Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 188 Diikuti

Aku bertanya kepada mereka bagaimana cara mereka menyingkirkanku, lalu menyentilkan rokok berjalan menghampiri mereka dan duduk di sofa memperhatikan mereka berdua sambil tersenyum.

Bisa dikatakan aku ini pertama kalinya bertemu kedua orang ini, mereka berdua seumuran, tapi bisa merawat kulit mereka dengan baik, pria ini memiliki wajah yang berbeda dari Johan, wajahnya tampan dan tegas, dari atas kebawah seluruh tubuhnya memancarkan arogansi, wanita itu tampak berusia tiga puluhan, tapi tetap masih menawan. Tatapan kedua orang ini terus menatapku, seolah sedang melihat jangkrik di nasi mereka.

Aku berkata: “Kalian berdua kenapa tidak berbicara?”

Yesen tersenyum dingin: “Alwi, nyalimu memang sangat besar! beraninya kamu masuk ke sini tanpa izin.”

Setelah selesai mengatakannya dia menekan bel layanan di sisi kanan, mungkin mencoba memanggil seseorang.

Yasmin mengerutkan kening memandangku tersenyum dingin dan berkata: “Memang benar sesuatu yang tumbuh dari bibit yang murahan, tidak mengerti aturan dan kasar.”

Aku tersenyum dingin dan berkata: “Yasmin, kamu tahu kenapa mata Alex buta? Karena mulutnya makan ta*k, tapi sekarang tampaknya kalian keluarga Yang sangat suka makan ta*k, mulut kalian bau sekali.”

Yasmin marah dan berkata: “Dasar manusia rendahan!”

Dia mengatakannya sambil mengangkat satu tangan menamparku, wajahku menghadap kesamping, aku menangkap tangan Yasmin dengan sigap dan berkata: “Aku manusia rendahan? Kamu? Pelacur?”

Yasmin marah hingga wajahnya memerah, dia memegang perutnya dan berkata dengan emosi: “Percaya tidak aku sobek mulutmu!”

Aku menghempaskan tangannya, dia mundur beberapa langkah, menutupi perutnya dengan panik, aku memandang perut bulatnya, mengingat asal-usul anak itu, lalu melirik Yasmin, tentu saja dia mengerti maksudku, untuk sesaat wajahnya berubah menjadi pucat, hingga akhirnya dia duduk marah, seperti induk ayam yang kalah.

Yesen tersenyum dingin dan berkata: “Alwi, kamu datang kesini untuk memukul orang?”

Aku tersenyum dan berkata: “Tentu saja bukan, sebenarnya aku ingin bekerja sama dengan Paman Yesen.”

Yesen memandangku seperti anak bodoh, Yasmin tersenyum mengejekku, memarahiku tidak tahu diri, Yesen tidak sabar mengusirku keluar.

Aku memijat pelipisku, pura-pura tertekan dan bertanya: “Paman Yesen, Anda tidak dengar perkataanku sudah mengusirku pergi?”

Yesen dengan tegas mengatakan iya, aku berdiri dengan rapi dan mengatakan jika begitu, aku hanya bisa mencari Sandy untuk bekerja sama. Setelah mengatakannya aku keluar, untuk saat ini aku sengaja melempar dokumen yang Sonny berikan padaku ke kaki Yesen, dia membungkuk penasaran memungut dokumen itu, aku berjalan keluar dengan santai, menghitung dalam hatiku.

“1,2,3……”

Ketika aku menghitung sampai lima, Yesen sibuk menyuruhku tunggu, nada bicaranya tampak bingung. Aku berbalik memandang Yesen dan tidak mengatakan apa-apa.

Yesen mengubah sifatnya dan memandangku dengan senyum ramah dan berkata: “Alwi, aku pikir kita bisa duduk bicarakan ini.”

Aku berbalik tersenyum, memandang wajah tegang Yesen, jelas-jelas marah tapi harus menunjukkan wajah ramah dan aku berkata: “Paman Ye, aku takut mengganggu kesenanganmu dengan nona Yang.”

Yesen memandang Yasmin dan tanpa segan berkata: “Kamu pergi dulu, ada urusan yang perlu kita bicarakan.”

Yasmin terkejut, dia tidak pernah berpikir sikap Yesen padanya akan berubah 180 derajat, dia sangat pintar, dia segera menyadari masalahnya pasti ada pada dokumen yang aku jatuhkan, dia ingin melihat dokumen itu, bagaimana mungkin Yesen membiarkan dia melihatnya, dia segera menjauhkan dokumen itu.

Yasmin sedikit tidak rela, tapi tidak berani membuat Yesen marah, dia dengan enggan bangkit dan pergi, sebelum pergi, mungkin dia takut Yesen kalah dan memberinya dosis obat keras lagi, lalu berkata: “Kak Yes, kakekku bilang, jika masalah ini berhasil, keluarga Yang akan sangat berterima kasih padamu.”

Mendengar Yasmin berkata begitu, Yesen mengerutkan kening, tidak menjawab.

Yasmin melirikku dengan tajam, dan pada saat yang sama dia sedikit curiga, mungkin penasaran apa yang aku berikan pada Yesen. Setelah dia pergi, aku duduk di posisinya dan berkata: “Paman Yesen, aku ingin mengingatkan kamu satu hal, Yasmin sudah tahu pertemuanku denganmu, jika dia menyebarkan kabar ini, kita berdua akan berakhir.”

Yesen mengerutkan kening, tatapan matanya memancarkan kekejaman dan berkata: “Kamu tenang saja, dia Yasmin sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengatakannya.”

Selesai mengatakannya Yesen mengeluarkan HP, tidak tahu mengirimkan sebuah pesan kepada siapa.

Hatiku gelisah, mengingat perut besar Yasmin, aku tahu demi menjaga rahasia Yesen akan membunuhnya, hatiku sedikit tidak tega, terlebih bayi dalam perut wanita itu tidak bersalah. Aku berkata dalam hati ‘Amitabha’, semoga bayi yang belum lahir akan memiliki kelahiran yang baik.

Aku bukan bunda maria, yang mengerti prinsip kamu mati aku hidup dan aku tahu sikap baik musuh adalah bencana pada diri sendiri, jadi sejak aku awal aku tidak berencana bersikap baik pada keluarga Yang, aku hanya bisa memastikan tidak menyerang orang yang tidak menggangguku, tapi ketika menggangguku, aku tidak akan mengampuni satupun.

Ketika sedang memikirkannya, Yesen mengeluarkan dokumen itu didepanku dan bertanya dengan tatapan serius bagaimana aku mendapatkan benda ini?

Dokumen yang aku berikan pada Yesen adalah rincian tindakan ilegal dan kriminal dirinya, cukup ambil salah satu secara acak sudah bisa membuatnya takut dan tidak heran dia tampak gugup.

Aku mengatakan Sonny yang memberikannya padaku, Yesen sedikit terkejut,kemudian berkata dengan marah: “Tidak disangka ayah dan anak ini sudah lama bersekongkol untuk menyerangku.”

Setelah Yesen selesai berbicara, dia menarik napas dalam-dalam, matanya penuh perhitungan, tidak tahu apakah rubah tua ini juga memasukkan aku dalam perhitungan.

Yesen tidak berbicara, aku juga tidak berbicara, dia terdiam lama baru memandangku, bertanya padaku apakah dokumen yang ada ditanganku adalah salinan? Aku mengangguk dan bertanya-tanya jika aku datang membawa dokumen asli, bukankah aku sangat bodoh? Dia tersenyum tapi dengan kemarahan di matanya, mungkin sangat membenci orang lain mengancamnya, jadi dia tidak puas dengan perilakuku.

Dia bertanya kepadaku apa yang aku inginkan, selama dia bisa memuaskanku, dia akan berusaha untuk memuaskanku.

Aku memikirkannya berulang-ulang dan berkata: “Sangat sederhana, aku ingin semua keluarga Yang meninggal dan juga ingin Sonny dan anaknya kalah.”

Kerjasama dengan Yesen adalah keputusan yang aku buat ketika pertama kali membahas kerjasama dengan Sonny. Aku benci pria bodoh itu yang jelas-jelas memohon kepadaku, tapi dia terlihat seperti “Kongfusius yang pintar dan aku adalah a*jing konfusius”, karena dia tidak menghormatiku, tidak membantu Felicia, dan ketahuan olehku bekerjasama dengan keluarga Yang, untuk apa aku harus bersekutu dengannya? Kamu tidak berniat baik padaku, aku semakin tidak akan segan, sebuah perjanjian tentu saja harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Mengingat ini, aku memberi tahu Yesen menagatakan aku masih memiliki sebuah buku, yang mencatat secara rinci uang yang telah dihabiskan keluarga Yang selama bertahun-tahun untuk memuluskan berbagai hubungan lokal, dan hal-hal berharga yang mereka beli, buku kecil ini sangat penting, aku berpikir dengan adanya buku ini, dia bisa memusnahkan semua orang yang mengancamnya.

Mata Yesen bersinar terang , dia bertanya padaku dimana buku itu berada, aku tersenyum berkata: “Paman Ye, apakah kamu pikir aku akan membawa buku itu? Aku membawa informasi ini, itu sukup untuk menunjukkan niatku?”

Mendengar ini, wajah Yesen memucat dan berkata jika tidak ada buku kecil bagaimana dia bisa beraksi?

Aku merasa Yesen benar-benar memperlakukanku seperti anak kecil bodoh, aku berkata keluarga Yang mempunyai bisnis yang besar, aku tidak percaya dia tidak tahu ada pekerjaan licik, selama dia ingin menghabisi keluarga Yang, pasti akan ada cara, terkait ayah dan anak keluarga Song, tunggu setelah dia mengeluarkan sedikit ketulusannya, aku akan mengeluarkan bukti itu untuknya.

Yesen berpikir sejenak, mengangguk dan berkata ya, aku berdiri dengan puas, berkata aku akan pergi dulu, dia mengerutkan kening, ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya tidak mengatakan apa-apa, hanya melihatku pergi. Hatiku sangat senang, mengetahui orang besar seperti dia, di diancam oleh aku yang rendahan, hanya saja yang tidak dia ketahui adalah, hal yang membuat dia tidak senang masih menunggu dibelakang.

Ketika aku meninggalkan ruangan ini, Sulistio berkata: “Kak Alwi, aku baru mendapat kabar, Yasmin tidak lama keluar dari sini sudah mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat.”

Aku mematikan puntung rokokku dan berkata: “Yesen ini cukup sadis, jelas-jelas detik sebelumnya masih tersenyum dengan wanita ini, detik berikutnya dia bisa menyuruh wanita itu menemui raja neraka.”

Nody berkata dengan emosi: “Tidak heran dia bisa duduk diposisi ini sampai saat ini? Di bandingkan dia, kamu masih jauh ketinggalan. Belajarlah, jika pria tidak kejam, posisi mereka tidak stabil.”

Aku menarik napas dalam-dalam dan bertanya-tanya bukankah aku sedang belajar sekarang? Kehidupan sialan ini sepertinya menghapus kebaikanku. Mengingat hal ini, tiba-tiba aku sedikit takut, takut suatu hari nanti aku benar-benar akan berubah menjadi orang berdarah dingin seperti Yesen, aku yang pada saat itu, apakah masih diriku?

Nody tampaknya tahu apa yang sedang aku pikirkan, dia pelan-pelan menepuk pundakku dan berkata: “Tidak peduli kamu berubah menjadi seperti apa, kami teman-temanmu tetap selamanya akan berada disampingmu.”

Mendengar kata “Teman’satu kata ini, hatiku merasa suram, berdiri di sana dengan canggung, mengingat Kak Toba, aku mendesah, tidak tahu malam ini adalah malam kapan.

Semenjak meninggalkan Jingle, aku menelepon Felicia, dia mengatakan mereka sudah pulang, aku berkata aku akan pulang malam, lalu bersiap-siap membawa Nody mereka berdua pergi makan malam dan mengobrol.

Setelah masuk ke dalam mobil, Nody menyalakan musiknya, begitu menginjakkan gas, kami bertiga mulai menyombongkan diri, ketika mobil disetir sampai setengah jalan, tiba-tiba Nody berkata: “Ada mobil yang mengikuti kita.”

Ketika mendengar ini, hatiku suram, dari spion mobil aku hanya melihat ada satu mobil hitam didepan dan dibelakang, tidak lama mereka saling mengganti posisi, mobil itu terus mengganti posisi, jika aku tidak melihat lebih teliti, aku tidak menyadari dua mobil ini sedang mengikutiku.

Nody berkata dengan suara yang dalam: “Apa yang harus kita lakukan?”

Aku berkata: “Nody, menyetirlah kejalan besar, Sulistio, kamu telepon panggil beberapa teman kemari, aku ingat di Nanjin ada sebuah gunung yang sangat terpencil di Nanjing, yang bernama gunung bromo? Suruh teman-teman kita berkumpul digunung itu, tunggu mereka tiba, Nody baru menyetir kesana.

Mereka berdua mengangguk, Nody bertanya padaku siapa yang akan mengikuti mereka?

Aku menyipitkan mata dan berkata: “Jika bukan boss misterius, maka itu Johan.”

Aku mengatakannya samnbil menutup mataku, telepon Nody berdering, setelah dia mengangkatnya, dia menarik nafas dalam-dalam berkata: “Benar itu Johan, bagaimana ini? Meminta Yesen menyelesaikan masalah ini atau kita sendiri yang bergerak?”

Aku tersenyum dingin dan berkata: “Apakah Yesen akan membantuku?”

Sekalipun aku memilih bekerjasama dengan Yesen, itu tidak berarti aku akan percaya padanya, dimataku dia hanya mitra yang lebih baik daripada Sonny, siapa yang bisa menjamin dia tidak akan jatuh ke dalam reruntuhan?

Sonny menggosok tangannya dan berkata: “Jika begitu kita lakukan sendiri.”

Aku mengangguk dan tersenyum berkata: “Seperti kata pepatah, jika musuh tidak bergerak, aku tidak bergerak, jika musuh bergerak, aku bunuh! Malam ini, mari kita bersenang-senang!”

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu