juga memotong nadi tangan lainnya, lalu menutup mulutnya dengan sesuatu untuk menghentikan ia mengeluarkan suara. Saat ini, ia baru menggunakan tatapan ketakutan melihatku, seperti sedang melihat seorang iblis.

Aku terduduk di sofa dan berkata, “Apakah kamu tahu sebenarnya aku bisa saja langsung menembakmu? Tapi aku tidak, karena seperti itu tidak seru. Bagiku, membunuh seseorang tidak sesenang menyiksa seseorang, jadi kita main pelan-pelan, bagaimana?”

Wajah Philbert memucat setelah mendengar ucapanku. Ia menggunakan tatapan matanya bermohon kepadaku sambil menggunakan tangannya untuk menunjuk mulutnya, agar ia boleh berbicara.

Aku berkata, “Kamu ingin berbicara? Boleh, tapi kamu harus ingat aku hanya memberikan satu kali kesempatan, kalau kamu tidak mendengar perintahku dengan baik, aku tidak akan memberikan kesempatan lagi untukmu.”

Ia mengangguk kepalanya dengan semangat, lalu aku melepaskan barang dimulutnya. Ia menatapku takut dan berkata, “Aku tidak ingin mati, mohon lepaskan aku.”

“Kamu membuatku hingga seperti ini dan kamu minta aku untuk melepaskanmu? Oh? Untuk apa?” tanyaku dengan tertawa dingin.

Philbert dengan pnaik berkata, “Aku juga terpaksa! Kalau bukan Tuan Muda Song itu yang memaksaku melakukan itu dan ia tahu aku memiliki wanita simpanan, lalu ia memaksaku untuk megurus banyak hal. Ia bilang kalau aku tidak membantunya, ia akan merusak masa depanku.”

Aku berkata, “Kamu kira aku bisa percaya? Kita semua berada di tim yang sama, ia berani menyentuhmu, apakah ia tidak takut ketahuan oleh atasan?”

Philbert dengan panik berkata, “Iya, awalnya aku juga berpikir seperti itu. Kita semua bekerja untuk seseorang, sehingga ia tidak dapat melakukan itu kepadaku dan aku bertanya apakah ia tidak aku akan melaporkannya? Ia bilang ia ada bantuan dari Keluarga Wei, kalaupun ia melakukan kesalahan, tim juga tidak akan menghukumnya, lagipula posisiku bisa diwakili dan tim tidak akan menolongku. Aku tahu apa yang ia katakan itu benar, lalu aku hanya bisa mengikuti perintahnya.”

Aku tidak membalasnya. Philbert lanjut berkata karena takut dirku tidka percaya kepadanya. “Apa yang kukatakan itu benar, kalau aku berbohong satu katapun, aku akan mati.”

Aku menatapnya cuek. Aku tidak mengerti mengapa Ibuku memercayai brengsek yang seperti dirinya. Setelah kupikir ulang, mungkin saat berkenal dengan Ibuku tidak seperti ini, lalu Ibuku juga tidak dekat dengannya, ditambah ia terbiasa menjilat, jadi Ibuku tidak dapat membedakannya.

Mengingat ini, aku semakin marah, tapi aku tidak boleh menunjukannya. Aku bertanya, “Apakah Claura mengetahui masalah ini?”

Philbert menggelengkan kepalanya dan berkata, “Claura adalah orang kesayangan Tuan Muda Song, bagaimana mungkin Tuan Muda Song memberitahunya?”

Kupikir benar juga, tapi aku penasaran bagaimana Philbert ini menyembunyikan ini dari atasan. Saat aku menanyakannya, ia malah memberi jawaban yang membuatku makin kesal. Ia berkata, “Atasan pastinya tahu Tuan Muda Song yang melakukan masalah ini. Aku juga pernah mengatakan ini sebelumnya bahwa Tuan Muda Song berkata, atasan tidak akan menghukumnya karena dirimu. Karena aksinya kali ini akan melibatkan seluruh Keluarga Wei, sehingga atasan memiliki Keluarga Wei dan sangat senang, bagaimana mungkin menyalahkannya? Untuk kamu,...sepertinya atasan memiliki rencana lain.”

Si ‘Alwi’ palsu itu...sungguh tidak takut!

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu