Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 628 Biar Aku Saja, Kalau Tidak Kita Semua Akan Mati!

Ficky Chen menyuruhku untuk menunggu kabar darinya, setelah menutup telpon, aku hanya bisa duduk bersandar di mobil, Samuel berdiri di sampingku sambil memayungiku, dia berusaha menghiburku, berkata jika Ficky Chen sudah ikut campur tangan maka semua masalah pasti akan terselesaikan.

Nody berkata : “Samuel, tolong kamu urus jenazah saudara kita ini, biar aku saja yang di sini.”

Samuel menganggukkan kepala, bergantian dengan Nody yang memayungiku sambil duduk di sampingku, dia berkata : “Alwi, kamu jangan berkecil hati, cobaan yang pernah kamu lalui dulu bahkan lebih berat dari ini, tapi kamu tetap bisa melewatinya, iya kan? Aku rasa, cobaan kali ini, kamu juga pasti bisa melewatinya, kami akan selalu ada di sisimu.”

Aku memejamkan mata, dan dengan putus asa berkata : “Aku tidak percaya diri.”

Aku sangat memahami kemampuanku, aku tahu aku tidak akan bisa menguasai kota-kota yang ada di Beijing ini dalam kurun waktu 6 bulan, dan aku juga tidak akan mungkin bisa seperti ayahku yang dihormati oleh orang-orang penting, maka dari itu, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

Nody : “Menjadi kepala dari Keluarga Chen.”

Aku terkejut menatapnya, dan dia menatapku dengan penuh arti, berkata : “Iya, menjadi kepala dari Keluarga Chen, meskipun sekarang Keluarga Chen sudah mulai sepi, tapi jika ada kamu, dan juga kakek Chen bersedia membantumu, aku yakin kamu bisa membangkitkan kembali Keluarga Chen, ditambah lagi latar belakangmu, meskipun atasan tidak senang denganmu, tapi dia pasti akan memberimu bagian, yaitu kunci buat kamu dapatin Jessi.”

Aku terdiam, memikirkan perkataan Nody, sebenarnya aku tidak tahu apa-apa mengenai Keluarga Chen, aku juga membenci keluarga itu, aku bahkan tidak ingin kembali ke sana.

Aku tidak tahu kapan Samuel kembali, tiba-tiba dia berkata : “Keluarga Chen bertanggung jawab atas ayah dan ibumu.”

Hatiku tersentak, aku ingat seseorang pernah berkata padaku, bahwa ibuku diusir dari Keluarga Chen, hanya karena ayahku meninggal dengan tidak adil. Pikiran ini membuat amarahku bergejolak di dalam tubuhku. Aku mengepalkan tanganku, dengan tekad yang kuat aku berkata : “Aku akan menguasai Keluarga Chen, aku ingin membangun Keluarga Chen yang baru, aku ingin membawa ibuku pulang ke Keluarga Chen! Aku ingin masuk ke Keluarga Chen dengan bayangan ayahku!”

Pada saat ini, aku begitu semangat dengan tekad ku yang sekarang ini, aku ingin menguasai Keluarga Chen, dan menjadi kepala dari Keluarga Chen, bukan hanya sekedar ingin memiliki Jessi, tapi juga meluapkan amarah kedua orang tuaku!

Nody dan Samuel saling bertatapan, aku tahu mereka sangat mencemaskan aku, mereka menghela nafas bersamaan, aku tersenyum kepada mereka, dan berkata : “Terima kasih untuk kalian, sementara tidak usah memikirkan hal ini, yang paling penting sekarang adalah bagaimana bisa secepatnya menolong Sulistio, sepertinya dia terluka cukup parah, jangan membuang waktu lagi, aku takut akan membahayakan dia.”

Sampai saat ini, sepuluh menit sudah berlalu, aku tahu waktu ini terlalu singkat untuk Ficky Chen menyelesaikan ini semua, dia tidak mungkin selesai dalam waktu ini, aku berkata : “Kita tunggu di basecamp saja, dan satu lagi, siapkan mobil ambulance, agar bisa secepatnya mengantar Sulistio ke rumah sakit.”

Mereka berdua menganggukkan kepala, kami pun kembali ke basecamp, tiba-tiba ponselku berdering, terlihat nama Ficky Chen di layar ponselku, aku segera mengangkatnya…: ”Helikopter akan segera meluncur, kamu tunggu aku.” Kata Ficky Chen.

Apa? Artinya semua sudah beres? Aku kagum, kemudian bertanya : “Benaran sudah beres?”

“Aku tidak akan mengecewakanmu.” Ucap Ficky Chen dengan penuh kasih.

Aku tidak tahu bagaimana harus mengangkat telponnya, dia juga pasti mengerti bagaimana perasaanku terhadapnya, dan dia juga tidak mengharapkan terima kasih dariku, dia berkata : “Sudah ya, pesawat sudah mau terbang.”

“Baiklah.” Aku menutup telponnya, dari kejauhan, aku melihat seorang pria muda dengan rambut pirangnya perlahan berjalan mendekati pintu. Pria ini memakai kacamata hitam, terlihat jenggot di wajahnya, rambutnya yang ngembang, mengenakan celana jins dan juga sepatu sepatu casual. Wajahnya sangat akrab, aku merasa pernah bertemu dengan orang ini tapi entah dimana.

Anak muda ini mengenakan headset, sambil mendengarkan musik, dia melewati mobil kami.

Nody bertanya kepadaku : “Kamu lihat apa?”

Aku berkata : “Apa kalian tidak merasa tidak asing dengan pria tadi?”

Nody menggelengkan kepala : “Aku tidak melihatnya.”

Samuel juga menggelengkan kepalanya, dan berkata : “Aku juga tidak melihatnya, kak Alwi, apakah perlu mengutus orang untuk mengikutinya?”

Aku mengangguk, segera dia menelpon, aku berkata : “Hati-hati, jangan sampai ketahuan, soalnya aku merasa dia orang yang kita kenal.”

Firasatku tidak pernah meleset, maka dari itu Samuel sangat percaya.

Walaupun sebenarnya aku sangat marah dengan kejadian hari ini, tapi aku tidak pernah menyalahkan Samuel tentang ini, karena aku tahu bagaimana dia melaksanakan sebuah tugas, aku masih mempercayainya dan juga aku tidak menanyakan lagi bagaimana kejadian ini bisa terjadi, setelah selesai dia menelpon, segera aku menyuruhnya untuk menelpon Alwi Palsu.

Begitu cepat Alwi Palsu mengangkat telponnya, dan menanyakan kepadaku, apakah sudah selesai?

Aku berbicara padanya : “Kamu tenang saja, semua sudah beres, bisakah aku mendengar suara Sulistio? aku ingin mengetahui keadaannya.”

Alwi Palsu bergumam dengan sinis : “Kamu begitu khawatir dengan dia? Kenapa kamu begitu cuek dengan aku yang saudara kandungmu sendiri, tapi kamu begitu peduli dengan saudara yang bahkan tidak memiliki hubungan darah denganmu, kamu ini benar-benar membuat aku cemburu.”

Aku tahu dia sedang mengejek aku, dari awal dia juga tidak memiliki perasaan denganku, selalu ingin membunuhku.

Dengan serius aku menjawabnya : “Mungkin kamu tidak akan percaya, sebenarnya sejak aku tahu kehadiran dirimu, aku sangat bahagia, tapi kamu yang membuat aku jadi seperti ini, kamu yang menganggap aku sebagai musuhmu, aku akan memaafkanmu.”

Kata-kata ini sudah aku pendam lama di dalam hatiku, tidak pernah aku ungkapkan, karena aku takut hatiku tidak kuat. Karena bagaimanapun dia merupakan saudara kandungku sendiri, Tuhan tahu betapa aku menyayangi saudaraku, dan juga keluarga aku sendiri, mereka membawakan kehangatan dalam hidupku, tapi dia hanya bisa memberikan aku rasa sakit, dan juga kekecewaan.

Alwi Palsu tertawa sinis, dan berkata : “Bohong! Bagaimana mungkin kamu bahagia dengan kehadiranku? Kalau kamu bilang takut, mungkin aku masih bisa percaya, karena aku akan menyingkirkan posisimu dari ibu dan juga kakekmu, kamu pasti sudah tidak sabaran untuk membunuhku, iya kan?”

Aku menghela nafas, aku tidak ingin membahas soal yang tidak penting ini, aku berkata : “Terserah kamu, aku tidak ingin menjelaskan, aku hanya ingin mendengar suara Sulistio.”

Dengan marah Alwi Palsu berkata : “Woi, bangun, apakah kamu tidak dengar saudaramu ingin mendengar suaramu?”

Aku terkejut, kenapa dia tidak bersuara saat mendengar namaku? Apakah terjadi sesuatu dengannya?

Aku berteriak : “Tio, Tio, apakah kamu bisa mendengar suaraku?”

Nada lemah Sulistio terdengar : “Kak Alwi, sepertinya……aku……aku tidak kuat lagi.”

“Dasar bajingan, kamu bicara apa?” Marah Alwi Palsu, kemudian terdengar jeritan Sulistio, aku sudah tahu, si iblis ini pasti memukulnya lagi.

Aku tidak bisa menahan emosiku, aku berteriak : “Alwi Palsu! Kamu dengar baik-baik, jika Sulistio mati, kan ku hancurkan kamu berkeping-keping!”

Terdengar Alwi Palsu menggerutu “Merepotkan”, dengan tidak bersalah dia berkata : “Siapa yang nyangka dia begitu lemah, aku pikir dia akan sama sepertimu yang begitu kuat untuk bertahan.”

Secara tidak langsung, dia mengakui, apakah Sulistio benar-benar tidak dalam keadaan baik? Memikirkan hal ini, aku menggertakkan gigi dan berkata : “Aku akan menyuruh Dokter untuk masuk ke dalam, kamu dengar baik-baik, jika kamu tidak menyetujui hal ini, maka kita semua akan mati!”

Alwi Palsu terdiam, kemudian berkata : “Kampret, merepotkan sekali! Baiklah, kamu suruh Dokternya masuk, kamu juga datang sini.”

Aku tidak menyangka Alwi Palsu menyuruhku untuk ke sana, aku tahu ini sangat berbahaya, tapi, demi Sulistio, aku tidak mungkin menolaknya.

Setelah memantapkan diri, aku berkata : “Oke, aku akan ke sana.”

Tidak jauh dari sini, sudah terparkir sebuah mobil ambulance, di dalam sudah tersedia semua keperluan yang kami siapkan, aku bersiap untuk turun dari mobil, tapi Nody menarikku dan berkata : “Kamu jangan pergi, biar aku saja.”

Aku menggelengkan kepala, dan berkata : “Alwi Palsu ini manusia yang biadab, dia sangat benci orang mengkhianatinya, maka dari itu, jika dia ingin aku yang pergi, biar aku saja, kalau kamu yang pergi, aku tidak tahu dia akan berbuat hal apa lagi, belum lagi kamu adalah musuh lamanya, aku tidak tahu konsekuensinya akan seperti apa.”

Nody mengerutkan keningnya, dan berkata : “Bukankah kamu juga?”

“Aku tidak apa-apa, dia tidak akan berani menyentuhku.” Kata ku dengan datar.

Nody tahu sifatku seperti apa, dia hanya bisa menghela nafas, kemudian membiarkan aku pergi.

Setelah sampai di rumah Mawar, aku turun dari mobil, aku memberi isyarat kepada Dokter dan juga perawat, mereka sudah menyiapkan segala obat dan lainnya, kami sampai di rumah Mawar, aku mengetuk pintu, dan pintu pun terbuka, sebuah pistol mengarah ke arahku, Alwi Palsu tertawa puas dan berkata : “Alwi, adikku, kita bertemu lagi, tapi, kali ini kamu tidak akan mempunyai kesempatan lagi untuk melawanku.”

Aku tidak melihatnya, segera aku berkata kepada Dokter : “Dok, tolong periksa Sulistio.”

Aku melihat ke arah Sulistio, hatiku semakin hancur, melihat dia tergeletak di lantai bersimba darah, dan yang paling parah di bagian kakinya, aku rasa badannya sudah hancur, dan nyawanya hampir melayang, karena ketika aku masuk, dia bahkan tidak bereaksi sama sekali.

Saat ini benar-benar tidak bisa di terima.

Dokter segera memberi pertolongan, dia membalikkan badannya, aku hanya melihat darah dari kepala sampai kaki, wajahnya pucat, benar-benar tidak jauh beda dengan orang yang sudah mati.

Hatiku bagaikan disayat-sayat, aku sangat marah kepada Alwi Palsu, aku menarik leher bajunya, segera dia menodong pistol di kepalaku, sambil tertawa dia berkata : “Alwi, kamu jangan macam-macam, ini daerah kekuasaanku, aku raja di sini.”

Aku berkata dengan marah : “Jika Sulistio mati, maka kita semua akan mati, aku tidak akan melepaskanmu.”

Dokter melakukan CPR kepada Sulistio, tapi tidak ada hasil, meskipun peralatan dan obat-obatan telah disiapkan, tapi di sini bukanlah rumah sakit. Dengan penuh kecemasan Dokter berkata padaku : “Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit, jika kita terlambat, maka dia tidak akan tertolong.”

Alwi palsu mengerutkan keningnya, aku tahu dia juga mulai panik, aku berkata dengan dingin : “Biarkan aku yang jadi sanderamu, biarkan dia pergi.”

Alwi Palsu keberatan, aku berteriak : “Biarkan dia pergi, atau tidak kita semua mati!”

Alwi Palsu memukul kepalaku dengan pistol di tangannya, berkata : “Sialan, Teriak apa kamu, sudah ku katakan padamu, di sini kekuasaanku, dasar anjing.”

Aku benar-benar marah setengah mati dibuatnya, menatapnya dengan emosi, dia berkata : “Ya sudah, suruh mereka pergi dari sini.”

Aku menghela nafas, dan segera menyuruh Dokter dan perawat membawa Sulistio ke rumah sakit, setelah mereka pergi, Alwi Palsu menutup pintu dengan menendangnya, dari saku dia mengeluarkan borgol, dia memborgol kedua tanganku, kemudian menyeretku ke sofa, terlihat Mawar duduk di sana, dia mengenakan baju cheongsam polos dan rambutnya disanggul, dia terlihat begitu anggun meskipun tangannya sedang diikat.

Mawar menatapku dengan sinis, bisa dilihat dari matanya yang merah dan bengkak sudah pasti habis nangis, aku rasa mungkin dia menangis karena perkataanku yang tadi.

Alwi Palsu tertawa terbahak-bahak, dan berkata : “Bagaimana kalau kita memainkan satu permainan? Lagipula barang yang aku minta juga tidak akan cepat sampai.

Melihat senyum Alwi Palsu yang aneh, membuat situasi menjadi aneh, aku merasa tidak tenang, jangan-jangan dia ingin aku berbuat hal yang tidak-tidak dengan Mawar?

Dengan marah Mawar berkata : “Apa yang ingin kamu lakukan? Jika kamu hanya ingin mempermalukan aku, lebih baik langsung bunuh saja aku!”

“Bunuh kamu? Apakah kamu tahu apa yang sudah putrimu perbuat padaku? Seribu kali lipat sakitnya dibandingkan dengan kematianmu, aku tidak akan membunuhmu begitu saja!” Kata Alwi Palsu penuh dengan dendam.

Selesai dia berbicara, dia memotong tali yang mengikat Mawar, dan berkata : “Bukankah kamu sangat menyukai pria ini? Ayo maju, biarkan aku yang merekam aksi kalian berdua, dan menayangkan siaran langsung di internet, biar semua orang tahu hubungan kalian berdua, dan kamu akan mendapatkan pria ini, bukankah ini ide yang bagus?”

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu