Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 321 Bencana besar? Lelucon!

aku berkata kepadanya kalau aku tidak bisa berlutut dan menyuruhnya untuk mengajariku. ekspresi wajahnya berubah drastis setelah mendengar perkataanku. dia menatapku dengan cuek dan berkata:" cari mati!"

setelah mengatakan itu, Robby pun berkata :" Fery, janganlah marah. lihatlah bagaimana kakakmu ini menghajar bocah ini."

pria berambut kuning yang bernama Desta itu pun berteriak :" kakak sepupu, putuskan kakinya! buat dia keluar dari kota HangZhou ini dengan cara merangkak."

aku tersenyum cuek dan menggelengkan kepalaku sambil berkata :" sangat sayang..."

" apa yang disayangkan?" mereka bertiga bertanya dalam waktu yang bersamaan.

aku berkata dengan datar:" sangat sayang kalau aku sudah berbaik hati memberi kalian kesempatan. namun kalian tidak menghargainya dan kalian cukup bodoh."

" sh*t! tangkap bocah ini dan hajar dia. aku punya hadiah untuk yang berhasil." teriak Robby yang tidak bisa menahan hinaan seperti ini.

sekitar 20 orang yang memegang tongkat besi pun keluar dari arah belakang tubuhnya. aku menendang sebuah kursi hingga melayang dan berputar 360derajat diudara. namun aku masih bisa menangkap kursi itu pada tanganku dengan stabil. kursi panjang ditoko ini lumayan berat. oleh karena itu, semua orang disana berteriak karena aku berhasil menangkap kursi itu dengan satu tangan.

aku menghisap sebatang rokok dan sebelum mulai berantam, Jessi berkata kepadaku :" jangan terlalu sadis. cukup membuat merea bertiga hingga tidak bisa turun dari kasur saja."

aku mengedipkan mataku dan berkata :" siap komandan!"

setelah mengatakan itu, aku melemparkan kursi itu dan membuat beberapa orang yang ada didepanku terlempar hingga jauh. aku maju satu langkah dan mengambil kursi lainnnya dan kembali melemparkan kursi itu. hanya dalam satu lemparan, semua orang itu terjatuh di lantai.

semua orang berteriak dan menatapku layaknya orang aneh. Robby dan mereka bertiga menatapku dengan pandangan yang cukup terkejut. Robby pun langsung berteriak :" cepat, cepat bangkit dan hajar dia! siapa yang bisa memutuskan kakinya hari ini, aku akan memberi bonus sebesar 200juta!"

Seperti kata pepatah, akan ada orang-orang pemberani di bawah ganjaran yang besar. awalnya semua orang itu sudah ketakutan melihat tingkahku tadi. namun setelah mendengar bonus sebesar 200juta, mereka kembali membara dan mengambil kembali tongkat besi mereka lalu berlari kearahku.

aku melemparkan puntung rokokku kewajah salah satu dari mereka dan melemparkan kursi kearah mereka. disaat yang bersama, aku juga menendang sebuah kursi dan berhasi menimpa mereka dilantai. aku menangkap telapak tangan seseorang dan merebut tongkat besi miliknya lalu membanting orang itu di lantai. aku lalu memijak perutnya dan menghantamnya menggunakan tongkat besi itu. dia berteriak kesakitan dan hanya bisa berdiam diri disana.

dibelakang tubuhku mulai datang beberapa serangan tongkat besi. aku langsung tunduk dan memutarkan tongkat besi yang ada pada tanganku sambil berteriak :" satu."

setelah aku berteriak, lutut kedua orang yang menyerangku tadi sudah aku tahan. aku lalu menahan lantai lalu melompat dan menghindar dari pukulan tongkat besi itu. aku lalu melayang diudara dan mendarat sambil mendaratkan tongkat besi itu pada leher orang itu. dia pun berteriak dan tubuhnya menjadi lemas. dia pun terjatuh pada lantai.

aku kembali berteriak :" dua!"

setelah mengatakan itu, aku langsung menyerbu dua orang didepanku. ketika mereka belum sempat merespon, aku sudah berhasil memukul leher mereka dan mereka pun jatuh bersamaan. aku berteriak :" tiga, empat."

setelah berteriak, semua orang disekeliling kami pun mulai panas. bahkan ada yang berteriak :" apakah kamu sudah gila? apakah kamu ingin mematikan semua orang ini?"

aku tersenyum dan berkata :" bukan mematikan mereka. aku hanya membuat mereka jatuh pingsan. kalau tidak, mereka akan lebih parah dari ini."

ketika berbicara, dua buah tongkat besi menyerbuku dari depan. aku pun mundur dua langkah dan tongkat besi itu lewat dari depan mataku. aku lalu memukul salah satu dari mereka menggunakan tongkat besi yang ada pada tanganku. dalam waktu yang cepat, aku kembali memukul satu orang lainnya. disaat ini, beberapa wanita tidak menungguku berteriak lagi dan merekalah yang langsung berteriak :" lima, enam!"

aku memandang kearah mereka dan melihat sekelompok wanita berkumpul disana dan sedang memandangku dengan terlena. melihat diriku sedang memandang mereka, mereka pun berkata :" sangat keren! semangat kakak ganteng!"

aku memandang Jessi dan melihat kalau dia sedang membersihkan mulutnya menggunakan tisu. dia tersenyum kepadaku dan aku langsung bersemangat dan berhasil memukul beberapa orang hingga terjatuh. aku mempelajari tekhnik memukul hingga pingsan ini dari kakek Ergi dan aku pasti tidak akan kelewatan. mereka hanyalah pingsan dan tidak sampai tidak bisa turun dari kasur selama 3 hari. kalau begitu, sepertinya aku belum menyelesaikan permintaan Jessi tadi.

ketika aku sedang berpikir, datanglah dua orang yang ingin mencari mati. aku langsung memukul mereka hingga pingsan dalam waktu yang cepat. kali ini, tidak hanya wanita, pria juga ikut berteriak :" tujuh, delapan!"

bagaimanapun Robby berteriak pada mereka, mereka pun tidak menghiraukan Robby.

itu bukan karena mereka bermental besar berani melawan Robby, melainkan mereka semua adalah pengunjung dari luar kota dan tidak tahu seberapa hebatnya Robby. mereka juga berpikir kalau bocah ini tidak mungkin bisa melawan mereka semua, oleh karena itu mereka juga ikut berteriak. ditambah lagi pihak lawanlah yang memulai ini semua. aku hanya mengandalkan kekuatanku sediri dan mereka malah memanggil sekelompok orang untuk melawanku. ini sangat jelas merupakan perilaku intimidasi. aku sendiri tidak begitu menyukai perlakuan itu. oleh karena itu bisa dibilang penonton disekitarku sedang mendukungku dan juga bisa dibilang sebagai penolakan terhadap intimidasi itu.

dibawah sahutan para penonton itu aku pun berhasil memukul semua orang itu. aku mengambil tongkar besi lalu mengarahkannya ke Robby sambil berkata :" sekarang, apakah kamu sudah boleh mengajariku cara berlutut?"

Robby dengan marah berkata :" apakah kamu merasa kamu sudah hebat hanya dengan berantam? kamu jangan lupa kalau ini adalah HangZhou! semua perlakuanmu ini adalah melanggar hukum. aku sudah melapor kepada polisi, kamu tunggu saja!"

setelah Robby mengatakan itu, tiba tiba terdengar suara sirene. ekspresi wajah semua penonton di tempat itu berubah drastis. sebagian orang meninggalkan tempat itu diam diam karena khawatir kalau dirinya akan terlibat.

Robby sangat senang dan sombong melihat kondisi itu dan dia pun berkata :" hei orang luar kota, kamu melawanku sama saja sedang cari mati."

aku memejamkan mata dan bertanya :" bawahanmu yang tadi tidaklah cukup dan masih mencari polisi untuk menangkapku?"

Robby tertawa dan berkata :" kenapa? takut?"

aku berjalan menuruni tangga dan berkata dengan cuek :" aku tidak takut. hanya saja aku merasa malu memiliki lawan seperti dirimu. gaya bertarungmu hampir sama seperti kamu langsung memanggil guru jika kamu tak sanggup berantam lagi. aku terakhir melakukan hal yang sama pada waktu sebelum memasuki sekolah dasar."

mendengar ini, wajah Robby menjadi merah dan aku perlahan mendekatinya. dia dengan paniknya berkata :" kamu ngapain?"

aku menggoyangkan tongkat besi pada tanganku dan berkata :" buat apa? aku sudah bilang tadi, aku ingin kamu mengajariku cara berlutut dan sekarang aku ingin mempelajarinya darimu."

Robby mulai berjalan mundur ketika aku mendekatinya sambil berkata :" kamu.... jangan mendekatiku. kalau tidak aku akan membuatmu tidak bisa keluar dari kota HangZhou!"

aku dengan datarnya berkata :" ketika aku di kota Nan Jing, ada yang pernah mengatakan itu padaku. ketika aku di beijing, ada juga orang yang mengatakan hal yang sama untukku. dan kedatanganku ke HangZhou kali ini ada juga yang mengatakan hal yang sama padaku. coba tebak apa akhir dari semua ini?"

Robby membesarkan matanya dan menatap wajahku sambil berkata :" kamu.... kamu adalah Alwi!"

aku tertawa sambil berkata :" tampaknya aku belum begitu terkenal hingga kamu baru mengenaliku sekarang."

setelah mengatakan itu, aku mengangkat tongkat besiku. disaat ini, Fery menahan telapak tanganku dan berkata :" hei bro, mundurlah selangkah maka masih tersisa jalan untukmu. hari ini bisa dibilang kamulah yang terjebak dalam permainan ini. selagi kamu tidak menyentuh Robby, maka semua ini masih bisa di toleransikan. kalau kamu berani menyentuhnya, maka..."

aku tidak menunggunya menyelesaikan perkataannya dan langsung menghempaskan tangannya sambil berkata :" kenapa rupanya kalau aku menyentuhnya?"

setelah mengatakan itu, aku langsung menghantam kaki Robby menggunakan tongkat besi itu dan terdengar suara patah tulang yang nyaring. semua orang disana terdiam dan tidak menyangka kalau aku berani melakukan itu. Robby pun berteriak kesakitan. semua orang mulai mundur dan banyak orang yang tidak lagi berani bertindak setelah melihat semua yang kulakukan tadi.

Robby memegang kakinya dan terjatuh menghadap kebelakang. aku tidak lagi memberi kesempatan padanya dan langsung menyepak kaki lainnya yang tidak terluka itu. dia langsung berlutut didepanku. lututnya yang sudah hancur itu menyentuh lantai yang dingin dan itu membuat dirinya kembali berteriak kesakitan. aku meletakkan tongkat besi itu pada pundaknya dan berkata :" tidak heran kenapa kamu selalu menyuruh orang lain untuk berlutut, Robby. gaya berlututmu sangatlah indah dan tepat."

setelah aku mengatakan itu, sekelompok polisi masuk dan sekelompok polisi itu mulai berkeringat dingin ketika melihat Robby sedang berlutut disana. mereka pun dengan paniknya berkata :" tuan Robby, apa yang terjadi?"

Robby menunjukku dan berteriak :" polisi, bawalah dia pergi!"

semua orang mengira kalau riwayatku segera tamat dan Jessi dengan santainya berdiri. hanya saja sebelum Jessi berbicara, dari kejauhan terdengar seseorang berkata :" tunggu! tunggu!"

semua orang menatapnya dan ada beberapa orang mulai berteriak ketakutan. ketika aku melihat orang yang datang itu, aku baru mengerti kenapa mereka semua seperti sedang melihat hantu. karena yang datang bukanlah orang lain, melainkan Chandra yang telah cacat karena perlakuanku.

Chandra yang muncul secara tiba tiba ini membuat ekspresi wajah Robby berubah. Robby dan Fery memandang kearah Chandra. mereka masih belum percaya akan hal itu dan Chandra dengan santainya berjalan kearahku tanpa memandang mereka.

tidak menunggu Chandra berbicara, Polisi yang pintar itu langsung berkata :" tuan Chandra, bukankah hal kecil seperti ini tidak perlu merepotkanmu? aku pasti akan menangkap bocah yang melanggar aturan ini."

semua orang disekelilingku mulai berbisik dan berkata kalau riwayatku segera tamat. apalagi pemilik toko itu, dia berdiri dikejauhan dan berkata :" angin apa yang menghembuskan tiga dari empat tuan muda di kota Hanzhou ke sini. mampuslah, kedatangannya kali ini sepertinya bisa menjadi bencana yang besar."

Chandra tidak memperdulikan mereka dan tersenyum kearahku. dia berkata :" Alwi, mereka tidak melukaimu kan?"

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu