Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1040 Posisi Itu Adalah Miliku

Setelah kembali ke kamar, aku pun mengambil buku dan mulai merancang strategi, meskipun segala sesuatunya sudah dirancang sedemikian rupa, tetapi masih belum bisa meraih kemenangan, aku tidak boleh lengah, aku juga tidak berani menjamin bahwa akua man berhasil menjadi pemimpin baru Invincible Empire.

Tanpa sadar satu jam telah berlalu, aku sudah selesai menyusun rencanaku, aku berdiri dan meregangkan pinggangku, dan berjalan kedepan jendela, menatap ke kota yang tenang ini.

Kota ini dalam kegelapan seperti tampak sangat tenang dan damai, bagi wisatawan yang datang, pasti tidak ada yang menyangka bahwa dibalik ketenagan tersembunyi kekacauan dan konflik besar.

Dari arah luar terdengar langkah kaki ringan kemudaian terdengar ketukan pintu, aku kira itu Nando, dan berujar: “Masuklah.”

Begitu pintu terbuka, yang masuk ternyata adalah Angela yang tadinya sudah teridur, dia datang dengan nampan ditanganya, dan dalam nampanya terdapat beberapa piring makanan kecil dan semangkuk bubur dan satu pudding.

Sembari dia meletakan barang yang dibawanya ke meja, dia pun berkata: “Aku lihat kamu tidak meminum kuah yang aku buat, dan berpikir mungkin kuah itu tidak sesuai seleramu, jadinya aku membuatkan mu makanan baru, kami pasti sudah lapar, makanlah sedikit.”

Dia begitu pintar, tentu saja dia bisa menebak aku tidak akan meminum kuah tersebut dan sama sekali tidak ada hubunganya dengan rasa, hanya saja ini ada hubunganya denagn penipuan.

Kaca jendela memantulkan bayangan Angela, tampak dia menggunakan gaun tidurnya dengan mata memerah, seperti habis menangis. Yang aku tahu dia adalah wanita tangguh, terkecuali ketika dia sedang terluka selain itu dia tidak aman meneteskan air matanya.

Aku berbalik menatapnya dan berkata: “Jika kamu minder dengan rasa kuah yang tadi, aku merasa itu tak perlu, karena aku tahu itu semua demi kebaikanku, aku tidak meminum kuah tersebut bukan karena aku itu buatanmu, tetapi setelah melihat kuah tersebut, aku malah teringat kembali dengan pemudai itu yang disatu sisi sangat memperhatikan aku, disisi lain malah sebaliknya ingin aku menderita, dan ingin aku menyerah akan masalahnya.”

Angela pun mengheran: “Mungkin dia memiliki tekanan tersendiri, dilihat dari dia memasakan kuat itu setiap hari untukmu itu membuktikan dia sangat peduli padamu.”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata: “Aku tidak ingin membahas hal ini lagi, aku hanya tidak ingin kamu menjadi salahpaham, baiklah, aku ingin tenang sekarang, kamu istirahatlah.”

Angela sepertinya masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi juga tidak ingin mengganguku dan akhirnya dia mengangguk lalu berbalik pergi, sampai diambang pintu dia pun kembali berbalik dan berkata padaku: “Alwi, jika melihatku membuatmu teringat dengan hal yang membuat mu menderita, aku bisa membawa Darren dan pergi dari sini.”

Baru saja aku akan mengatakan sesuatu, dia pun telah pergi, seakan sangat tersakiti, ada sedikit perasaan ada kebohongan yang disembunyikan.

Aku tahu, meskipun Angela adalah wanita yang tegar tetapi dia sangat sensitive, apalagi setelah dia kehilangan suaminya, dia sudah menerima begitu banyak derita, dia selalu tak ingin berspekulasi tentang niatan orang lain, pada saat itu jika aku tidak bersikap sangat baik kepada Darren, dia juga tidak akan begitu mempercayaiku sampai-sampai dia bersedia untuk menerimaku, bahkan dia juga mengikuti jalanku.

Sekarang, mungkin dia merasa aku marah karena dia menipuku, tak suka melihatnya, jadi dia ingin “melarikan diri”. Aku mengusap-usap alisku, sebenarnya aku agak marah, tapi aku bukan marah padanya, aku lebih pada orang yang bersembunyi padaku, tapi kemarahan ini tidak sampai membuatku benci pada mereka, hanya saja aku tidak ingin melihat mereka.

Aku berpikir, aku kiranya harus mencari kesempatan untuk berbicara dengan Angela, bagaimanapun caranya. Aku tiddak ingin dia pergi, lagipula aku sudah membantu mereka sehingga bersama. apalagi dia janda dan anak yatimnya, memang bisa hidup dimana?

Melihat sayur yang ada diatas meja, aku pun duduk disana, setelah makan dengan perlahan, akupun menulis di secarik kertas: “Bubur Jujubenya enak, puddingnya enak, dan sayur yang kamu siapkan ini sungguh pas rasanya, lain kali sering masak masakan seperti ini ya.”

Setelah menulisnya, aku menambahkan gambar jempol.

Aku pikir, besok pagi pada saat Angela sedang beres-beres dia pasti akan menemukan kertas itu dan nantinya dia sendiri akan menyadari maksudku. Memberesakan kesalahpahaman dengan ucapan sungguh rumit, tetapi jika dengan tulisan akan langsung dimengerti dan diterima oleh hati.

Setelah meletakan kertas tersebut, aku pun kembali melihat rencana yang telah aku susun dan menetapkan recana tersebut lalu menyuruh Nando dan kelompoknya untuk berkumpul dan aku akan menjelaskan renacanya, setelah semua orang mengerti aku akan membawa mereka keluar dari villa, kita akab berangkat dari bagian belakang villa dan berputar melewati gunung lalu langsung menuju ke pelabuhan.

Di pelabuhan itu hanya ada kapal ikan, dan kami dengan gampang menyewa satu kapal dan langsung menuju ke tempat pelatihan.

Dikarenakan kapal biasa tida bisa langsung bersender ditepi tempat pelatihan, maka sampai di tengah jalan kami distop, tapi ini hanya masalah kecil, aku hanya perlu memperlihatkan wajahku lalu kita pun dilepaskan, tak hanya itu, kabar kami kembali pun sampai ditelinga kedua pemimpin tempat pelatihan jadi ketika kita merapat ketepian, kedua pemimpin itu pun sudah menunggu kami.

Aku yang berada dalam kabun kapal, menatap kedua pimpinan pelatihan yang tampak senang, sepertinya mereka sangat menantikan kedatangan Matthew, tapi sepertinya harapan mereka akan sia-sia.

Aku langsung memasang muka suram dan perlahan melangkah keluar dari kabin kapal, melihat yang aku yang pertama berjalan keluar dari sana kedua pimpinan itu tampak kaget, tapi karena dulu aku pernah menyelamatkan nyawa mereka, jadi walaupun mereka hal ini “tidak masuk akal”, tetapi mereka senang-senang saja.

Sampai pada saat semua pasukanku telah keluar, kedua pimpinan itu syok dan berlari kearahku dan bersamaan bertanya: “Siapa yang telah mati?”

Aku melihat mereka, dan berkata dengan sedih: “Pimpinan, aku Alwi telah mengecewakan harapan kalian, dan tidak bisa membawa Matthew pulang, dan ini semua benar-benar terjadi.”

Setelah mendengar perkataanku, pasukan yang mereka bawa pun terdiam bingung, seketika suasana senyap. Setelah keadaan senyap itu berakhir, suasana berubah dengan suara orang-orang berbisik. Karena tanpa disangka, Matthew yang begitu hebat sekarang telah musnah.

Kedua pimpinan itu murka, mengira aku berdusta, dan menuntutku menjelaskan apa maksudku sebenarnya.

Aku mengerutkan alisku dan berkata: “Memangnya aku bisa punya maksud apa? Jika kalian tidak percaya padaku, kalian boleh membuka peti mati itu dan melihat siapa yang terbaring didalam.

Setelah mendengarku, sepertinya mereka mulai sadar, dua pimpinan itu bergegas mendekati peti mati itu, dan dalam perintah mereka, pasukan Nando yang mengangkat peti tersebut pun mulai membuka peti tersebut.

Ketika mereka melihat Matthew terbaring dalam peti mati itu, ekspresi wajah mereka pun perlahan berubah, mereka memandangku seolah tak percaya, aku sengaja menunjukan ekspresi terluka kepada mereka, dan berkata: “Ini semua salahku karena tidak berhasil melindungi Matthew, aku sungguh merasa bersalah, yang lebih parah lagi aku membiarkan orang yang membunuhnya pergi begitu saja, dan tidak bisa menegakan keadilan bagi Matthew, aku sungguh tak berguna!”

Kedua pimpinan itu saling pandang dan kemudian salah satu dari mereka bertanya: “Siapa pembunuhnya? Jangan-jangan kamu pembunuhnya?”

Aku sudah tahu, orang pertama yang mereka curigai adalah dirinya sendiri, lagipula selama ini aku tidak pernah meminta tolong, apalagi sudah sangat jelas Matthew dari dulu ingin membunuhku, dan sekarang Matthew tiba-tiba mati, mereka sudah pasti merasa aku lah yang membunuh Matthew, semua itu sangat relevan.

Aku mengerutkan alis dan berkata dengan nada tenang: “Tuan-tuan, tanpa bukti menuduh, apakah kalian sebegitunya mencurigaiku? Huh, jika memang aku yang membunuh Matthew, apakah mungkin aku masih kembali? Apakah kamu benar-benar memandang rendah nyali saya, atau apakah Anda memandang rendah pada kekuatan kamu sendiri? Kamu harus tau, kedepanya untuk tempat pelatihan ini kalianlah yang paling berhak, aku dalam keadaan ini membunuh matthew malahan kembali kesini, apakah bukannya sama saja dengan bunuh diri? Ditambah lagi, kalian mencurigaiku, aku juga mencurigai kalian!”

“Kami selalu berada ditempat pelatihan ini, bagaimana bisa kami membunuhnya?” Satu dari mereka malah dengan marah berujar: “Dasar bajingan! Berdasarkan apa kau mencurigai kami?”

Aku tertawa sumbang: “Benarkah? Kalian begitu mendukung Tuan Muda, dan patuh padanya, Tuan Muda ingin membunuh Matthew, apakah kalian tidak tahu?”

Setelah mendengar perkataanku, mereka berdua terdiam, salah satu dari mereka refleksnya lebih cepat kemudian memaki: “Apa maksud omonganmu? Maksudmu , yang membunuh boss adalah Tuan Muda? Bagaimana mungkin? Mereka berdua adalah ayah dana anak, setelah mendengar sesuatu terjadi snegan Bos, tuan muda langsung khawatir tidak tenang, tanpa mempedulikan dia sedang terluka dia pergi menolong Bos, apakah mungkin dia membunuhnya?”

Aku tertawa dan berkata: “Dan kalian masih begitu memuja Tuan Muda?”

Terdiam beberapa saat, aku mengeluarkan sebuah pen recorder, “Dalam recorder ini terekam percakapan antara Matthew dan Tuan Muda, setelah mendengar ini kalian akan tahu apa yang sebenrnya terjadi.”

Kedua pimpinan itu masih tampak ragu namun mereka akhirnya setuju, tapi mereka perlu kejadian yang sebenarnya, agar suasana tegang yang terjadi diantara kami bsia segera mencair dan akhirnya kami sepakat untuk berdiskusi tentang hal ini.

Aku pun mulau memperdengarkan suara rekaman itu kepada mereka berdua, setelah mereka mendengarnya ekspresi muka mereka berubah keruh, dan satu dari mereka mulai buka suara: “Tak disangka, dulunya aku melihat mereka begitu peduli akan satu sama lain, dan ternyata Tuan Muda begitu kejam tak berperasaan. Mungkin pada saat dia meninggal mungkin hati dan perasaanya sungguh hancur.”

Setelah dia mengatakan hal itu, mereka pun dengan heran bertanya: “Tapi, bukankah kamu sangat memuja Tuan Muda? Bagaimana bisa sekarang kamu malah berbalik menyerangnya?”

Aku tertawa, kemudian berkata: “Aku selama ini begitu memujanya karena, selama ini aku merasa dia adalah dengan orang dengan niat baik, dia sangat percaya padaku, apalagi dia membiarkan aku hidup, tapi kemudian aku sadar wajah aslinya, aku kemudian merasa salah, sangat salah. Demi dirinya sendiri Tuan Muda tega membunuh ayah angkatnya sendiri, apa lagi yang dia tidak tega lakukan?”

Mereka pun mengangguk-anggukan kepala, kemudian aku lanjut berkata: “Tuan Muda mengira aku akan membantunya, malahan pada saat dia akan beraksi aku malah melarangnya, lalu kita yang awalnya saling percaya sekarang malahan bermusuhan.”

“Tapi dilihat dari kekuatan Tuan Muda, bagaimana bisa dia melawanmu kemudian melarikan diri?”Mereka pun tidak langsung percaya dan kembali bertanya.

Aku mengerutkan alisku dan kemudian berkata: “Ini seharusnya kita harus melihat dari identitas lain Tuan Muda.”

“Identitas yang lain?” Mereka bertanya secara bersamaan.

“Benar, identitas yang lain, dia sebenarnya adalah mata-mata dari China, seseorang secara diam-diam melindunginya dan bekerja sama denganya. Ketika dia menyadari aku sudah tak lagi berguna dan akhirnya tak menggunakanku untuk melindungi Tuan Muda, mereka muncul secara bersamaan dan berusaha untuk membunuhku, tetapi aku dan pasukanku berhasil melindungi diri dan akhirnya mereka tidak bisa melukai kami, dan akhirnya mereka hanya melindungi Tuan Muda dan kabur.”

Sampai disini, aku pun dengan nada bersalah berkata : “Tak hanya itu mereka juga memberikan Matthew……”

Aku belum selesai berkata, mereka berdua tampak mengerti, aku menghela napas, raut wajah mereka menunjukan rasa terkesan, siapapun tak akan berani percaya, Armour ternyata adalah salah satu mata-mata China.”

Raut curiga terpancar dari muka mereka, aku berpikir jika aku lanjut berkata mereka tidak percaya, aku sendiri tidak percaya, tapi jika mereka tidak percaya juga aku bsia apa? Apakah mereka bisa merencanakan suatu rencana untuk menyucikan orang yang telah membunuh Matthew? Jawabanya tentu tidak mungkin, dan pada akhirnya mereka hanya bisa menerima itu sebagai sebuah kenyataan.

Aku menatap mereka terdiam, dan bertanya: “Apa yang sedang tuan-tuan pikirkan?”

Mereka saling emnatap, dan satu dari mereka berdeham, lalu berkata: “Tak apa, hanya saja masih terpikir bagaimana kejamnya kematian Bos, dan pelakunya malahan kabur, nasib Invincible Empire kedepanya sudah diawasi oleh pihak sana, kedepanya harus bagaimana?”

Yang satunya lagi mengangguk: “Benar, dan lagi tidak mungkin kita kehilangan seorang pemimpin, jika tidak……maka Invincible Empire akan kacau.”

Setelah dia berkata begitu, tersirat bersalah sehingga dia menghindari tatapanku.

Aku tak bisa menahan tawa, Jasad Matthew masih segar, mereka sudah berpikir untuk menjadi Bos, sungguh besar kemungkinan. Aku tak berkata apapun dan menatap satu pimpinan lagi yang langsung berkata dengan tak sabar: “Benar, Rumah tak boleh tak berpenghuni, negara tidak boleh tak ada pemimpin, Keadaan Invincible Empire saat ini sedang krisis, tidak boleh membiarkan invincible empire tidak ada memiliki pemimpin, harus ada seseorang yang mengarahkan semua orang dan meneruskan jalan ini, dan bagaimana menyelesaikan krisis dengan China.”

Aku berkata dengan nada datar: “Anda berdua adalah orang yang sangat berpengaruh dalam Invincible Empire ini, tak tahu apa pendapat kalian, atau apakah salah satu dari kalian ada yang ingin mengantikan Bos?”

Mereka tidak menyangka aku akan sangat berterus terang, kedua orang itu kelihatanya salah tingkah. Mereka menatapku dan aku berbalik menatap mereka, mereka belum merekomendasikan diri mereka sendiri, jadinya mereka akhirnya saling membujuk dan akhirnya mereka malah menjadi mencari kekurangan dari pihak masing-masing, dan menjadi aksi saling menuding yang pada akhirnya mereka berujung ribut.

Aku sudah tak tahan lagi dan berujar: “Kalian jangan ribut lagi!”

Entah karena amarahku meraka pun kaget, atau karena sadar bahwa jasad Bos masih didepanku. Mereka berdua langsung terdiam. Aku menatap mata mereka tajam sehingga mereka pun berpaling menghindari tatapanku, lalu akupun berkata: “Aku mengetahui maksud baik kalian berdua, tapi kalian sudah melupakan satu hal, jasad Matthew masih segar, jika mengikuti aturan kita harus terlebih dahulu melaksanakan pemakaman kemudaian baru memilih

pemimpin baru…”

Dan aku berhasil mengelabui mereka tanpa mengeluarkan rekaman palsu yang aku buat, dan kemudian berkata: “Lebih baik membiarkan semua orang untuk memilih.”

Setelah mendengar perkataanku mereka pun langsung mengangguk, dan berujar secara bersamaan: “Benar yang kamu katakan.”

Kedua orang itu kembali saling pandang dan salah satu dari mereka pun berkata: “Biarkan untuk semua orang memilih cara ini bagus, aku rasa semua orang akan mengerti siapa yang layak untuk menjadi pemimpin Invincible Empire nantinya.”

Pemimpin satunya kembali mengangguk dan berkata: “Yang kamu katakan benar.”

Ketika mereka selesai berkata, mereka pun berdeham dan pergi.

Ketika mereka pergi, nando pun membuka pintu kemudian bertanya: “Kak Alwi, apa yang terjadi, mengapa aku merasa kedua pimpinan itu bermusuhan, apakah mereka berbalik cekcok Bukankah kamu ingin mereka berdua mendukungmu? Mengapa sepertinya tidak ada pergerakan?”

Aku pun berkata: “Mreka sangat terobsesi untuk menjadi bos, bagaiman hanya dengan satu rekaman bisa mengungkap statusku?”

“Bukankah kamu tadinya bilang……”

Aku mengibaskan tanganku, memotong perkataan Nando: “Maksudku, aku ingin agar mereka percaya aku sangat mengabdi pada Matthew, seolah-olah telah menolong mereka agar mereka percaya padaku, tetapi sebelum aku berkata demikian mereka juga akan mendukungku. Dan yang aku mau adalah ketika aku mengumumkan hal ini, mereka tidak akan melawan.”

Setelah mengatakan hal itu, aku pun berkata: “Tenang saja, posisi bos akan menjadi miliku, jangan harap ada yang akan merebutnya dariku.”

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu