Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 626 Musuh Lama!

Kelopak mataku tak henti berkedut, membuat hatiku menjadi tidak tenang, Nody yang melihat aku penuh kebingungan, bertanya apa yang sedang aku pikirkan? Aku menggelengkan kepalaku, dan berkata aku sangat khawatir, karena kelopak mataku terus berkedut.

Nody berkata mungkin karena aku terlalu gugup, aku hanya menganggukkan kepala, dia juga menyarankan agar aku beristirahat, karena aku juga merasa aku sedikit kelelahan, sebelum aku kembali ke kamar untuk beristirahat, aku berkata : “Monica, tolong kamu buatkan satu mangkuk wedang jahe, dan antarkan ke wanita itu.”

Monica bertanya : “Wanita itu? Siapa? Jangan bilang si Widya?”

Aku mengangguk, dan berkata : “Siapa lagi selain dia.”

Monica berkata dengan tidak senang : “Aku benar-benar tidak ingin menolongnya.”

“Sudahlah, Alwi pasti punya alasan tertentu, untuk menyuruhmu melakukan ini.” Kata Nody.

“Alasan apa?” Balas Monica, dengan sedikit membantah.

Sambil memegang gagang pintu, aku berkata : “Sebenarnya tidak ada alasan tertentu, hanya saja aku berpikir……keadaan dia sama denganku dulu, sendirian di Nanjing tidak punya saudara sama sekali, dan juga jauh dari keluarga, jika dia benaran sakit bagaimana? Tidak ada yang merawatnya, aku jadi kasihan dengannya.”

Aku terdiam, kemudian berkata lagi : “Dulu pas aku bekerja sendiri di Nanjing, aku kerja di konstruksi batu bata, hal yang paling aku takutkan adalah sakit, tidak masalah kalau hanya sakit ringan, tapi aku ingat, aku pernah batuk waktu itu, hanya karena aku hemat, aku mengabaikannya, aku hanya meminum air putih saja, karena air di tempat kerjaku gratis, siapa sangka lama-kelamaan batukku menjadi radang paru-paru, aku terbaring sendiri di rumah sakit, karena aku miskin dan menyedihkan tidak ada perawat yang peduli dengan aku, ke toilet sendirian, dan juga tidak ada yang membantu aku membawa botol infus itu, aku hanya bisa menjepitnya di leherku, dan aku hanya bisa menyantap mantau ketika lapar……”

Dengan nada pelan Monica berkata : “Sudahlah, itu sudah berlalu, aku akan mengantarkan wedang jahe ini untuk wanita itu.”

Aku mengangguk, kemudian membuka pintu kamar. Sebenarnya aku bukanlah tipe orang yang suka mengingat kisah pahit, karena saat itu aku berpikir, hidupku tidak lebih dari seekor anjing, sangat sembrono ketika di ingat kembali.

Tapi aku tidak tahu hari ini kenapa, mungkin……aku hanya mencari alasan yang tepat untuk mengasihani Widya.

Setelah kembali ke kamar, aku teringat sudah melewati begitu banyak kepahitan dalam hidupku, sampai hari ini, penyesalan aku satu-satunya adalah adik perempuanku dan juga ayah ibuku. Betapa indahnya, seandainya mereka masih hidup?

Aku pun tertidur, sambil memikirkan hal ini……

Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, mungkin karena aku kehujanan malam ini, aku merasa tidak enak badan, mimpi buruk terus berlanjut, hingga suara telpon berdering, aku berusaha bangun dari tengah mimpi buruk ini, aku melihat telpon tidak berhenti berdering, terlihat Samuel yang menelponku, begitu aku angkat, masih belum sempat berbicara, terdengar suara Samuel yang begitu gugup : “Kak Alwi, Gawat!”

Aku kepikiran dengan kelopak mataku tadi yang tidak berhenti berkedut, aku sedikit tegang, dan bertanya : “Ada apa?”

“Mobil yang mengantar Sulistio tiba-tiba menghilang, dan juga kehilangan jejak……”

Tiba-tiba dari luar jendela terdengar suara guntur, suara Samuel di iringi suara guntur, membuat aku terkejut dan sangat marah, berkata : “Apa yang sudah kamu lakukan? Bukankah aku menyuruhmu mengirim orang untuk melindunginya?”

Samuel dengan pelan berkata : “Maafkan aku, kak Alwi. Pada saat kejadian, orang yang kita kirim, sudah menyadari sebuah keganjilan, juga karena inilah, kita masuk ke dalam trik mereka, dan mereka mengambil kesempatan untuk menyadap mobil itu, ketika orang kita menyadarinya, mobil itu sudah hilang.”

“Aku tidak mau tahu, segera carikan untukku!” Teriakku, aku pun terbangun dari tempat tidurku, pada saat ini, Nody membuka pintu, raut wajahnya terlihat sangat panik, aku pun keluar, aku melihat Dony Yun juga ada di sini, sepertinya mereka sudah mendapatkan informasi ini, aku berkata kepada Samuel : “Nanti aku telpon kembali.”

Selesai aku menutup telpon, Nody bertanya kepadaku : “Kamu sudah tahu?”

Aku mengangguk, dan bertanya : “Bagaimana dengan Monica?”

Yang paling aku takutkan adalah orang-orang itu, sekelompok orang yang berinteraksi dengan Widya, jika Monica ke sana, ibaratnya pergi ke kandang harimau.

Nody tahu apa yang sedang aku pikirkan, dia menepuk pundakku, dan berkata : “Tenang saja, aku yang mengantarnya tadi, dia sudah kembali, dan sedang istirahat di kamarnya.”

Akhirnya aku bisa tenang, dan berkata : “Baguslah kalau begitu. Dony Yun.”

“Hadir.” Ucap Dony Yun.

“Ingin merepotkan Dony Yun, periksa seluruh rekaman cctv, jika pihak lain dengan berani menghilangkan mobil kita, pasti dia sudah menghancurkan seluruh cctv yang ada di jalanan, maka dari itu tidak ada gunanya memeriksa cctv yang ada di jalan, coba cari apakah ada toko-toko di pinggir jalan, jika ada, kita hanya bisa berharap mendapat petunjuk dari sana.”

Dony Yun mengangguk, dia berkata akan mengerahkan orang-orang untuk mencari tahu.

Aku berkata dengan Nody : “Nody, tolong kamu perintahkan seluruh saudara yang ada di bawah kekuasaanmu, untuk berjaga di pintu keluar Nanjing, jalur kereta, darat, dan juga udara, semua informasi tentang penumpang, satu per satu harus di cek dengan teliti.”

“Aku mengerti.” Tiba-tiba Nody berkata : “Hal yang paling aku takutkan sekarang adalah jika Mondy mengetahui hal ini.”

Mondy sekarang dalam masa krisis, jika dia emosional dan juga syok, apa yang akan terjadi? Memikirkan hal ini, aku berkata : “Jangan sampai dia mengetahui hal ini, masalah ini biar aku saja yang urus, kamu urus urusanmu.”

Nody menganggukkan kepalanya, aku segera menelpon Aiko.

Tidak lama kemudian Aiko pun mengangkat telponnya, tapi dia tidak bersuara, aku menghela nafas, bertanya dengan nada rendah : “Kak, bagaimana keadaan kak Mondy?”

Aiko berkata : “Dokter sedang memeriksa dia bukaan ke berapa.”

Aku menarik nafas dalam-dalam, dan berkata : “Aku akan memberitahumu sesuatu, tapi kamu harus ingat, jangan beritahu dia, mengerti?”

Dia sangat pintar, segera dia bertanya : “Apakah terjadi sesuatu dengan Sulistio?”

Aku mengiyakannya, kemudian aku menjelaskan semua yang sudah terjadi, setelah dia selesai mendengarkan aku, dia pun berkata : “Mondy dari tadi sudah menunggu kedatangan Sulistio.”

Aku melihat ke arah jam, kemudian berkata : “Jika tidak terjadi sesuatu, dia pasti sudah sampai di rumah. Kamu dengarkan baik-baik, kamu beritahu dia bahwa aku ada urusan mendadak, dan perlu bantuan Sulistio, jadi hari ini dia tidak bisa ke sana, beritahu dia bahwa aku akan meminta maaf secara pribadiku di lain waktu.”

“Aku tahu apa yang harus aku kerjakan.” Kata Aiko dengan sedih.

Aku tahu, setelah sekian lama, hubungan Aiko dan mereka begitu akrab, di matanya, Mondy bagaikan adik kandungnya sendiri.

Aku berkata : “Kalau begitu, maaf sudah merepotkanmu ya.”

“ada lagi?” Tanya Aiko, dari belakang terdengar suara Dokter, mengatakan bahwa Mondy sudah bukaan ke-5, sudah waktunya masuk ke ruangan bersalin.

Mendengar kata itu, aku ikut bahagia tapi juga khawatir, aku berkata : “Tidak ada lagi, tolong kamu rawat kak Mondy ya.”

Aiko menutup telponnya, aku bisa merasakan, sikap Aiko sedikit berbeda, mungkin karena kak Mondy akan melahirkan, membuat dia teringat masa sulit melahirkan.

Aku merasa bersalah ketika memikirkan hal ini, kemudian aku pun mengirim pesan teks kepadanya, berkata : “Kak, maafkan aku, waktu itu aku tidak ada di sampingmu, dan juga terima kasih atas perjuanganmu.”

Tidak butuh waktu lama, Aiko segera membalasku : “Yang sudah berlalu biarlah berlalu.”

Kalimat yang begitu sederhana, seolah-olah sudah melepaskan hubungan di antara kami berdua, aku memegang erat ponselku, dan tertawa dengan hampa, aku sebenarnya tidak ingin melibatkan dia, hanya saja…… aku tidak akan bisa melupakan masa-masa dia hamil, dan juga membunuh aku demi Alwi palsu, aku benar-benar tidak percaya, jika dia sudah melepaskannya.

Aku berpikir, selama Aiko tidak pernah melepaskan aku, aku tidak akan bisa melupakan rasa bersalahku.

Hujan turun tak henti-henti, aku berdiri di dekat jendela, berharap bisa mendapatkan berita baik dari Dony Yun dan juga lainnya, tapi, sejam sudah berlalu, aku masih belum mendapatkan informasi dari mereka, aku mulai tidak tenang, segera aku menelpon Samuel, dia berkata : “Kak Alwi, baru saja aku ingin menelponmu, mobil sudah ketemu, tapi……orang di mobil sudah tidak ada……”

Tidak ada?

Hatiku sangat terguncang, bertanya dengan pelan : “Apa maksudmu tidak ada?”

“Kamu tenang dulu, maksudku hilang, orangnya sudah hilang, tapi darah di mobil ini……takutnya……mereka melakukan hal yang buruk.”

Mendengarkan berita ini, aku hampir terduduk ke lantai, aku berusaha tenang, dan bertanya keberadaan mereka, alamat sudah diterima, aku pun segera meluncur ke sana.

Hari begitu gelap, hujan turun tak henti-henti, dan lampu jalan yang redup, membuatku tidak bisa melihat dengan jelas, aku menggertakkan gigi, melaju sebisa mungkin, begitu sampai di tempat tujuan, segera aku turun dari mobil, aku melihat mobil yang hancur itu, mobil itu adalah mobil Sulistio.

Mobil depan sudah hancur tidak berbentuk, aku melihat beberapa saudara berdiri di pinggir jalan dengan payung di tangannya, dan seseorang di tutupi kain putih di bawah payung, langkahku begitu berat, aku berjalan ke sana, tidak melihat ada lubang di depanku, satu kakiku terperosok, aku hampir terjatuh, untungnya Samuel bergerak cepat, segera dia menolongku, aku bertanya dengan nada berat : “Siapa itu?”

Aku bisa merasakan suaraku yang bergetar, aku sangat takut, aku takut yang terbaring di sana adalah Sulistio, Samuel dengan sedih dan matanya yang memerah, berkata : “Saudara kita, dia adalah Jerry.”

Aku menghela nafas, aku tahu ini tidak benar, walau bagaimanapun yang mati merupakan bagian dari saudara kita, tapi tidak bisa di pungkiri, bahwa aku lebih memilih dia dari pada keluargaku yang mati, beginilah hidup, kita harus mengedepankan keluarga kita dari pada orang lain.

Aku merasa bersalah kepada Samuel, dan berkata : “Maaf.”

Samuel mengerutkan keningnya, saudara yang mati itu merupakan tangan kanannya, yang sudah ikut lama dengannya, aku tahu betapa sedih dan sakit hatinya Samuel, aku bisa mengerti. Dengan mata memerah, dia berkata : “Tidak apa-apa, aku mengerti, orang-orang seperti kita, dari awal sudah siap akan kapan mati, tapi……”

“Bisa di terima atau tidak, tapi perpisahan antara hidup dan mati memang sulit untuk bisa kita terima saat ini.” Aku berucap pelan, teringat dengan Si Toba, hatiku semakin sedih, karena saat ini yang tersisa adalah Sulistio, dia tidak boleh mati.

Aku memberi penghormatan terakhir untuk Jerry, meskipun aku tidak begitu akrab dengannya, tapi aku tahu dia merupakan sosok seorang yang ceria dan supel, aku berkata kepada Samuel : “Hibur dan juga beri kompensasi untuk keluarganya.”

“Aku mengerti.”

Aku pergi ke arah mobil itu, aku melihat lubang-lubang bekas tembakan, hanya darah-darah yang tertinggal di dalam mobil, aku ingat Sulistio duduk di belakang mobil, tapi tempat duduknya penuh dengan darah, aku mulai panik, dia…… kemanakah dia?

Pada saat ini, tiba-tiba ponselku berdering, aku melihat nomor yang tidak dikenal di layar ponselku, segera aku mengangkatnya, terdengar suara yang sama dengan mimpi burukku : “Alwi, lama tidak bertemu, apakah kamu rindu dengan abangmu ini?”

Alwi palsu, itu dia, dia kembali!

Aku menggertakkan gigi, bertanya : “Kamu yang membawa Sulistio, iya kan?”

“Tidak salah lagi, tapi kamu tenang saja, dia tidak mati.” Alwi palsu tertawa, suaranya terdengar penuh dengan dendam.

Dengan tenang aku bertanya : “Kamu di mana?”

“Aku? Aku ada di rumah mertuamu.” Alwi palsu berkata dengan pelan, “Mertuamu dan saudara baikmu sekarang sedang berlutut di hadapanku, kamu dengar baik-baik, ikuti semua kata-kataku, jika tidak, aku akan iris daging mereka perlahan-lahan.”

“Kamu sudah gila? Mawar, Mawar itu ibu Claura.”

“jangan mengungkit wanita sialan itu di depanku!”

Alwi palsu berteriak menyuruhku diam, aku akhirnya mengerti, hubungan antara dia dan Claura tidak berakhir baik, orang gila ini tidak akan mengingat masa-masa indah dulu, dia juga tidak akan ingat betapa dia mencintai Claura dulu, maka dari itu dia tidak akan peduli dengan hidup dan matinya Mawar.

Aku mengepalkan tanganku, berkata : “Apa yang kamu ingin aku lakukan?”

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu