Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 324 introgasi

Jessi berkata kalau dia masih saja khawatir meskipun dia tahu kalau aku tidak akan terluka. jika cinta yang terlalu serius, apa artinya cinta itu?

mendengar ini, aku langsung memeluknya dan berkata dengan lembut :" Jessi, kalau kamu masih begini, bagaimana aku tega melepasmu? awalnya aku masih berpikir kalau suatu hari kamu tidak bisa menerima aku yang seperti ini, aku sudah bersiap diri untuk melihat kepergian dirimu dan menghormati keputusanmu. namun sekarang aku merasa kalaupun kamu memutuskan untuk pergi, aku juga tidak tega membiarkanmu pergi begitu saja. disaat itu, apakah kamu akan membenciku? apakah kamu akan membenci keterikatanku padamu."

seorang wanita idaman yang kehilangan akal demi mencintai seseorang itu lebih tertarik dan lebih membuat orang lain terharu dibandingkan gadis pada umumnya. aku mengerti cinta ini dan ini jauh lebih dalam dibandingkan dengan cinta yang diberikan oleh wanita lain padaku.

disaat ini, bodyguardnya pun telah datang. dia berkata kalau peluru pada Jessi harus segera dikeluarkan. Jessi menatapku sambil tersenyum dan berkata :" bantu aku untuk mengeluarkannya. bagaimanapun kamu pernah mengikuti kakek ergi. hal kecil seperti ini tidak mungkin menyusahkanmu kan?"

aku mengangguk dan memeluknya kembali ke kamar. disaat ini, Mondy sudah keluar dan aku dengan paniknya menggendong Jessi masuk kedalam sambil berkata :" sediakan lampu, alkohol, pisau kecil, pinset, iodophor dan baju."

Mondy langsung menjalankan perintahku dan pelayan hotel itu sudah membuka pintu kamarku dari awal. mereka berdiri disana dengan perasaan yang panik.

setelah aku meletakkan Jessi diatas kasur, tidak lama kemudian Mondy pun membawakan semua barang tadi. aku berkata :" sebarkan perintahku dan telusuri siapa bocah itu."

aku menggunting baju pada bagian pundak Jessi dengan hati hati. bajunya pun terjatuh ke legannya. yang ada didalam mataku adalah perpaduan warna putih mulus dan warna merah yang sangat menganggu mata. jika dipandang lebih lama, itu kelihatannya seperti terdapat sebuah teratai merah pada gunung salju. cantiknya sangat memukau namun juga sangat membuat orang merasa kasihan.

aku menarik nafas dan menyuruh Jessi untuk menahannya sebentar. aku pun mulai membersihkan lukanya. anehnya adalah selama ini tanganku tidak pernah bergetar jika membersihkan lukaku sendiri, namun ketika aku membersihkan luka Jessi, aku menjadi panik dan tanganku mulai bergetar. aku bahkan menggigit erat gigiku dan berusaha untuk melawan getaran yang ada pada tanganku.

Jessi mungkin merasakan kepanikanku dan dia berkata :" kenapa panik? aku bahkan tidak berteriak ketika ditembak oleh pistol tadi. kamu hanya merapatkan lubang itu saja kan, kenapa rupanya?"

melihat wajahnya yang cantik itu, aku pun mulai tenang dan berkata :" iya."

setelah itu, aku pun berusaha membersihkan luka itu dengan cepat. ketika ingin membungkusnya dengan kain kasa, aku harus mengikatnya pada ketiaknya. ketika aku menghadap ke depan, dia kebetulan menghadap kebelakang dan bibir kami pun lengket menjadi satu. aku sedikit malu dan mengalihkan pandanganku. namun pandanganku tidak sengaja tertuju pada bagian dadanya.

hampir setengah dari badannya terlihat karena bajunya yang telah jatuh itu. bra warna hitam yang dipakainya juga terlihat. aku sedikit tidak tahan dan menelean liurku ketika melihat dadanya yang montok itu.

Jessi berbisik ditelingaku :" apakah enak dipandang?"

angin sepoi disekitar telingaku menyentak tubuhku dan membuat hatiku merasa geli bahkan juga membuat pikiranku menjadi sedikit jahat. aku menelan liurku dan mengangguk lalu berkata kalau itu enak dipandang. seketika aku merasakan pandangan yang berbahaya karena aku tahu diriku sudah masuk kedalam jebakkan Jessi. aku langsung mengarahkan wajahku lalu berkata dengan serius :" namun aku adalah pria yang sopan, oleh karena itu aku harus mengabaikannya."

telingaku kembali terdengar suara Jessi yang berkata :" kalau begitu, pria yang sopan, apakah kamu sudah boleh melepas tanganmu?"

nada suaranya tidak lagi seperti tadi, terdapat sedikit nada yang halus. jika tidak mengenali sifat aslinya, aku mungkin akan mengira kalau dia adalah seorang gadis yang halus dan lembut. namun aku tahu dia sangatlah berbahaya.

aku dengan canggungnya melepaskan tanganku dan berusaha memberikan senyuman yang suci sambil berkata :" tanganku tidak sengaja terlicin kesana."

Jessi mengerutkan keningnya dan tertawa. dia lalu menaikkan tangannya yang tidak terluka dan memukul pundakku. itu membuatku kesakitan. dia tersenyum tipis dan berkata :" sudah tahu sakit? cepat lepaskan kain kasa itu."

pundakku memiliki luka dan aku harus mengganti obat setiap harinya. perkelahian hari ini, aku tidak terlalu banyak menggunakan tangan ini karena aku takut mengenai luka ini. namun ketika aku memeluk Jessi tadi, aku terlalu menggunakan tenaga dan membuat lukaku kembali terbuka. aku sudah menahannya dari tadi dan aku tidak menyangka kalau dia menyadarinya.

aku mengangguk dan tidak manja. aku pun membuka bajuku untuk mengobati lukaku.

Jessi pun mengambil baju Mondy dan masuk kedalam toilet untuk menggantinya. ketika dia keluar, aku baru saja selesai melepaskan kain kasa pada pundakku. dia pun menghampiriku dan mengambil yodium dari tanganku lalu membersihkan lukaku dengan pelan. dia menatapnya dengan serius. bulu matanya sangatlah indah. aku tidak tahan dan memegangnya. dia menegakkan kepalanya dan aku dengan malunya berkata :" itu terlalu indah dan aku tak tahan ingin menyentuhnya."

disaat ini, pandanganku kembali tertuju pada dadanya yang sudah tertutup rapat itu. dia menyentil jidatku dengan pelan dan berkata :" niat jahatmu belumlah berubah."

aku tersenyum dan setelah dia membersihkan lukaku dia pun berkata :" aku sudah mau pergi."

meskipun dari awal aku sudah tahu kalau kami akan berpisah, namun kali ini aku menjadi egois dan ingin menyuruhnya untuk tetap tinggal disini. aku berdiri dan menatapnya. dia berkata :" tenanglah, aku akan terus pergi menjenguk Felicia. aku juga akan menjaga Wesly dengan baik, begitu juga dengan diriku sendiri."

aku mengangguk dan Jessi berkata :" tidak usah mengantarku dan juga lampu itu sudah aku letakkan didekat kasurmu. masalah malam ini belumlah selesai, namun aku percaya kalau kamu memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya."

aku berkata iya dan Jessi tersenyum lalu pergi meninggalkanku. ketika dia berjalan sampai didepan pintu, aku tidak tahan dan langsung berlari lalu memeluknya dari belakang. dia berbalik dan memandangku aku berkata :" sepertinya aku semakin tidak bisa untuk jauh darimu."

setelah mengatakan itu, aku membalikkan badannya agar bisa bertatapan dengannya. dia pun tersenyum dan berkata :" perpisahan demi pertemuan yang lebih baik."

aku pun mencium bibirnya dengan erat. aku lalu menikmati rasa bibirnya dan ciuman kali ini lebih berperasaan dibanding yang kemarin. dia juga membalas ciumanku dengan erat agar aku tahu kalau dia juga tidak rela atas perpisahan kali ini. perasaannya tidak senang seperti yang terlihat pada dirinya.

banyak yang berkata bahwa jarak terjauh didunia ini adalah kamu yang ada didepanku namun tidak tahu kalau aku mencintaimu. tapi bagiku jarak terjauh itu adalah kenapa kami masih saja harus tetap dipisahkan padahal sudah tahu kalau kami saling mencintai satu sama lain.

setelah berciuma, Jessi pun menatapku dengan sangat dalam lalu pergi meninggalkanku. aku pun kembali untuk dudukdiatas sofa dan pikiranku menjadi kosong.

cinta bisa membuat seseorang menjadi lebih kuat dan juga membuat seseorang menjadi lemah.

setelah beberapa saat, Mondy pun kembali dan aku bertanya :" sudahkah ditelusuri?"

Mondy mengangguk dan berkata :" sudah ditelusuri. para bocah itu merupakan bagian dari sebuah organisasi yang ada di kota HangZhou. organisasi ini adalah organisasi yang sangat hancur di kota HangZhou. didalamnya banyak orang yang jahat dan kejam. hanya saja mereka semua sudah mati dan untuk sementara ini aku tidak bisa menelusuri kenapa mereka mencelakaimu."

" kenapa? bukankah itu gampang? aku pernah melakukan sesautu di HangZhou dan orang yang berhubungan denganku merupakan orang orang hebat. mereka ingin aku mati, termasuk Chandra yang terlalu tersenyum padaku. pastilah ada yang membayar sekelompok orang itu untuk membunuhku." aku mengatakan itu sambil menggigit erat gigiku. meskipun kejadian ini tidak sampai menghabiskan nyawa Jessi, namun aku tetap menginginkan nyawa mereka karena sudah membuatnya terluka.

Mondy bertanya :" maksudmu?"

" telusuri dirumah sakit mana mereka berada. tamani aku kesana malam ini."

Mondy menjalankan perintahku dan langsung menelepon Chick.

setelah 10menit terlewati, aku dan Mondy sampai disebuah rumah sakit swasta. kami menunggu Chick untuk menggelapkan jalan di rumah sakit lalu menghajar satpam disana. setelah tu kami pun pergi ke sebuah kamar pasien VIP. dari luar terdengar suara yang sepertinya sedang berbincang dan aku mendengar seorang wanita yang memanggil nama Robby.

tahu begitu, aku seharusnya mematahkan kaki ketiga orang itu kemarin. berani beraninya mereka melakukan hal ini lagi. aku tidak mengerti apa yang mereka pikirkan. sambil berpikir, aku pun masuk kedalam.

karena mati lampu, mereka berdua tidak mengetahui kedatanganku. aku pun perlahan mendekati jendela dan mengeluarkan ponselku. aku lalu meletakkan ponsel pada daguku dan membuat ekspresi layaknya hantu. kedua orang yang ada diatas kasur itu sama sama berteriak ketika melihatku. wanita yang tidak berbusana itu pun jatuh kebawah kasur. aku lalu membuka senter pada ponselku dan menyinari kaki Robby. kakinya telah diperban dan aku sangat salut padanya karena dia masih sanggup melakukan itu meskipun kakinya dalam kondisi begini.

disaat ini Robby berteriak :" kamu... kenapa kamu bisa kesini? bawahanku, usir bocah ini keluar!"

tiba tiba sekelompok orang pun masuk, Robby pun berkata :" usir dia keluar dari sini!"

namun sekelompok orang itu tidaklah bergerak dan Robby kembali berteriak :" dasar cacat, kenapa? ingin melawan?"

Mondy pun berkata :" Alwi, apakah mau menyalakan lilin?"

aku mengangguk dan berkata :" nyalakan."

Robby terdiam dan ketika Mondy menyalakan semua lilin pada ruangan itu, Robby mendaratkan pandangannya pada wajah smua orang yang ada pada ruangan itu. aku pun bertanya :" apakah kamu sudah melihatnya dengan jelas? sekarang yang bisa masuk kedalam rumah sakit ini hanyalah aku dan bawahanku."

Robby dengan ketakutan bertanya :" kamu... apa yang ingin kamu lakukan?"

aku berkata dengan cuek:" aku, aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu?"

aku mengamati pandangannya dan jika dilihat dari respon wajahnya, aku mulai percaya pada tebakanku dan aku pun maju satu langkah lalu memandangnya sambil berkata :" tidak usah berpura pura lagi. malam ini ada beberapa orang yang ingin membunuhku namun mereka tidak berhasil. tetapi mereka melukai wanita yang aku cintai. oh iya, wanita itu pernah kamu jumpai. dia adalah bagian dari keluarga chandra, yaitu Jessi."

mendengar ini, Robby sepertinya mengerti apa maksudku dan dia lalu menggelengkan kepalanya sambil berkata :" bukan, bukan aku. ini tidak ada hubungannya denganku."

aku berkata :" tidak berhubungan? namun seseorang dari mereka berkata kamulah yang membayar mereka untuk membunuhku."

perkataan ku ini tentu saja hanya untuk menakuti Robby. aku sengaja melakukan ini untuk mengetahui apakah dia adalah pembunuh sebenarnya.

Robby menggelengkan kepalanya dan berkata :" bukan aku, kakek sudah memperingatiku agar tidak melukai nona Jessi. mana mungkin aku berani melakukan ini? bukan aku. Alwi, bukan, tuan Alwi, aku mohon padamu untuk mempercayaiku."

melihat wajah Robby yang penuh ketakutan itu, aku tahu dia ketakutan bukan karenaku melainkan karena Jessie. sekarang nama besar Jessi sudah bisa dibilang tersebar disemua keluarga besar di kota HangZhou.

aku memandang Robby dan berkata :" aku mempercayaimu."

Robby seketika menjadi senang dan ketika dia ingin berbicara, aku pun memotongnya :" namun apa gunanya aku mempercayaimu? keluarga Jessi tidak akan mempercayaimu. seharusnya kamu tahu kalau ada yang sedang mengkambinghitamkan dirimu. kalau kamu tidak memberiku bukti yang cukup, bagaimana aku mempercayaimu? dan juga bagaimana aku memadamkan amarah keluarga Jessi?"

mendengar perkataanku, Robby dengan tidak percanya berkata :" siapa? siapa yang mengkambing hitamkan aku?"

aku berkata dengan suara yang rendah :" aku malah pengen mengetahui siapa orang dibalik semua ini yang sanggup mengontrol semua orang itu."

setelah mengatakan itu, aku mundur selangkah dan berkata :" sebelum besok malam, aku ingin mengetahui informasi yang pasti. jika kamu memang bukan orang dibalik semua ini, maafkan aku, aku cuman bisa menggunakanmu untuk melakukan negosiasi dengan keluarga guo."

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu