Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 294 Tidak Ingin Melewatkannya Lagi

Tidak disangka ibuku sudah menduga aku akan datang ke Yancheng. Tampaknya dia benar-benar sangat cerdas, ia bisa menebak langkah mana yang ingin aku ambil. Wanita yang cerdas dan bijaksana seperti dia, tidak heran ayahku tergila-gila padanya, membuka jalan yang sangat berbeda dengan sebelumnya untuknya.

Wolf Wang menatapku dengan gembira dan berkata: "Ibumu benar-benar sangat pintar, tidak disangka kamu benar-benar datang, dan kamu datang ketika ulang tahunku yang ke 60, ini benar-benar kehendak Tuhan. Tuhan memberiku kesempatan untuk berjumpa dengan anak teman baikku di usia ku yang ke 60 tahun, jika aku mati akupun tidak akan ada penyesalan lagi. "

Jody Wang bergegas berkata: "Ayah, jangan sembarangan bicara. Bisa bertemu dengan Alwi adalah hal yang bahagia. Untuk apa mengatakan hal mati?"

Aku tersenyum dan berkata: "Iya, Paman Wang, kamu pasti bisa panjang umur."

Setelah mengatakan itu, mataku langsung berair. Dulunya, aku selalu merasa bahwa keberadaanku tidak disukai dan tidak diterima oleh siapa pun, aku pikir aku adalah pembawa bencana, sekarang aku sadar, ternyata ayahku tidak hanya meninggalkan Gunawan sampah seperti itu, ia masih meninggalkanku paman dan bibi yang peduli padaku.

Pada saat ini, Joanna Ding mengeluarkan kotak dekoratif dan membukanya. Ada dua anting telinga zamrud. Dia berkata: "Anting ini, aku dan ibumu masing-masing memilikinya sepasang. Aku tidak tahu apakah dia masih mengenakannya atau tidak ..."

Sebelum dia selesai mengatakannya, aku berkata dengan gembira: "Dia masih mengenakannya ..."

Joanna Ding membalikkan anting itu, aku melihat nama ibuku terukir di atasnya. Dia berkata: "Yang dipakai ibumu terukir namaku."

Aku menyentuh nama itu dan memikirkan ibuku, aku menangis dan berkata: "Bibi, kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku. Aku percaya pada kalian. Dari saat pertama kali aku melangkah ke gerbang rumah keluarga Wang, aku tahu kalian bukan musuhku."

Wolf Wang tertawa dan berkata dengan suasana hati yang baik: "Joanna Ding, apakah kamu mendengarnya? Alwi bilang, dia tahu kita bukan musuhnya begitu dia datang, anak ini sama pintarnya seperti ayahnya."

Joanna Ding berkata sambil tersenyum: "Sudahlah, jangan hanya berbahagia. Jika masih ada yang ingin dibicarakan nanti setelah makan baru dilanjutkan lagi, sekarang makan dulu, kalau tidak hidangan yang susah payah aku masak sudah mau dingin."

Gresia berkata sambil tersenyum: "Iya, aku sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan ibu."

Wolf Wang dengan sangat senang berkata kepada Joanna Ding: "Apa kamu lihat? Menantumu cemburu. kamu tidak pernah memasak untuknya dan Jody. Mereka sama seperti aku, hanya bisa makan masakanmu pada saat Alwi datang..."

Sebelum Wolf Wang selesai berbicara, Joanna Ding memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya dan berkata dengan marah: "Kamu ini, tutup mulutmu, ayo makan!"

Melihat adegan ini, kami semua tertawa, Wolf Wang menyeringai sambil mengunyah daging dimulutnya, ia bilang itu lezat. Joanna Ding menaruh sepotong daging di mangkukku dan menjepitkan sepotong daging ke mangkuk Aiko. Dia tersenyum dan berkata kepada Dony Yun: "Kalian berdua juga makan. Sudah sampai di sini, anggap saja ini seperti rumah kalian sendiri. Apa pun yang ingin kalian makan, apa pun yang kalian inginkan, kalian boleh mengatakannya padaku."

Wolf Wang mejepitkan sepotong daging untuk paman Zhang, ia berkata: "Kakak, ayo makan, jika kamu tidak makan takutnya ini semua akan dibagikan habis oleh orang yang pilih kasih ini, dan kita tidak bisa makan sepotong pun dagingnya."

Setelah mendengar perkataannya, paman Zhang berkata sambil tersenyum: "Aku tidak ingin makan, kalian makan saja, aku melihat kalian semua baik-baik saja, aku merasa sangat senang, tidak makan pun aku merasa senang."

Dapat dilihat bahwa paman Zhang adalah pelayan di keluarga Wang, tetapi setelah pintu rumah ditutup ia adalah anggota keluarga Wang. Aku pikir jika Zulfi berada di sini pada saat ini, dia pasti akan berlutut dan menyesali penghinaannya kepada paman Zhang.

Wolf Wang berkata kepadaku: "Paman Zhang, aku, dan ayahmu, kami bertiga sudah menjadi saudara angkat, kami pernah berlutut bersama dan bersumpah kepada Tuhan. Kemudian ayahmu pergi, paman Zhang waktu itu juga ingin mengikutinya, tetapi karena ia terluka, dia dipaksa tinggal bersamaku oleh ayahmu. Jika bukan karena cedera, maka orang terkenal di Yancheng mungkin bukanlah aku. "

Paman Zhang bergegas berkata tidak, ia mengatakan dia sangat menyukai kehidupannya saat ini.

Ketika aku melihat mereka berdua, aku tiba-tiba memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kata saudara.

Saudara tidak hanya hidup dan mati bersama, berbagi berkah di saat senang, memikul beban disaat susah sesederhana itu. Saudara seharusnya, ketika kamu memilih makmur dan kaya, ia malah memilih hidup sederhana. Bisa menghargai pilihan satu sama lain, mereka bisa saling mendoakan satu sama lain. Tidak peduli apakah kamu dan aku berjalan pada jalan yang sama atau tidak, dalam hati mereka, bisa tetap hidup adalah sebuah kebahagiaan.

Pada saat ini, aku kagum dan iri pada ayahku. Mungkin kami tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu lagi di kehidupan ini, tetapi aku sudah memiliki rupanya di hatiku. Dia sangat tampan, tinggi, kekar, sederhana, lugas dan berani. Mereka yang bisa bertemu dengannya dan menemaninya adalah orang yang sangat beruntung, bisa bertemu dengan Wolf Wang dan bersamanya juga merupakan berkah mereka.

Pada saat ini, aku sangat ingin bertemu dengannya, duduk bersamanya, mendengarkannya membicarakan legendanya, aku ingin tahu bagaimana dia bisa mendominasi kota Yancheng sampai ke Beijing, ingin tahu bagaimana dia bisa mendapatkan hati ibuku, ingin tahu jika dia tahu bahwa dia memiliki seorang putra yang mengaguminya di dunia ini, apakah dia akan bahagia atau tidak, apakah dia ingin bertemu denganku atau tidak?

Aku berpikir sambil makan, hidangan yang dibuat oleh Joanna Ding sangat lezat. Aku berpikir ini seharusnya rasa ibuku. Jika aku, seperti ayahku, dapat menjadi penguasa seluruh pasukan bawah tanah di Huaxia, dapatkah aku menjemput ibuku kesini? Bisakah aku sebahagia Jody Wang?

Aiko tiba-tiba meletakkan tangannya yang lembut di tanganku, aku membalikkan tanganku dan memegang tangannya. Dia tersenyum padaku, matanya yang selembut air, seolah-olah berkata kepadaku: "Kamu masih memiliki aku."

Pada saat ini, aku hanya merasa hatiku yang hangat menjadi lebih lembut dan hangat.

...

Setelah makan, Wolf Wang memanggilku ke ruang belajarnya. Setelah masuk, ia memberi isyarat agar aku masuk, lalu ia mengeluarkan album foto dari laci, dan berkata: "Ini adalah fotoku dan ayahmu, serta foto keluarga kami berdua, kamu pasti belum pernah melihat ayahmu, ayo sini, lihatlah. "

Aku merasa sangat senang seketika, aku bergegas berjalan ke sana, aku melihat sebuah foto tua yang berwarna kekuningan, di dalam foto itu, mereka bertiga saling merangkul, menunjukkan senyum cerah di bawah sinar matahari. Aku melihat pria yang ditengah, dia memiliki alis yang agak mirip denganku.

Dia yang didalam foto, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam, tetapi sulit untuk menyembunyikan auranya yang unik dan berbeda. Ia tampan, alisnya bagus, kedua matanya sangat indah, dalam seperti laut dalam yang yang memiliki banyak bintang-bintang, hidungnya tinggi, ia agak sedikit tersenyum, ia tersenyum jahat, tetapi tidak bisa membuat orang tidak menyukainya, malah merasa ia agak sedikit imut.

Aku terus menatapnya seperti itu, seolah-olah dia akan keluar dari foto dan muncul di depanku, aku membuka mulutku dan ingin memanggilnya "Ayah", tetapi aku takut mengganggunya.

"Ayahmu tampan saat dia muda bukan?" Wolf Wang menunjuk ke pria itu.

Aku mengangguk dan berkata: "Sangat tampan."

Dia memintaku untuk membalikkannya, aku membalikkannya satu per satu, di setiap gambar, ayahku tersenyum jahat. Dia memberikanku semacam perasaan yang sangat ceria, melihat senyuman-senyuman ini, aku merasa diriku terinfeksi olehnya.

Membalikkannya sampai terakhir, tiba-tiba aku melihat foto pernikahan, hatiku menjadi tegang. Aku melihat di foto pernikahan itu, ayahku mengenakan jas yang bagus, ia mengangkat wanita cantik yang mengenakan gaun pengantin, wanita cantik ini adalah ibuku yang masih muda, bahkan jika hanya terlihat sisi wajahnya saja, tetapi masih bisa terlihat aura ibuku yang elegan. Wajahnya benar-benar memesona, mereka saling bertatapan dengan penuh kasih sayang, tatapan cinta mereka satu sama lain seperti aliran sungai yang mengalir di hatiku.

Wolf Wang berbisik: "Ayahmu sangat berjuang waktu mengejar ibumu, semua orang di Beijing mengatakan bahwa ayahmu telah diberi sup obat ** oleh ibumu, ada beberapa orang mengejeknya, suatu hari nanti ia akan meninggal karena wanita ini, jawabannya sampai sekarang masih sangat klasik, dia berkata: 'Ketika aku jatuh cinta dengan wanita ini, aku memutuskan hanya mencintainya dalam hidupku ini, mati deminya, aku tidak akan menyesal', kalimat ini menyebar dari Beijing sampai ke Yancheng, itu dipuji sebagai pengakuan cinta yang paling keren dan penuh kasih sayang pada waktu itu. "

Mendengar perkataan ini, aku tertawa, Wolf Wang berkata: "Mereka benar-benar sangat bahagia, bukankah begitu?"

Aku memejamkan mata, mendorong kembali air mata yang sudah mau keluar, lalu berkata dengan sedih: "Iya."

Aku tidak rela membalik halaman ini. Halaman-halaman berikutnya semuanya foto ayah dan ibuku. Ada foto mereka merangkul bersama, berpegangan tangan dan berjalan di atas rumput, berolahraga bersama, mereka terlihat sangat bahagia, bahagia sampai aku merasa tersentuh dan sedih. Ketika aku membalikkan foto terakhir, aku tidak bisa tahan lagi, aku menangis.

Dalam foto ini, ibuku duduk di kursi goyang dengan perut besar, ayahku berlutut dengan satu lutut, ia meletakkan telinganya di perutnya, kelembutan dimata mereka berdua hampir melelehkan hatiku, aku seperti mendengar ayahku berkata padaku: "Nak, aku dan ibumu menunggumu keluar. Saat itu, kita bertiga pasti akan sangat bahagia."

Wolf Wang menepuk pundakku dengan lembut, dan berkata: "Nak, jangan menangis. Ayahmu di surga, pasti tidak ingin melihatmu menangis."

Aku mengangguk, menyeka air mataku, seperti memeluk eratnya, dan berkata: "Paman Wang, terima kasih, terima kasih kamu telah membiarkan aku melihat orang tuaku yang bahagia, membuatku tahu bahwa mereka menantikan kelahiranku. "

Wolf Wang tersenyum, matanya juga berair. Dia memintaku untuk duduk di sofa di seberangku. Setelah aku menenangkan diri, dia perlahan berkata: "Alwi, kamu jujur ​​bilang pada paman, kamu ingin sampai ke tingkat mana, tidak peduli seberapa tinggi kamu ingin pergi, tidak peduli seberapa bahaya kelak, paman pasti akan membantumu. "

Aku tersentuh, tetapi meskipun dia memiliki kekuatan yang sangat kuat, aku masih tidak ingin dia ikut campur dalam masalahku. Terutama setelah mengetahui kisahnya dengan ayahku, ayahku dulunya berjuang bersama dengannya, hubungan mereka sangat erat, tetapi ia juga tidak membiarkannya masuk ke dalam bahaya, bagaimana aku bisa merusak kehidupannya yang damai sekarang ini?

Jadi aku menggelengkan kepala, menolaknya dan berkata: "Paman Wang, aku tidak memerlukan bantuanmu, selama kamu, bibi Ding dan Jody Wang bisa berbahagia, melihat kalian bisa hidup damai seperti ini, aku sudah merasa sangat senang. Bagaimana bisa aku menghancurkan kedamaian kalian saat ini? Jalan ini, aku akan menyusurinya sendirian. "

Wolf Wang menggelengkan kepalanya dan berkata: "Aku tahu apa yang kamu pikirkan, bukankah kamu hanya takut membuat masalah untukku? Jangan begitu sungkan padaku."

Aku masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Wolf Wang melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar aku jangan berbicara, dia melanjutkan perkataannya: "Aku telah menyalahkan diri sendiri selama bertahun-tahun, aku merasa jika aku bersama dengan ayahmu, terus tinggal disisinya, mungkin dia tidak akan tiada, mungkin aku tidak bisa menghentikan tragedi yang menyedihkan itu, tetapi setidaknya aku tidak akan membiarkanmu terbengkalai diluar, membuatmu menderita selama bertahun-tahun. Ketika aku mendengar pengalamanmu, aku tidak bisa tidur sepanjang malam, aku merasa bersalah. "

Setelah mengatakan itu, dia menatapku dan berkata dengan sedih: "Nak, kamu telah banyak menderita, aku telah melewatkan kesempatan membantu ayahmu, kali ini, aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk membantumu, kalau tidak aku tidak akan tenang."

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu