Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 447 Jarang-jarang Tenang

Saat Jessi selesai mengatakannya, perasaan ku sekejap menjadi sangat buruk, seakan-akan memasuki gudang es. Jessi bukan sedang menggertak membuatku takut, aku juga mengerti jika dia selalu berpikir panjang dan melakukan yang terbaik untukku, jika aku menerima misi ini, maka dia akan menggunakan alasan keberhasilanku untuk meminta yang dibagian atas untuk menjaga Alver, tetapi dia tidak akan menjamin jika orang lain yang melakukannya.

Aku menutup telefon bukan karena aku marah, tetapi karena pikiranku sangat kacau. Aku tidak tahu harus bagaimana menjawab Jessi, aku juga merasa sangat bersalah mendengar suaranya yang begitu lelah.

Aku mengambil sebarang rokok, lalu berjalan kedepan tanpa tujuan hingga sampai ditempat perkumpulan kita. Aku melihat Alver yang dengan senang melambaikan tangannya kepadaku. Detik ini, aku tidak ingin menyembunyikan jam tangan ini, tetapi disaat ini juga aku menyadari jika aku sudah membuat keputusan.

Alver tersenyum berlari kedepanku dan berkata: “Berengsek, kamu kemana saja? Mobil tim kita lebih telat 1 jam sampai daripada mobil tim kalian, aku mencari mu kemana-mana, jangan-jangan kamu pergi melacur?”

Melihat dia yang tampak bahagia, hatiku sangat sakit, tetapi aku haurs berpura-pura tampak senang dan berkata: “Memang pria juga, tebakan mu terlalu benar.”

Alver membuka lebar mulutnya dan dengan tidak menyangka bertanya: “Kamu beneran pergi? Apaan, kamu tidak takut kena penyakit?”

Aku teringat dengan Claura, dia pasti bisa emosi jika tahu bahwa aku menganggapnya sebagai wanita yang gratis. Aku lalu melihat wajah Alver yang tampak menghina, aku memegang bahunya dan berkata: “Engga lah, aku bohong kamu. Aku hanya berkeliling dikota ini saja, karena aku baru datang, jadi aku lumayan penasaran dengan kota ini.”

Alver berkata: “Tempat ini memang bagus, jika kedepannya kita ada liburan bersama, mari kita semua berkumpul disini.”

Aku tertawa sambil mengatakan iya, lalu aku bertanya apakah Daniel dan Jordan tidak ada liburan? Bukankah mereka 1 tim?

Alver mengatakan jika mereka liburan per 1 kelompok kecil, dia tidak 1 kelompok dengan Jordan, jadi mereka tidak liburan bersama. Kita lalu berbicara sebentar, aku dari awal tahu jika mereka berada dalam kelompok yang sama, tetapi karena Govy memisahkan mereka dan mengatakan jika mereka mau berada dalam 1 tim, mereka harus melewati pengujian besok dan mendapat kesempatan untuk memasuki tim pasukan tingkat dua.

Aku tahu ini adalah cara lain Govy dalam menyemangati mereka, menurutku Govy juga sangat jelas terhadap kekuatan mereka, dan alasannya melakukan begitu agar mereka dengan cepat bisa dekat dengan orang lain. Melihat Alver yang tampak jelas menghitam dan badannya yang menjadi lebih kekar membuat hatiku semakin merasa buruk. Kini mimpi yang ingin digapainya adalah bersama ku memasuki tim langit, tetapi dia tidak tahu jika teman baiknya aku akan memutuskan mimpi dia.

Alver dengan semangat berkata: “Reino, kenapa kamu tampak tidak senang? Apakah kamu sedang khawatir tentang pengujian kita di esok hari? Kamu tenang saja, pengujian kita pasti tidak akan ada masalah. Kita sudah berlatih keras mengikuti tips latihan yang kamu berikan pada kita. Kita juga memiliki perkembangan yang banyak, dan juga bulan lalu aku mendapat peringkat 3 dalam tim kita. Sekarang setelah 1 bulan, aku merasa tidak masalah jika ingin mendapat peringkat pertama, jadi kamu tenang saja.”

Aku tertawa dan berjata: “Iya, aku percaya pada kalian.”

Alver khawatir lalu bertanya padaku bagaimana keadaan tim langit, dan bertanya apakah teman-teman tim ku bisa membully ku atau merendahkanku. Tampak jelas dia sangat khawatir denganku, jadi aku mengatakan padanya jika aku disana sangat baik, lalu dia dengan tenang mengatakan baiklah kalau begitu.

Saat ini terdengar jeritan supir dari 2 mobil memanggil kita naik, aku dan Alver tidak dalam 1 tim, jadi pastinya kita tidak dalam mobil yang sama, lalu saat dia pergi, dia diam-diam berkata: “Hari ini datang ke asramaku, hari ini ulang tahunku.”

Aku sedikit terkejut lalu bertanya: “Ulang tahun? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Agar aku siapkan hadiah untukmu.”

“Sesama teman baik, untuk apa hadiah itu?” Alver berkata sambil tertawa, dia menyapaku dan naik ke mobil dibelakang.

Aku melihat bayangan belakang badannya sampai dia naik kedalam mobil dan pergi.

Jaguar dan teman-temannya melihat aku pulang, bertanya barang bagus apa yang kubeli, aku dengan sedih berkata: “Aku mana ada duit beli barang? Aku hanya pergi makan diluar.”

“Tukang makan!” Mereka tertawa sambil mengatakannya, tidak perduli mereka melihat baik aku atau tidak, setidaknya mereka menjaga ku seperti adik laki-laki mereka. Biasanya mereka membantuku latihan, mengajarku pelajaran budaya, jadi aku juga sangat senang berbaur dengan mereka. Bagiku mereka dan Alver bertiga adalah teman yang paling kuhargai. Tetapi jika teringat dengan masalah itu, aku merasa aku tidak berhak menerima kebaikan dari mereka…

Aku balik ke markas prajurit dengan pikiran yang kacau, aku pulang ke asrama dan setelah mandi, aku mengeluarkan kertas dan pen lalu memulai menggambar. Aku sudah lama tidak menggambar, terakhir kali aku menggambar yaitu disaat aku memberi Jessi gambaran tentang kita berdua.

Aku tahu jika Alver tidak lama lagi akan pergi, jadi aku ingin mengambar cerita kita berdua sebagai sebuah buku. Jika boleh, aku berharap dia bisa membawa pergi buku ini, dan mengingat kenangan baik yang dimiliki kita berdua, dan jangan membenci aku si ‘penghianat’.

Saat aku sedang menjiwai dalam menggambar, si jaguar datang kearahku dan berkata: “Haeh, tidak disangka kamu lumayan berseni juga, bisa menggambar ya.”

Aku tersenyum berkata: “Aku hanya sembarangan menggambar saja.”

Lu Zhi Shen berkata: “Rendah diri sekali kamu, aku harus kamu tidak jauh berbeda dengan yang profesional.”

“Apa cerita digambaran ini?” Frido pun datang bertanya karena penasaran.

Aku tanpa menaikkan kepala berkata: “Cerita dari awal aku bertemu dengan Alver, bukankah hari ini ulang tahunnya? Dia juga tidak memberitahuku, aku juga tidak menyiapkan hadiah untuknya, dia menyuruhku malam ini keasramanya, jadi aku berpikir untuk membawa hadiah pergi. Aku tidak tahu mau memberinya apa, jadi aku menggambar sebuah buku untuknya. Ini hanyalah cerita-cerita sepele saja, kita tidak pernah mendapat misi, tetapi walaupun begitu, saat kita berlatih bersama selama 2 bulan, semua kenangan yang menyenangkan itu cukup membuatku tertawa selamanya.”

Sekejap tidak ada suara dibelakangku lagi, wajahku sedikit memerah, lalu aku bertanya apakah aku terlalu bawa perasaan?

Jaguar malah dengan serius menggelengkan kepala berkata: “Tidak, tidak sedikitpun. Aku hanya merasa kagum. Teman-teman mu itu sangat bernasib bisa berteman dengan kamu yang sangat mementingkan pertemanan.”

Aku malu-malu tertawa dan berkata: “Kalian sama seperti mereka bagiku.”

Perkataan ku ini membuat semua orang tertawa, Jaguar masih bercanda jika aku juga membuatkan dia sebuah buku gambaran saat dia ulang tahun nanti, saku tertawa berkata tidak apa.

Aku tidak makan dan menggambar sampai malam hari. Setelah aku selesai menggambar, aku membawa buku itu dan pergi ke asramanya Alver. Sebenarnya walaupun asrama kita tidak berada digedung yang sama, tetapi hanya berjalan belasan menit saja sudah bisa sampai. Tetapi karena aku sedang berlatih keras, jadi aku tidak pernah datang kesini. Setelah sampai diasrama Alver, aku mendengar suara Daniel dan Jordan. Setelah aku masuk, terlihat mereka bertiga dan 5 teman Alver sedang menghidupkan kompor kecil dan makan steamboat sambil berbicara.

Tim kita tidak akan kesusahan dalam bagian makanan, karena jika lapar, kita akan pergi memasak didapur atau meminta bibi dapur untuk memasakkan makanan, dan membuka kompor kecil juga diizinkan. Melihat kedatanganku, mereka semua menyambutku dan berkata akhirnya aku bisa muncul juga setelah diajak ratusan kali.

Aku dengan malu berkata: “Abang-abang, aku tahu aku telat, tetapi kalian juga tidak boleh begitu padaku.”

Aku lalu tertawa terbahak-bahak, Alver meliihat lalu bertanya untuk apa aku membawa buku, jangan-jangan mau makan sambil belajar? Aku memberikan buku ini kepada Alver dan berkata: “Aku tidak berani mengganggu kesenangan kalian, ini adalah hadiah untuk bang Alver.”

Alver seketika sangat bahagia dan menyuruhku untuk memberinya lihat. Mereka berkumpul disatu sisi melihat buku yang ku gambar. Mereka merasa sangat ajaib dan senang, aku lalu mengambil kesempatan kedepan meja dan makan dengan puas. Setelah aku makan, Alver merangkul leherku berkata: “Berengsek, aku barusan saja terharu karena kamu, beraninya kamu menghabiskan makanan di setengah meja ini.”

Alver dan temannya lalu duduk dan mulai merebut makanan denganku. Alver melihat tidak ada orang yang memberinya kesempatan walaupun dia tokoh utama hari ini, diapun langsung duduk dan mulai merebut dengan mereka. Beberapa pria ini makan lalu tertawa.

Setelah makan dan berbincang-bincang, tidak lama kemudian tibalah waktu istirahat. Aku bertanya pada Alver: “Bang Alver, kamu ada harapan apa?”

Alver tertawa sambil berkata: “Harapan ku sangat mudah, aku hanya berharap ayah ibu, adikku, dan semua teman-temanku tetap sehat dan aman. Sudah umur 30tahun, kalau dikampung kita seharusnya harus ada acara makan, aku percaya jika ayah ibuku sudah traktir makan, sayangnya aku tidak berbakti, tidak bisa disisi mereka.”

Perkataannya membuat semua orang teringat dengan kampung halaman mereka. Kalau aku, teringat didunia ini aku hanya punya 2 anggota keluarga, 1 ibuku yang dikurung di kota Beijing hingga tidak dapat kebebasan. 1 lagi adikku, musuh yang tidak tinggal denganku. Dibanding dengan mereka, aku lebih kasihan dari mereka. Hanya saja teringat dengan Jessi, Nody dan Dony Yun, teringat Aiko dan anak perempuanku yang imut yang tidak pernah kutemui, aku merasa diriku sangat bahagia dan bernasib baik.

Kali ini seseorang tiba-tiba berdiri dan menyanyikan lagi bunga hijau dalam tentara.

“Daun perlahan jatuh di udara yang dingin, tentara adalah sekuntum bunga hijau, teman seperjuangan ku jangan rindu dengan rumah, jangan rindu dengan ibu.”

Seketika lagu ini membuat semua perasaan pasukan meledak, awalnya beberapa dari kita ikut bernyanyi, kemudian diikuti dengan asrama lain.

“Ibu kamu jangan khawatir, anakmu aku sudah dewasa. Aku bekerja menjaga negara, aku tidak takut dengan hujan badai. Aku hanya berdoa untuk ibu, semoga ibu sehat panjang umur, aku akan pulang setelah berhasil, lalu aku akan menemui ibu…”

Di malam hari, suara nyanyian semua tentara terdengar sangat bertenaga dan sedikit lembut, ini adalah kelembutan dari pria yang berdarah besi, mereka tidak pernah curhat dengan siapapun dan menyimpannya didalam hati kita.

……

Semua orang menjadi diam setelah lagu ini. Tidak lama kemudian, Alver berkata: “Reino, waktu sudah larut, kamu cepat pulang istirahat.”

Aku terkejut, dia tidak memberiku jam tangan. Hatiku sekejap merasa senang, karena kemungkinan bisa ada perubahan. Siapa sangka aku barusan mau pergi, dia langsung memanggilku lalu tertawa dan berkata: “Reino, aku membelikan sebuah hadiah untuk kita berempat.”

Sambil mengatakannya, dia mengeluarkan jam tangan. Hatiku menjadi sangat buruk saat melihat jam tangan ini.

Yang tidak bisa dihindar, tetaplah tidak bisa.

Jordan merebut jam tangan itu, tertawa dan berkata: “Jam tangan ini cantik sekali, pasti mahal kan?”

Alver berkata: “Tidak juga, asalkan kalian menyukainya saja.”

Dia lalu memberikan aku saat mengatakannya, melihat aku tidak mengambil, dia bertanya apakah aku tidak menyukainya? Aku menggelengkan kepala, lalu mengambil jam tangan itu dan memakainya: “Aku suka kok, bagaimana mungkin aku tidak menyukainya? Hanya saja menurutku untuk apa kamu menghabiskan banyak uang di hari ulang tahunmu, membuat kita malu saja.”

“Sesama teman, untuk apa begitu sungkan?” Alver mengatakannya secara langsung, lalu setelah melihat kita semua memakainya, dia tersenyum dan berkata: “Ini termasuk barang perjanjian kita kan? kalian semua, siapapun tidak boleh melupakan janji kita, kedepannya kita harus membuat 1 tim.”

Semua orang tertawa setelah mendengar peribahasa yang dikatakannya, aku tertawa dan berkata: “Tidak berani melupakannya. Sudahlah, aku pergi dulu. Tunggu ada waktu kita lanjut berkumpul.”

Begitulah aku meninggalkan asramanya Alver, dan aku tidak bisa tersenyum lagi saat berbalik badan.

Aku berdiri diluar asrama, berbalik badan melihat asrama itu. Hatiku sangat sakit saat mendengar suara tawaan Alver dan teman lain. Mungkin saja tidak ada yang mengerti kenapa aku begitu memedulikan mereka bertiga, karena bagiku mereka bertiga adalah orang yang menemaniku melewati hidup tanpa pembohongan. Itu adalah kenangan yang tidak pernah kumiliki. Tidak ada rencana buruk, tidak ada akting yang lelah, aku boleh tertawa dengan keras dan boleh sangat senang,

Tetapi. Hidupku ditakdirkan untuk dipenuhi dengan segala siasat buruk, hidup seperti ini tampaknya aku sudah mau menghadapinya tanpa balik lagi?

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu