Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 150 Mengancamnya

Melihat pria yang mengenakan topeng itu masuk, aku berkata pada Leo: "Aku pergi dulu, aku serahkan semuanya padamu."

Leo mengangguk, lalu aku pergi bersama dengan Aiko. Kami pergi ke apartemen di seberang Hotel Hilton, yang disewakan oleh Reyvin untuk rencana hari ini. Para penyewa di sini biasanya adalah mahasiswa pascasarjana. Orang-orang ini sangat rajin, mereka biasanya kembali ke sekolah untuk belajar pada malam hari, jadi tempatnya sangat tenang.

Aku melihat waktu, sekarang sudah pukul 8:30, aku berpikir kira-kira setidaknya setengah jam lagi, Claura akan datang.

Terdengar suara ketukan pintu, kemudian terdengar suara Reyvin. Dia berkata dia telah menyiapkan semuanya yang aku inginkan. Aku segera membukakan pintu untuknya, mengambil barang-barang di tangannya, dan mulai menata ruangan bersama dengan mereka. Setelah kami selesai menata ruangan, Leo menelponku, ia memberi tahu ku bahwa orang nya sudah di perjalanan, dia juga mengirimi ku video. Dalam video itu, kak Endy menyiksa kak Toba lagi, kemudian, "Si Dewa Kematian" datang, dan memukul kak Endy dengan kejam lagi, lalu ia membawa kak Toba pergi. Dalam video itu, tak lama setelah mereka pergi, Claura bersama dengan Fuiz meninggalkan bar.

Tampaknya Claura melakukan seperti apa yang aku pikirkan. Dia curiga bahwa dewa kematian tadi malam itu adalah aku, jadi dia menyuruh kak Endy untuk menyiksa kak Toba untuk menarikku keluar.

Sebenarnya, yang Claura lakukan itu bukan tidak masuk akal, karena jika dewa kematian tadi malam hanya datang untuk memberikan ketidakadilan, maka malam ini ia juga akan datang lagi, ia ingin memberi tahu semua orang bahwa ia datang kesini demi kak Toba. Ia muncul dengan membawa topeng, itu pasti karena ia ingin menyembunyikan identitasnya. Selain itu, orang ini memiliki hubungan yang baik dengan kak Toba, jadi tidak hanya Claura, Dony Yun dan yang lainnya, jika tidak mengetahui informasi orang dalam, mereka juga pasti akan mengira orang ini adalah aku.

Sayangnya, aku sudah menebak Claura akan melakukan ini, jadi dia memainkan bendera tidak berguna ini.

Aku menyimpan teleponku dan menyetel nya menjadi silent. Aiko, aku, dan Reyvin bersembunyi dan menunggu kedatangan musuh dengan tenang.

10 menit kemudian, pintu terbuka, "Dewa Kematian" dan kak Toba masuk ke kamar. Ketika kak Toba ingin menutup pintu, pintu di tendang oleh seseorang, dan kak Toba terduduk dibawah, setelah itu, seorang lelaki tua berjubah abu-abu mencondongkan tubuhnya dan berjalan masuk, tiba-tiba aura pembunuhan datang.

Detak jantungku menjadi kencang seketika, dan apa yang terjadi di hari itu seperti mimpi buruk bagiku, itu melekat dalam pikiranku, aku menggertakkan gigiku dengan erat, mencoba menekan kemarahan di dalam hatiku dan ketakutan yang tidak ingin aku akui itu, aku menatap pintu dengan erat.

Seorang wanita yang tampak cantik berjalan masuk. Rambut wanita itu digulung, jas tipis berbaris fitur sangat cocok dengan wajahnya yang cantik. Dia memakai sepatu hak tinggi, pandangan matanya dingin, memberi orang perasaan ia adalah orang yang tinggi-tinggi di atas. Dia adalah Claura, orang yang membuatku membenci nya sampai masuk ke tulang.

Tidak berjumpa dengannya selama setahun, Claura bahkan lebih cantik dari sebelumnya, wajahnya sangat cerah, terutama sepasang payudaranya yang di bungkus oleh kemeja putihnya, itu seolah-olah tampak jauh lebih besar, mungkin karena ia hidup dengan baik.

Claura memandang dingin " Dewa Kematian" ia mencibir dan berkata: "Alwi, setahun tidak bertemu, dan akhirnya kamu kembali."

Ketika ia membuka mulut, ia langsung meneriaki dewa kematian itu 'Alwi', tampaknya ia telah memastikan bahwa itu adalah aku.

Setelah dia mengatakannya, Fuiz langsung maju menuju ke dewa kematian, dan dewa kematian dengan cepat membuat gerakan perlawanan, tetapi ia masih terkena tendangan Fuiz dan terpelanting ke dinding, kemudian dia mencekik lehernya dengan satu tangan disana.

Claura berjalan perlahan kesana, dan berkata dengan bangga: "Alwi, aku pikir kamu telah menjadi lebih baik di satu tahun terakhir ini, tidak disangka kamu masih begitu bodoh. Apakah kamu pikir kota Nanjing ini masih duniamu? Kamu datang sendiri, dan kamu bisa menyelamatkan teman mu? Aku beri tahu kamu, kota Nanjing sekarang adalah tempatku. Kamu sekarang masih hidup, maka aku akan membiarkan mu mengalami rasa sakit patah tulang lagi! Aku ingin kamu tetap di sisiku dan memperlakukan mu seperti seekor anjing yang diikat, membuatmu mengibas-ngibaskan ekormu dan hidup dengan sangat kasihan seumur hidupmu! "

Ketika ia mengatakan itu, kebencian yang keluar dari mata wanita ini seperti api. Meskipun dia tidak melihat ku, tetapi aku masih saja gugup. Mungkin aku sudah memiliki bayangan psikologis tentang wanita ini, jadi bahkan walaupun aku tidak takut padanya, tetapi aku tetap akan secara insting berkeringat dingin dan takut.

Aku berjuang untuk menekan perasaan ini, aku melihat Claura berjalan perlahan ke dewa kematian, dan kemudian dia perlahan membuka topeng dewa kematian itu.

Sebuah wajah asing muncul di depan mata Claura. Pada saat ini, senyuman di sudut mulutnya membeku, dan terlihat sedikit kekecewaan di matanya, ia berdiri di sana, menatap wajahnya, dan tidak berbicara untuk waktu yang lama. Sampai Fuiz memanggilnya 'Nona', dia baru tersadar, lalu memukul wajah pria itu dengan marah, kemudian ia berbalik, melihat ke kak Toba dan bertanya: "Mana Alwi? Dimana dia? "

Kak Toba berdiri di sudut ruangan dan berkata tanpa ekspresi: "Aku juga ingin bertanya padamu, dimana Alwi? Apa yang kamu lakukan padanya setahun yang lalu?"

Ekspresi Claura berubah-ubah. Dia melihat ke topeng dewa kematian di lantai, dan berkata dengan kecewa: "Apakah itu benar-benar bukan dia?"

Setelah mengatakan itu, dia tiba-tiba tertawa dan bergumam pada dirinya sendiri: "Aku sudah bilang, bagaimana mungkin dia yang pengecut itu berani kembali? Pengecut seperti dia, mungkin sudah mati di suatu tempat yang tidak diketahui oleh orang."

Setelah mengatakan itu, dia tiba-tiba dengan anehnya tertawa terbahak-bahak, dan matanya bahkan mengeluarkan air mata, payudaranya juga bergerak dengan sangat spektakuler.

Sejujurnya, aku sedikit merinding dibuat oleh suara tawa nya dan merasa ia seperti orang gila.

Fuiz berkata sedikit cemas: "Nona, apakah kamu baik-baik saja? Karena dia bukan orang yang kamu cari, mengapa kita tidak kembali?"

Claura mengangkat kakinya dan menginjak topeng dewa kematian. Dia langsung menghancurkan topeng dewa kematian itu. Dia mengangkat alisnya, mencibir dan berkata: "Aku akan menemukan nya, menemukan si badut itu."

Aku mendorong pintu lemari, dan Claura tiba-tiba memalingkan wajahnya, ia tertegun dan menatapku, aku berjalan perlahan keluar, lalu berkata: "Aku bukan badut, aku adalah dewa kematian."

Claura menatapku dalam waktu yang lama, lalu ia tiba-tiba tertawa dengan keras, ia bertanya: "Apakah itu menyenangkan? Atau menurut mu kamu yang begitu akan terlihat tampan?"

Ketika ia baru selesai mengatakannya, Leo bergegas masuk ke kamar dan menutup pintu.

Claura berbalik dan melihat Leo, lalu pandangan matanya kembali menatapku, dia tersenyum dan bertanya: "Mantis menangkap jangkrik, para kardinal menunggu di belakang? Alwi, apakah kamu tidak punya cara bermain yang baru?"

Aku berkata: "Apakah penting itu baru atau tidak? Yang terpenting adalah itu bisa berhasil atau tidak. Bagaimanpun, kucing yang bisa menangkap tikus itu adalah kucing yang baik."

Claura mencibir dan berkata: "Apakah kamu pikir kamu bisa menjebakku?"

Aku melihatnya dan berkata: "Jika tidak mencobanya, bagaimana kamu tahu akan itu?"

Aku melihat ke Fuiz yang sudah bersiap datang, aku memiliki ide yang cerdas dan berkata: "Atau ayo kita mainkan sebuah permainan? Jika kamu bisa mengalahkan ku, aku akan membiarkan mu pergi. Aku tidak akan mengeluh jika kamu membalasku besok, tetapi jika kamu tidak bisa mengalahkan ku ... "

Sebelum aku selesai berbicara, Claura mencibir dan berkata: "Tidak ada jika!"

Benar-benar sombong seperti ia yang dulu, tidak berubah sama sekali.

Setelah mengatakannya Claura langsung bergegas maju, meraih pergelangan tangan ku dengan satu tangan, memukulku, dan ingin menjatuhkanku dengan memukul bahuku, aku langsung berlari ke depan dan menarik tangan ku ke depan, mencubit pinggangnya, dia ditabrak olehku dan menjadi tidak stabil, ia terpontang-panting dan mundur beberapa langkah, aku memukul pinggang nya, ia sangat marah, mengangkat kakinya dan menendang ku dengan keras, aku menggunakan kedua kakiku untuk menjept **nya, sebelah tangan memeluk pinggangnya, dan sebelah tangan menarik mantelnya.

Ketika aku menariknya setengah, Claura segera menghalangi gerakanku dengan tangannya. Aku meraih kedua tangannya dan mendorongnya keras ke dinding. Punggungnya menempel ke dinding. Aku tidak tahu apakah itu karena ia marah atau karena hal lainnya, wajahnya memerah, dan dia menggertakkan giginya lalu berkata: "Alwi, setahun tidak bertemu, kamu benar-benar menjadi lebih hebat!"

Aku mencibir dan berkata: "Iya, aku bukan lagi Alwi yang bisa kamu siksa, tetapi kamu masih Claura yang jahat dan tidak tahu malu!"

Fuiz tiba-tiba bergerak ke arahku, dan pada saat ini, pintu kabinet di kedua sisi langsung terbuka, lalu, lebih dari belasan anak panah langsung menembak keluar dari lemari, Fuiz terpaksa mundur beberapa langkah dan menghindar dengan cepat.

Kami sengaja meletakkan dua lemari pakaian di kedua sisi ruangan, pertama untuk memudahkan aku bersembunyi, dan kedua untuk memasang busur panah ini. Panah-panah ini dibeli oleh Reyvin dari teman WeChat nya. Cara ini juga merupakan ide yang dia berikan kepada ku.

Kami menaruh semua panah dengan baik, itu akan menembak hanya dengan sekali tekan, jadi ketika Fuiz bergerak, Reyvin dan Aiko dengan cepat menekan tombol-tombol itu, panah-panah itu pun melesat keluar.

Ketika panah itu ditembakkan keluar, Aiko bergegas keluar dari dalam, dan pada saat yang sama Leo juga bergegas keluar.

Meskipun Fuiz menghindar dengan cepat, panah itu masih tetap tertembak ke lengannya, dia menatap Aiko dengan tatapan marah, parang di tangan Aiko menyapu didepan wajahnya, ia pun melangkah mundur. Kaki Leo sudah hampir menempel di bagian belakang kepalanya. Dia langsung berjongkok dengan cepat, menghindari serangan Leo dan Aiko, ia juga membuat mereka berdua hampir bertabrakan satu sama lain. Untungnya, respon Aiko sangat cepat, ia menarik kembali pisau itu, kalau tidak kaki Leo pasti akan terluka.

Kemudian Fuiz meninju perut mereka berdua dengan ganas, Aiko dan Leo mundur beberapa langkah. Fuiz mencibir dan berkata: "Aiko, aku telah melumpuhkan lengan kiri mu di hari itu, membuatmu tidak dapat memegang pisau ganda lagi. Sekarang kamu masih merasa tidak cukup, jadi, aku akan membantumu untuk melumpuhkan lengan kanan mu lagi! "

Kata-katanya langsung membangkitkan amarah ku. Waktu itu, ia menusukkan pisau panjang ke bahu kiri Aiko, membuatnya tidak bisa lagi memegang pisau, dan tangan kirinya tidak bisa mengerahkan banyak kekuatan, lengan kiri nya setara dengan lumpuh setengah, ini membuat hatiku merasa sangat sakit. Sekarang dia menyebutkan hal ini lagi, dan dengan sombongnya mengatakan ingin melumpuhkan lengan kanan Aiko, ini membuat ku ingin membunuhnya!

Pada saat ini aku telah mengendalikan Claura, melihat Fuiz menyerang Aiko dengan gila, aku mencekik leher Claura dan meninju perutnya, aku berkata: "Hei, jika kamu berani melangkah maju lagi, aku akan mencekik wanita ini sampai mati! "

Claura yang aku cekik, tidak bisa bernapas seketika, ia berjuang untuk melepaskan tanganku, ketika Fuiz melihat pemandangan ini, ia langsung berhenti sejenak. Dia mengerutkan keningnya dan berkata: "Bung, aku menyarankan mu untuk berpikir jernih. Jika kamu menyakiti Nona besar, kalian semua harus mati, jika kamu melepaskannya, aku akan menganggap kejadian malam ini tidak pernah terjadi. "

Aku meludah ke tanah dan berkata: "Pergi kamu sana, apakah kamu sedang membujuk seorang anak berusia tiga tahun?"

Setelah membicarakan itu, aku melihat ke Claura dan berkata: "Claura, jujur, aku benar-benar ingin membunuhmu, tetapi itu belum waktunya. Jadi begini saja, biarkan aku menyelesaikan apa yang belum aku katakan tadi, jika kamu bisa berjanji padaku, aku akan membiarkanmu pergi, oke? "

Claura mengangguk. Aku berkata: "Aset di bawah tanganmu bagi sepertiga nya untukku, aku tidak serakah, sepertiga ini memang sudah seharusnya menjadi milikku. Berikan itu padaku, maka kamu akan tetap hidup, jika tidak, kamu akan mati, tentu saja, aku mungkin juga akan mati. Tetapi itu tidak masalah, bagaimanapun aku sudah pernah mari satu kali, jadi mari kita mati bersama. "

Claura mengerutkan keningnya. Kupikir dia akan memikirkannya untuk waktu yang lama, siapa yang dapat menebaknya, dia langsung mengangguk.

Begitu aku baru mau berbicara, telepon berdering. Aku mengeluarkan ponselku dan membukanya. Ternyata itu adalah MMS. Ketika aku melihat MMS itu, aku terkejut, aku melihat ke arah Claura dan berteriak: "Kamu harus mati hari ini! "

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu