Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 278 Kekuasaan mutlak sang pacar

Jessi mengatakan bahwa jika aku masuk ke pintunya, aku tidak akan memiliki kebebasan seperti ini lagi. Perkataan ini berhasil membuatku bengong sesaat. Aku sadar bahwa dia ternyata tidak bisa menerima hal ini dengan mudah. Mungkin dimata dia, meskipun disaat ini aku sedang bermadu kasih dengan Aiko ataupun perasaan mendalamku pada Felicia, pada akhirnya aku akan menyerah atas mereka karena dirinya. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku lebih mengetahui bahwa aku tidak mungkin begitu tidak berperasaan. Ketiga wanita ini, satu pun tidak akan aku lepaskan, kecuali mereka yang meninggalkanku duluan. Jika tidak, bagaimana aku bisa melepaskan mereka?

Berpikir sampai disini, hatiku menghela napas. Apakah disaat itu aku benar-benar harus melakukan pemilihan? Berpikir akan hal ini membuatku merasa down,”Jessi….”

Jessi seolah tahu apa yang ingin aku katakan, dia dengan pelan berkata,”Tenanglah, aku tidak akn memaksamu untuk meninggalkan siapapun, tapi…”

Sampai disini, dia tidak mengatakan apapun lagi. Aku penasaran dan bertanya padanya tapi mengapa? Dia malah berkata tidak ada apapun, dan setelahnya bahkan berkata sesuatu yang membuatku makin kesulitan,”Apapun itu, kamu tenanglah. Mengenai hubunganmu dengan Aiko, aku tidak marah. Tapi Alwi, kamu jangan melupakan apa yang seharusnya kamu lakukan ya.”

Aku segera menjawab,”Aku tahu, tenanglah. Untuk saat ini, aku telah menyingkirkan Gunawan dan Johan. Sekarang masalah terbesarku di Nanjin adalah Chris dan juga si Salim itu. Langkah berikutnya, aku akan menyingkirkan mereka juga. Oh iya, kenalan kamu kan banyak, bolehkah kamu mencari tahu mengenai Brotherhood of Blades? Orangku sudah mencari tahu, tapi yang didapat adalah hal yang tidak terlalu penting.”

Jessi berkata,”Aku telah mengutus orang untuk mencari tahu, aku yakin akan segera ada kabarnya, tenanglah. Dan juga, menangani masalah kelompok seperti Brotherhood of Blades, jangan dilawan dengan kekerasan. Jangan lupa bahwa tugas kita adalah untuk menegakkan hokum di mayarakat. Meskipun ada para preman gelap yang keras kepala, tapi ada sebagian adalah bertugas untuk melindungi. Jika nantinya yang gelap tidak lagi gelap dan malah terbongkar di depan umum, maka disaat itu, siapa lagi yang akan melindungi mereka lagi? Jadi, di waktu yang tepat kamu harus memanfaatkan mereka yang di atas dan mengambil kesempatan untuk memberantas seluruhnya.”

Setelah mendengarkan ini, aku tidak bisa menahan tawa lagi. Aku mengatakan bahwa jikalu para orang atas yang mendengarkan kata-kata dia, mungkin semuanya akan mati karena kesal. Setelah mendengarkan ini, dia tak puas dan lalu berkata bahwa dia tidak takut. Tidak bisa tidak dikatakn bahwaJessi yang sangat teliti ini membuatku rindu padanya.

Aku kembali tiduran di ranjang dan berkata,”Jessi.”

Jessi mengatakan “Ya”, aku berpikir akan bibirnya yang tersenyum lebar itu, miliki keyakinan untuk mengendalikan dunia ini membuat orang sangat kagum padanya. Berpikir sampai disini, aku pun berteriak lagi,”Jessi!” Dia tertawa pelan kemudian berkata,”Kamu ingin bermain denganku?”

Aku tertawa dan berkata,”Mendadak aku sangat ingin memanggil namamu, apakah itu membuamu merasa kesal?”

Jessi menjawab,”Ya.”

Setelah menjawab demikian, dia pun tertawa lebar, kemudian berkata,”Tapi bagaimana ya? Mungkin nantinya akan mendengarmu memanggilku selamanya, mungkin harus terbiasa terlebih dahulu. Mungkin setelah sering mendengar akan membuatku menjadi menyukainya…”

Selamanya…

Sebuah kata ini adalah kata yang tidak bisa aku dengarkan dari mulut Aiko, Jessi malah dengan mudah mengucapkannya. Mungkin ini adalah perbedaan cara mereka dalam menghadapiku. Hatiku seketika bingung dan dengan pelan berkata,”Makasih, Jessi.”

Jessi bertanya mengapa harus berterima kasih padanya?

Aku menjawab,”Terima kasih karena telah mempertemukan aku denganmu, terima kasih tela membuatku jatuh cinta padamu, terima kasih atas segala hal yang kamu perbuat untukku, dan juga terima kasih atas kesabaran kamu yang menghadapi aku yang sekarang. Aku tidak tahu apakah kita akan bersama selamanya atau tidak, karena aku tidak bisa memastikan apakah kamu akan menerimaku yang tidak sempurna ini nantinya. Tapi, jatuh cinta padamu, tidak peduli akhirnya baik ataupun buruk, Aku, Alwi, tidak akan pernah menyesal.”

Jessi tidak berkata sepatah kata pun, aku memandangi telepon. di telepon terdengar suara napasnya di seberang sana. Dia tiba-tiba berkata,”Jika kamu ingin berterima kasih padaku, maka yakinlah pada satu hal ini.”

Aku bertanya,”Hal apa?”

Jessi berkata dengan pelan,”Yaitu yakin pada kita berdua akan bersama selamanya.”

Hatiku bergetar,aku pun perlahan duduk. Suaranya memang sangat jauh, tapi seolah sangat dekat juga. Dia berkata,”Sejujurnya, aku tidak ada bedanya dengan semua wanita di dunia ini yang berbuat segalanya demi lebih dekat dengan orang yang disukai. Jadi, yang kuinginkan bukanlah rasa terima kasihmu, mengerti?”

Aku dengan suara pelan berkata,”Aku mengerti. Yang kamu inginkan adalah suatu hari nanti aku dapat berdiri di sampingmu dan dengan terbuka berbagi rasa suka denganmu.”

Jessi tertawa dan berkata,”Anak ini mengerti juga setelah diajar. Oh iya, aku akan bertugas keluar negeri, untuk sementara waktu kamu jangan menghubungiku ya. Tunggu aku kembali dari luar negeri, aku akan menghubungimu.”

Setelah mendengar ini, aku sedikit khawatir dan bertanya,”Apakah tugasnya sangat membahayakan?”

Jessi tidak berkata, itu membuatku semakin khawatir. Dia kemudian berbalik bertanya,”Apakah ada tugas yang tidak berbahaya?”

Aku menghela napas dan berkata,”Ini lah yang aku sukai dari dirimu, semangat berjuang demi Negara dengan penuh keberanian. Tapi aku juga berharap bahwa kamu adalah seorang nona dari keluarga yang kaya. Tidak apa kamu sedikit manja, sedikit egois juga tak apa, tidak bisa membantuku dengan baik juga tidak apa. Yang terpenting bagiku adalah keselamatanmu.”

Jessi termenung, tiba-tiba aku berpikir bahwa kata-kataku sangat kekanakan. Dia adalah Jessi, bagaimana mungkin dia bisa sama dengan wanita biasa lainnya? Dan lagipula bagaimana pulak dia akan melihat ke arahku jika ia adalah nona dari keluarga terpandang?”

Jessi kemudian berkata,”Aku sangat senang kalau kamu berpikir demikian. ”

Sebuah permintaan maaf yang ingin kuucapkan, sejenak langsung tertelan kembali. Aku mengira bahwa dia akan berpikir aku merendahkan dia. Dan yang tidak disangka, dia malah mengatakan hal seperti itu.

Ngobrol dengan Jessi selalu saja dipenuhi dengan berbagai kejutan. Tapi karena sudah lama tidak mendengar suaranya membuatku tidak tahan ingin langsung terbang ke sampingnya dan menemani dia keluar bertugas.

Jessi kemudian berkata,”Baiklah, masih ada hal lainyang harus kuselesaikan, jadi aku tidak mengobrol lebih lama lagi denganmu. Cuaca juga berubah menjadi dingin, kamu harus lebih menjaga kehangatan dirimu ya.”

Perhatian ini seolah langsung menghangatkan hatiku. Dengan lembut aku berkata,”Kamu juga, harus lebih berhati-hati lagi. Ingatlah bahwa aku menunggumu di Nanjin.”

Jessi tertawa kecil dan berkata,”Ya, akan terus mengingatnya. Jadi aku akan baik-baik saja, begitu juga dengan dirimu.”

Aku tidak tahan menahan tawa, kemudian dengan lembut berkata,”Selamat malam.”

“Malam.”

Setelah melewati perasaan tidak tega untuk mematikan telepon, aku pun pergi ke samping jendela. Aku mengambil sebatang rokok dan merokok. Yang aku dengar sekarang hanyalah bunyi klakson milik polisi. Aku berpikir bahwa kejadian Johan mala mini telah dipastikan. Aku menarik napas panjang, kepalaku terputar memori mengenai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Setelah memastikan tidak ada yang bocor, aku pun memadamkan rokokku, kemudian aku naik ke tempat tidur dan beristirahat.

Baru saja aku ingin terlelap, aku mendengar suara tapak kaki yang pelan dari belakangku. Dengan segera aku membuka kedua mataku dan meninggikan insting kewaspadaanku. Tanganku dengan pelan meraih pistol di bwah bantalku. Aku mendengar dengan teliti suara kaki yan kian mendekat. Aku mempertahankan napasku yang normal, takut orang itu tahu bahwa aku telah sadar.

Bahaya akan tiba, aku segera membuka selimut dan melemparnya ke belakang. Belati orang tadi seketika langsung masuk ke dalam selimut. Aku mengambil kesempatan dengan langsung melompat dan mengarahkan pistolku ke kepala orang itu dan berkata,”Jika masih ingin hidup, maka janganlah bergerak!”

Setelah selimutnya terbuka lagi, lelaki itu menaikkan belatinya dan memandangiku dengan dingin. Aku juga memandanginya, dengan tertawa sinis berkata,”Ternyata itu dirimu. Dunia ini beneran sangat sempit.”

Lelaki di depanku sekarang ini adalah seorang tunawicara pengikut Gunawan dan Fuiz waktu itu. Mengapa dikatakan bahwa dia bisu? Bukan karena dia tidak bisa berkata apapun, melainkan dia sangat jarang berbicara dan tidak bisa sibandingkan dengan yang tunawicara yang jika tidak ada kerjaan akan berteriak sepatah dua kata suara. Dia hanya memiliki ketinggian 170-an, sepasang mata yang penuh kebencian yang mirip dengan pandangan seekor anjing gila.

Lelaki itu memandangiku dan berkata,”Karena pisau itu telah jatuh di tanganmu, maka tembaklah!”

Aku melihat bahwa lelaki ini lumayan berani dan sepertinya tidak takut mati. Aku dengan pelan berkata,”Mengapa kamu datang untuk membunuhku? Apa itu karena majikanmu?”

Lelaki itu tanpa berbasa-basi langsung menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum dan berkata,”Siapa majikanmu? Fuiz? Gunawan? Atau Claura?”

Saat mendengar nama ‘Claura’, pandangan mata lelaki itu berubah. Dia denga tegas berkata,”Kamu membuat nona bersedih. Kamu pantas untuk mati.”

Aku melihat bahwa lelaki ini lumayan setia, kemudian berkata,”Tapi kamu tidak bisa membunuhku. Kamu hanya bisa mengorbankan nyawamu untukku.”

Lelaki itu membuang napas dan berkata,”Kamu berlagak hanya karena kamu memiliki pistol. Jika tinju lawan tinju, kamu pasti tidak akan menang dariku. ”

Aku tertawa dan memandangi belati ditangannya,”Kalau kamu berpikir demikian, lalu mengapa membawa belati kesini? Sekalian saja kamu mengalahkanku dengan sekali tinju. Jangan-jangan sebenarnya kamu tidak memiliki kemampuan seperti itu?”

Baru sedikit saja aku meremehkannya, wajah lelaki itu seketika memerah. Dia sepertnya sedang berpikir bahwa tidak bisa berkata apa-apa lagi dengan mulut yang bodoh itu. Aku meltakkan pistolku dan berkata,”Tapi, aku tidak keberatan untuk bertanding sekali dengan dirimu dan membuatmu untuk menerima kekalahanmu.”

Baru saja aku selesai berkata, tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat Aiko yang memakai setelan baju tidur rok. Meskipun itu sebuah rok, tapi sebenarnya itu adalah celana panjang dan itu adalah gambar kartun pulak. Di tambah lagi dengan wajah yang tanpa make up, ini benar-benar tampak imut.”

Aiko dengan pelan berkata,”Luka di bahumu belum sembuh seutuhnya, jangan bertindak apapun. Sampah kecil sperti ini, biarkan aku yang menanganinya.”

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu